CHAPTER 1

549 39 0
                                    


Seoul

Kota yang menyimpan banyak sekali kenangan untuknya. Kakinya menapak perlahan di tanah kelahirannya, rasa bahagianya begitu membuncah, ia bena-benar merindukan seluruh keluarganya. Terakhir ia menginjakan kaki di bandara ini 8 tahun yang lalu, saat ia berumur 17 tahun. Masih terbilang kecil memang untuk anak seusianya waktu itu meninggalkan kota dan pergi bersekolah ke negara asing tanpa ada satu pun sanak saudara di sana. Tapi lihatlah, sekarang bocah itu telah menjelma menjadi sesosok malaikat manis yang telah menyelamatkan nyawa banyak orang. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang katanya hendak menjeputnya. Sesekali ia membuka gedgetnya dan melihat beberapa notifikasi yang tertera di sana. Tak ada satu pun pesan yang berarti, hanya beberapa orang teman kerjanya yang mengimkan setiker sampai jumpa atau hati-hati di jalan sebagai balasan status yang baru saja ia buat. Menyedihkan memang, tapi jujur saja hingga saat ini jimin tidak memiliki banyak teman dekat. Untuk seorang kekasih, entahlah, jimin masih tidak berminat untuk itu.

"jimiiiiii...." jimin berjengit kaget. Suara yang sangat familiar ditelinganya. Matanya mencoba mencari dari mana sumber suara itu ber asal. Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun berlari cepat kearahnya. Jimin melebarkan matanya dan segera ia berjongkok sembari merentangkan tangannya. Anak kecil itu semakin kencang berlari ke arah jimin dan menerjang jimin dengan sebuah pelukan erat.

"hati-hati, jangan lari kaya tadi lagi ya, nanti kalau jatuh bagaimana?" anak kecil itu hanya tersenyum sembari menunjukkan deretan gigi rapihnya.

"gak papa, kan sekalang aku punya doktel balu." Jimin merotasikan matanya, dan mencium anak itu gemas. Anak itu masih setia bermanja di pelukan jimin dan sesekali meledeknya. Hingga...

"ji."

"eh nuna, makasih ya sudah mau jemput aku." Jimin berucap sembari memeluk wanita tersebut.

"dih, kaya kamu orang lain saja ji. Santai saja" jimin tersenyum. Nama wanita itu jinnie, kim jinnie ia istri dari kakak angkat jimin, kim jongin.

"tuh, kan kamu itu kalau di lihat aslinya memang jauh lebih cantik dari pada di layar, jadi gemes, tapi sudah cantik gini masih betah jomblo sih." tuhkan kakaknya yang satu ini memulai lagi, berpuluh-puluh kali ia menawarkan kencan buta kepada jimin, dan berpuluh puluh kali juga jimin menolaknya. Memang banyak pria yang menyatakan 'mengagumi' jimin atau bahkan yang sangat terang terangan mendekati jimin pun ada. Tapi, semua itu jimin tolak dengan alasan bahwa ia masih ingin fokus terhadap karirnya. Sudah hampir putus asa rasanya jinnie membujuk adiknya yang satu ini.

"ah, mulai lagikan!"

"hehe.. enggak enggak, gak papa kok nuna bercanda jii. Biasa saja dong mukanya." Jimin mendengus sebal. Nunanya ini memang benar benar selalu membuatnya kesal.

"gimana kabar eomma dan appa?" jimin bertanya sembaro mendorong kopernya.

"baik, mereka sehat. Apalagi eomma lebih cantik sekarang." Jimin tertawa mendengarnya, rasanya semakin ingin segera memeluk mama tercinta sekarang juga.

"ji, malam ini kamu ada acara enggak?"

"acara sama siapa nuna? Kan nuna tahu sendiri aku gak punya banyak teman."

"bagus kalo begitu, nanti malam ada acara serah terima jabatan di rumah kolega appa. Kalo bisa kamu datang ya."

"aku sih gak masalah, oke deh nnt malem aku ikut."

***

Jimin sedang berbaring di atas kasur empuk kesayangannya, setelah mengobrol panjang dengan kedua orangtuanya, menanyakan bagaimana pekerjaan ayahnya selama ini, bercanda dan lain sebagainya ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan membersihkan badan. Jimin cukup rindu dengan keadaan kamarnya ini, terakhir jimin menempati kamar ini sekitar 3 tahun lalu, dimana kala itu ia pulang ke korea untuk menghadiri acara perayaan kelahiran pitter, keponakannya. Tak banyak yang berubah dari kamar ini, bahkan semuanya terbilang masih sama. Nuansa biru yang amat jimin sukai, dengan paduan putih yang benar-benar terlihat soft dan elegan.

Tok tok tok.

"masuk aja gak di kunci kok." Tak lama setelah jimin berucap demikian daun pintu berwarna putih itu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan berwibawa.

"ji, tadi nuna sudah bilang ke kamu belum kalo nanti malam kita akan pergi ke rumah salah satu kolega appa?

" oh, itu. Ia sudah."

" tapi eomma pikir kalo kamu capek jangan di paksain sayang."

"apa sih eomma, biasa saja kok. Lagian jimin juga jenuh kalo di rumah saja. Siapa tahu disana jimin ketemu teman baru."

"ia deh, siapa tahu juga ketemu pacar baru kan? Ya kan?" sketika jimin langsung meletakkan ponselnya.

"kan mulai lagi kan? Ah, marah ini akunya." Sang eomma tertawa, anaknya ini masih saja terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"ia ia, ya sudah istirahat dulu, jangan maein hape terus."

"ia..." kemudian wanita itu pergi meninggalkan jimin.

-

-

-

-

hai sayang-sayang ku!

menurut kalian lanjut atau enggak ya?

jangan lupa budayakan vote sebelum membaca...

papay...

MY UNIVERSE (kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang