CHAPTER 3

469 41 7
                                    


"jimin ini ambil spesialis apa ya di kedokteran?" pertanyaan yang diajukan oleh ayah jungguk membuat jimin menghentikan kegiatan memakan saladnya.

"emm, spesialis bedah thoraks om." Jimin menjawab dengan senyuman manis di wajahnya. Dan semua itu tak luput dari tatapan seseorang yang duduk di sebelahnya. Jeon jungkook. Dan jujur saja jimin sedikit risih dengan itu. Bukan apa, tapi sesuatu yang bergejolak di hatinya membuatnya merasa tidak nyaman. Manik kelam itu terus menatap jimin dengan intens. Memerhatikan setiap gerak gerik si mungil, dan beberapa kali sang empu mengunggingkan bibirnya karna tingkah si mungil.

"wah, berapa lama itu sekolahnya?" tuan jeon masih senantiasa bertanya kepada jimin.

" sepuluh semester om."

"jim, tuan jeon ini kemarin bilang ke appa kalau ia butuh dokter pribadi untuk keluarga. Kamu bisa ji?" kali ini tuan park menengahi pembicaraan di antara mereka berdua.

"o-ooh, saya masih baru om. Saya takut nanti kinerja saya gak seperti yang om harapkan."

" ya ampun ji, biasa saja kok. Gak ada penyakit serius di keluarga kita. Mau ya?" kali ini sooyee yang angkat bicara.

" eem ya, gak papa nanti saya coba deh." Keputusan final jimin.

" jangan di paksain, kalo memang lo keberatan, gak apa." Suara itu membuat jimin mengalihkan pandangannya kepada sosok di sebalahnya.

"kenapa sih jungkook. Orang jiminnya saja mau kok." Itu sooye yang masih tetap ingin jimin menjadi dokter dari keluarganya.

" bukan begitu, kasihan dia kalau harus bekerja dengan keadaan terpaksa, kan gak enjoy nantinya."

Kedua orang tua jungkook saling berpandangan. Sejak kapan putra tunggal mereka memperhatikan kenyamanan orang lain. Bahkan ia tidak peduli sama sekali dengan asisten pribadinya. Tapi ini, untuk seorang jimin? Sooyee jadi curiga.

Makan malam mereka berjalan dengan lancar. Dan semua acara telah selesai. Jungkook masih terus memerhatikan jimin. Memperhatikan bagaimana kedua pipi si manis mengembung karna terisi oleh cake yang ia makan, rambut berwarna coklat yang sesekali bergerak karna angin malam, bibir tebal semerah cerry, semua itu membuat pria bermarga jeon itu jatuh semakin dalam pada pesona park jimin. Cantik, manis, imut bercampur menjadi satu di wajahnya. Namun jungkook ya tetap jungkook, sebagaimana pun ia terpesona atau tertarik kepada seseorang, ia tidak akan menampakkannya secara gamblang. Gengsinya terlalu tinggi memang.

Semua yang ada di meja itu masih saling mengobrol hingga sebuah dering telpon menghentikan percakapan mereka, jimin terkejut, pasalnya nomor yang menelfonnya ini tidak terdaftar di ponselnya.

" maaf ya semuanya, saya permisi." Jimin menjauh dari krumunan untuk mengangkat telfonnya.

"halo."

"selamat malam dokter jimin, maaf sebelumnya kami dari pihak seoul hospital, ingin meminta tolong kepada dokter." Suara orang di sebrang sana benar-benar terdengar terburu-buru.

"ia, saya jimin, sebelumnya kenapa ya? Karna setau saya, hari esok saya baru di izinkan pihak rumah sakit untuk mulai bekerja."

" keadaan 'stat' dokter. Semua dokter di rumah sakit kami sedang bertugas." Jimin masih bisa mendengar suara di sebrang sedikit bergetar.

" oke, saya kesana sekarang. Apa yang di alami pasien?" jimin sedikit berlari menuju kearah meja dimana eomma dan appanya berkumpul.

" jantung pasien berhenti mendadak dokter."

" lakukan RJP sampai saya datang. 10 menit lagi saya sampai."

Setelah mematikan telfon. Jimin segera mengambil tasnya. Sang eomma yang melihat jimin sangat terburu-buru terheran, ia memang sudah terbiasa melihat anaknya terburu-buru seperti ini saat di london dulu. Karna jimin harus siaga 24 jam. Tapi ini? Bahkan jadwal kerjanya saja belum dimulai.

" kenapa ji?"

"emergency eomma, saya pamit dulu semuanya. Mana kai hyung?"

" pulang, barusan saja." Jawab sang appa.

" ayo, gue aja yang anter." Jungkook sudah berdiri dari duduknya.

"t-tapi..."

"udah ayo, emegency kan?" jungkook berjalan cepat sembari menarik pergelangan tangan jimin.

" saya permisi tante, om, semuanya." Jimin sedikit berlari menyetarakan langkah jungkook.

Tanpa mereka sadari dua orang paruh baya di sana tersenyum, mereka melihat sang putra benar-benar telah jatuh dalam pesona seorang park jimin.

***

Meskipun sudah 3 tahun jimin menjadi dokter spesialis, namun terkadang ia masih gugup jika menhadapi pasien dalam keadaan 'stat' (dalam bahasa kedokteran keadaan stat merupakan keadaan yang pasien di haruskan mendapat pertolongan segera). Dan jungkook tahu itu. Tak berselang lama mobil bughatti chiron milik jungkook telah sampai di halaman rumah sakit. Jimin segera turun dan ingin melangkah ke UGD, namun sesuatu membuat langkahnya terhenti. Sebuah jaket berwarna putih mendarat mulus di pundaknya.

"i-ini.." jujur jimin tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

" udara seoul dingin dokter..." jimin membalikan badannya dan menatap jungkook. Pria itu melihat kearahnya sembari tersenyum simpul.

'JANTUNG SIALAN!' itu di dalam hati jimin.

-

-

-

-


TBC..

buat kalian yang belum tau toraks itu apa, sedikit aku kasih tau ya...

Bedah toraks (dada) adalah semua tindakan operasi di bagian dada, di antaranya jantung, paru-paru, kerongkongan, trakea (batang tenggorokan), diafragma, dinding dada seperti tulang dada, tulang rusuk dan otot-otot di sekitarnya, serta mediastinum atau area di antara paru-paru.


sorry kalo agak gak jelas storynya, btw, gue mau UAS guys jadi mungkin untuk 3 minggu kedepan mungkin gue blm bisa up dulu... 

bye... bye...  sayang-sayangkuuu...

MY UNIVERSE (kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang