Harapan

348 41 7
                                    

Indo menatap tulisan itu yang berisi sebuah kalimat dengan bahasa yang sangat baku. Nampaknya orang yang menulis ini baru saja belajar bahasanya.

"Halo, saya Japan pemilik kamar tempat anda bersembunyi. Maaf saya menyentuh anda seenaknya. Saya bersumpah saya hanya mengobati anda dan memindahkan anda saja. Saya tau anda adalah tuan Indonesia. Jika anda sudah membaca surat ini, segeralah berlari sejauh mungkin sebelum pasukan ayah saya menemukan anda. Larilah kearah timur, terakhir kali disana saya menemukan perkampungan rakyat anda. Saya tahu anda akan sangat marah, saya mohon maaf atas kekejaman ayah saya. Hanya ini yang dapat saya lakukan untuk anda. Semoga anda selamat tuan Indonesia."

"Ayah ? Oh tidak, dia...anak J.E ?" Indo menutup mulutnya terkejut. Tanganya bergetar, yah memang saat ini indo masih tetap marah dan dendam dengan para penjajah itu. Namun, yah ia bersyukur setidaknya dimanapun tetap akan ada orang baik yang akan membantunya walau tetap saja ia adalah musuhnya. Namun beginilah takdir tuhan, Indonesia mengepalkan tangannya erat menguatkan tekatnya.

"Terimakasih japan, Netherland,.....Danique dan semuanya. Aku akan mengenang jasa kalian" indo sedikit menitikan air mata saat menyebut nama Danique dan keluarganya yang harus terbunuh karenanya. Bahkan ia tak tahu bagaimana kabar Netherland sekarang.

Indo bangun dan mulai melihat kearah langit, mencari bintang Utara untuk mencari tahu arah timur. Saat sudah menemukanya, indo mulai berlari semakin menjauhi suara ribut dari arah sebrang yang kini indo paham itu arah dari kastil yang menjadi tempatnya tersekap tadi.

Indo berlari sekencang yang ia bisa, membalah hutan hanya ditemani cahaya bulan yang temeram. Suara semak yang terbelah membuatnya semakin mengencangkan kecepatan larinya tanpa peduli lukanya kembali terbuka, ia sudah tak perduli lukanya, ia hanya harus cepat menemukan tempat bersembunyi yang aman sebelum ia tertangkap kembali.

Hingga beberapa saat ia lari, didepan sana dapat ia lihat...dari kejauhan nampak perkampungan kecil tak jauh darinya. Ia yakin ini kampung yang diarahkan oleh japan tadi.

Dengan cepat Indonesia menuju salah satu rumah terdekat yang saat itu tampak ada beberapa laki-laki paruh baya yang masih beraktifitas. Dengan langkah gontai dan nafas memburu, indo mendekati lelaki itu.

"Haaah...p-pak...tolong" katanya dengan terbata sembari mengatur nafasnya yang sudah sangat tidak beraturan.

"Oh! Eh ? Oh iya apa yang bisa bapak bantu le ?" Tanya bapak itu dengan logat jawanya yang kental.

"Pak, boleh saya minta air?" Tanya indo ia benar-benar sangat haus sekarang, ia bahkan sampai lupa kapan terakhir kali ia minum.

"Astaughfirullah...ayok le masuk dulu le!" Si bapak menarik indo kedalam rumah, ia merasa iba melihat kondisi Indonesia saat itu. Indo hanya diam mengikuti si bapak yang kini tengah sibuk memanggil sang istri untuk mengambil obat dan ia sendiri sibuk mengambil gelas dan air untuk diberikan pada indo.

"Nah ini le, diminum dulu. Kamu kenapa bisa kayak gini le ? Namamu siapa le ?" Si bapak kini duduk setelah menyerahkan segelas air pada indo  sambil memeriksa luka di tubuh Indonesia yang kembali terbuka.

"Anu pak...saya..."

"Masya'allah...ini Raden Indonesia to? Panjenengan Raden Indo to le ?!" Kalimat Indonesia terpotong oleh teriakan kaget istri si bapak bahkan sampai menjatuhkan isi kotak yang ternyata obat-obatan herbal.

"Heh, simbok ini ngomong apa ? Jangan ngomong sembarangan!"

"Ya Allah pak, ini Raden Indonesia pak! Lihat ini loh pak! dia lambang negara kita pak! Dia anak raja Majapahit!" Ibuknya terduduk didepan indo sambil memegang tangan indo penuh hormat. "Ya Allah Raden, panjenengan selamat Alhamdulillah" si ibu menangis tersedu.

Love Is Pain(CH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang