𝐀𝐍𝐄𝐌𝐎𝐍𝐄 - 01

329 32 21
                                    

Haii saya kembali dengan membawa cerita baruu
Jangan lupa vote sama komennya

***

"MANA UANG?!" sentak pria paruh baya yang membuat langkah seorang gadis berpakaian SMA terhenti begitu saja.

Gadis itu kembali berjalan tanpa menghiraukan ucapan laki-laki itu, kaki jenjang gadis itu terus masuk ke dalam rumah yang sudah dikatakan tidak layak untuk dihuni. Baru saja memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, tetapi laki-laki paruh baya itu kembali menghampirinya.

"Saya bilang, mana uang. Kamu nggak denger," ucap laki-laki paruh baya itu seraya menarik baju anaknya, yang membuat tubuh mungil itu terhempaskan, membuat gadis itu meringis.

"Pak, Sendu itu abis pulang dari sekolah. Bukan dari kerja, tolong pak stop minta uang ke Sendu. Sendu itu bukan ATM berjalan," ucap gadis itu dengan suara yang bergetar.

Sendu Ashana Everly nama gadis cantik dan mungil itu, hidup di keluarga yang kejam. Bapak dari gadis itu selalu meminta uang kepadanya, padahal dirinya masih seorang pelajar. Dituntut untuk menjadi tulang punggung keluarga, padahal masih ada kakak laki-laki dan perempuan dari gadis ini yang sudah seharusnya bekerja mencari uang, tetapi kedua kakaknya malah sering berfoya-foya tanpa memikirkan keluarganya.

"Saya nggak peduli, saya butuh uang. Mana uang kamu, jangan pelit jadi anak, kamu seharusnya bersyukur karena saya merawat kamu. Kamu itu punya hutang budi ke saya jadi anak itu harus tau diri," ujar Akmal—orang tua dari Sendu sembari menatap tajam anaknya.

"Kemarin bapak udah ngambil uang sendu, dan itu lumayan banyak. Pak, nyari uang itu nggak mudah," kata Sendu membangunkan tubuhnya yang terasa sangat sakit sekali.

Bukannya ia pelit menjadi seorang anak, hanya saja ia ingin mengumpulkan uang itu untuk keperluan yang lain. Mengingat di keluarga ini hanya dirinyalah yang bekerja paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Setiap pulang sekolah, ia harus membersihkan rumah setelah itu selesai dirinya harus pergi bekerja sampai malam hari. Dan meraka malah seenaknya mengambil uang hasil dari keringatnya, jika tidak diberi mereka malah akan memukulnya.

"Lo kalo jadi anak nggak usah ngelunjak deh, kasih bapak gue duit," celetuk cowok yang baru saja masuk ke dalam rumahnya dengan pakaian yang acak-acakan.

"Bang, bukan aku mau ngelunjak. Kebutuhan di rumah ini banyak, dan kalian malah menghambur-hamburkan uang."

"Oh jadi lo mulai perhitungan ya." Cowok itu berjalan ke arah Sendu, lalu menarik rambut yang tertutupi oleh hijab putih dan membenturkannya ke dinding dengan sangat kuat. Membuat Sendu memejamkan matanya ketika rasa pusing itu menjalar di area kepalanya dengan darah yang mengalir.

"Sakit bang," lirih Sendu seraya mengusap keningnya yang berdarah.

"Jadi anak itu nggak usah pelit," ucap cowok tadi yang bernama Daren, yang menjadi kakak laki-laki dari Sendu.

"Ambil aja di kamar, pasti banyak duitnya," titah Akmal membuat Daren tersenyum senang.

"Pak, bang, jangan. Sendu mohon jangan diambil," ucap Sendu menarik tangan Daren untuk menahannya.

"Pelit amat sih lo!" Daren menghempaskan tangan Sendu dengan kasar membuat Sendu kembali terjatuh.

"Jangan diambil." Sendu kembali bangun lalu berlari menyusul mereka yang sudah mendobrak pintu kamarnya.

𝐀𝐍𝐄𝐌𝐎𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang