CHAPTER 9

405 34 4
                                    

anyeongg...
Aku kembali lagi readernim...
.
.
.

"Jimin-ah... apa kau tau ini...? Sebab pembengkakan paru paru yang terjadi pada seseorang yang meninggal secara mendadak...?" Seorang dokter muda, jung hosoek menyerahkan beberapa file kepada jimin. Hosoek dulunya adalah kakak tingkat jimin sewaktu junior high school, dan mereka sangat dekat semasa smp dulu. Tapi ketika jimin memasuki sma, ia memutuskan untuk melanjutkan studynya di negri  black country tersebut. Dan siapa sangka takdir mempertemukan mereka kembali saat sekarang ini.

" biasanya pembengkakan paru-paru terjadi jika ada tekanan kuat dari sekitar toraks hyung... ada apa memangnya..?" Si manis berbicara sembari mengembalikan map berwarna coklat yang tadi hosoek berikan.

" ini... aku sedang memeriksa salah satu mayat yang tidak di ketahui sebab meninggalnya..., Aku tidak menemukan petunjuk apapun dari dalam diri mayat itu kecuali pembengkakan paru paru... menurutmu mungkin tidak jika mayat ini meninggal akibat serangan ilmu hitam..?"

"Eohh, ilmu hitam..? Entahlah hyung, aku tidak terlalu yakin dengan itu. Coba saja kau tanya latar belakang keluarga korban. Siapa tau itu bisa menjadi petunjuk tambahan untuk melanjutkan pemeriksaan." Dokter forensik muda itu hanya mengangguk menyetujui saran sang adik.

" jim, ayo ke kantin. Aku lapar dari pagi belum sarapan. Jam praktek mu sudah selesai kan.?"

" boleh, aku juga lapar. Ayo hyung."

***

Saat ini kantin rumah sakit terlihat sepi, yah, karna memang ini belum saatnya makan siang kedua dokter muda itu saja yang teledor dan melewatkan jam sarapan paginya.

" jadi, sejak kapan hyung berkencan dengannya...?"

" mungkin 2 tahun yang lalu, tapi aku barusan mendapatkan kabar gembira. Kau tau...? Ia akan kembali ke seoul..."

"Ya.. ya... ya..., aku turut berbahagia hyung." Jimin membalas tanpa minat.

" ayolah jiminie kau harus belajar membuka diri pada seseorang, supaya kau bisa berkencan." Kencan ya...? Entahlah, tapi sampai saat ini belum ada lelaki yang bisa mengambil hatinya kecuali mungkin satu orang...

" nanti saja, aku masih ingin fokus dengan karirku hyung."

" benarkah jimin-shii..? Aku tidak percaya kata katamu, soalnya kemarin aku melihat di dalam ruangan dokter park jimin ada dua orang namja yang sedang berpelukan mesra. Oh atau mungkin aku salah ruangan ..?" Hosoek memasang espresi berfikir, tapi pemuda jung itu tahu betul bahwa ia tak salah orang. Sebenarnya sudah lama hosoek ingin menanyakan prihal kejadian ini pada sahabatnya, tapi ia belum menemukan waktu yang pas.

Sial sial sial !  Kenapa hosoek hyung bisa tau... matilah akuuu.

"A-ahh... soal itu ya..." sumpah demi apapun jimin sangat malu sekarang. Hosoek itu bulan orang yang mudah di bohongi. Pasti dia tidak akan percaya jika jimin mengatakan bahwa itu bukan dirinya.

" iyaa.... kenapa kau tidak bercerita padaku hemmm? Atau kau sudah tidak menganggapku sahabatmu lagi yaa..?" Hosoek memasang wajah sedihnya, bertahun tahun ia berteman dengan jimin ia sangat faham karakter dokter cantik di depannya ini. Jimin itu tidak akan bisa melihat seseorang bersedih, dan hobi sekarang sedang memakai jurus ampuh itu.

" it.. ituu..... emm... di...dia..." hosoek masih senantiasa menunggu jawaban si manis.

Drrrtt... drrrttt...ddrrttt...

Ponsel jimin berdering, dan memecahkan kecanggungan di antara dua dokter itu.

" halo..."
" halo jiminie... "
" ah.. bagaimana nyonya jeon..?"
" formal sekali uh... jimin sayang, apa boleh aku meminta tolong padamu...?"
" nee, ada apa nyonya."
" sebelumnya apa jam kerjamu telah usai...?"
" emm. Ya aku sudah selesai praktek. "
" jiminie, aku ingin membuat cake, boleh aku mengajakmu..?"
"Ahh... nee nyonya aku akan segera ke sana"
" ah, baiklah terimakasih jiminie"
"Sama sama nyonya."

Sambungan telfon terputus setelahnya. Jimin harus segera berangkat sekarang. Ia tidak enak membuat nyonya jeon menggu lama.

" hyung... nih, aku bayarkan makanan mu hari ini, aku harus segera pergi."

Mata hosok memicing, segera ia tangkap pergelangan tangan jimin saat dokter kecil itu hendak melangkah pergi.

"Yak! Beru tau aku dulu, siapa yang duduk ah, bukan duduk, siapa yang memangkumu di ruanganmu minggu lalu dokter park...?"

Sial. Jimin benar benar tidak bisa berkutik sekarang.

"Ayolah hyung, aku buru buru... besok ya akan aku beri tau." Jimin berusaha melepas cengkraman hosoek di tangannya, namun sialnya pemuda itu benar benar tidak mau melepas jimin sama sekali.

" no... no... no! Sekarang atau tidak kulepas."

"Hissh.. jinjja...dia... dia temanku."

"Kau pikir aku percaya ayolah jimin-sshi, apa susahnya mengungkapkan satu kata saja."

" oke! Tapi lepas dulu hyuuuuunggg..." jimin mulai merengek, andalannya saat sedang memelas di hadapan jung hosoek.

" tidak."
"Ihhh, aku janji akan ku beri tau... tapi lepaskan dulu." Hosoek segera melepaskan pergelangan tangan jimin.

" dia..." jimin gugup, sungguh.
" dia... jeon jungkook, aku pergi dulu bye..." kemudian dokter manis itu segera pergi dari hadapan hosoek.

" mwoya!! Je.. jeon jungkook..?!! Park jimin pabo. Apa dia tidak tau bahwa ia akan menjadi sorotan publik jika berurusan dengan pemuda jeon itu.

***

Pintu warna coklat dengan gaya khas bangunan italia itu terbuka lebar.

" silakan tuan, nyonya jeon sudah menunggu anda di dalam."

" oh baiklah, terimakasih" jimin tersenyum
Sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

" hey... siapa kau?! Orang asing tidak di perbolehkan masuk ke sini sembarangan."
Suara wanita itu membuat langkah jimin terhenti. Pemuda manis itu memutar balik badannya. Dilihatnya seorang wanita cantik berumur sekitar 22 tahun sedang duduk manis sambil menontoh sebuah acara tv. Di tangannya terdapat satu toples macaron coklat.

" aah.. mian, tadi nyonya jeon menyuruhku untuk datang kemari..." jimin berbicara sambil membungkukkan badannya mengucap salam. Wanita itu bangun dari duduknya, dan berjalan mendekati jimin.
Tangannya ia letakkan di atas bahu sempit jimin.
" bagaimana aku bisa mempercayaimu nona..?" Jimin membolakan matanya kaget. Siapa yang wanita ini panggil nona..?

" yak!! Lalisa jangan berbiat seperti itu!! Cepat minta maaf pada jimin !" Nyonya jeon menuruni tangga spiral berkombinasi kayu dan logam itu dengan sedikit tergesa. Ia menyesal meninggalkan lisa sendirian di rung keluarga ini dan bertemu jimin. Ia sungguh tidak enak pada jimin sekarang.

" omo! Siapa namamu tadi..?" Lisa bertanya karna terkejut.

" ji.. jimin... park jimin." Sungguh ia sangat gugup.

" yak! Berbicalah yang sopan pada yang lebih tua!!"

" kau park jimin...? Kau calon tunangan jungkook oppa..?" Wahh lisa terkjut bukan main, memang lisa tidak pernah melohat sang oppa berkencan, tapi sekalinya melihat orang yang di sukai sang oppa ia benar benar mengakui bahwa sang oppa memiliki selera yang begitu tinggi. Nyonya jeon segera menarik jimin berjalan menuju dapur.

" sudah, biarkan saja dia. Tidak usah di ladeni." Jimin menjauh dari lisa, bahkan ia belum sempat berkenalan dengan wanita itu. Tapi, tak lama kemudian suara langkah kaki terdengar mengikuti mereka.

"Eommaaaa... tapi sungguh, jungkook oppa bilang begitu padaku..."

DEG

Jungkook berkata seperti itu...? Apa ini...? Apa aku bermimpi...?- PJM

Lisa menarik paksa jimin dari sang eomma. Ia mengulurkan tangannya pada jimin.

" halo kakak ipar, aku lalisa manoban. Calon adik iparmu, uhhh... cantik sekali dirimu... nanti akan aku beri tau banyak hal tentang jungkook oppa. "

TBC....

MY UNIVERSE (kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang