"Kak Harsa kok belum pulang-pulang, ya?" monolog Sendu sembari menggigit kukunya dan berjalan mondar-mandir."Udah malem gini, emang ada ya sekolah sampe pulang jam segini?" Sendu berjalan keluar rumah dan menatap gerbang yang masih tertutup yang menandakan bahwa Hars dan Harsa belum kembali ke rumah.
Mata Sendu yang tadinya menyiratkan khawatir, tiba-tiba saja menjadi berbinar-binar. Karena, ia melihat jika Harsa sudah kembali pulang dengan menggunakan motor besarnya dan masih menggunakan pakaian sekolah.
"Kak? Kok kakak baru pulang? Kakak habis dari mana aja?" tanya Sendu dengan beruntun ketika Harsa sudah turun dari motornya, ia tahu jika pertanyaan ini akan menjadi sebuah amarah bagi Harsa. Tetapi, rasa khawatirnya mengalahkan itu semua.
Harsa hanya menatapnya datar dengan keringat yang bercucuran di sekitar wajahnya. Melihat itu, dengan sigap Sendu menghapus keringat itu dengan tangannya.
"Jangan sentuh, jangan lancang. Lo cuman orang asing," cetus Harsa sembari memegang tangan Sendu lalu menghempaskan dengan kasar, dan meninggalkan Sendu begitu saja.
"Kakak mau apa? Mau mandi atau mau makan dulu? Biar Sendu siapkan," tutur Sendu dengan langkah yang ia usahakan agar sama dengan langkah besar Harsa.
"Gue ini capek abis sekolah, jangan buat gue marah gara-gara lo sendiri," balas Harsa memejamkan matanya untuk menahan rasa amarahnya. Entah mengapa, ketika melihat dan mendengar suara Sendu, Harsa selalu merasakan amarah.
"Ya mangkanya itu Sendu siapkan-"
"Gue nggak butuh lo," sela Harsa memandang lurus ke depan.
"Sendu istri kakak, suatu saat nanti pasti kakak bakal butuhkan Sendu."
Harsa tersenyum miring seraya memberhentikan langkanya. "Butuh lo? Nggak mungkin, yang ada gua muak liat muka lo."
"Oke kalo kakak sekarang nggak mau Sendu siapkan apa-apa, tapi Sendu pengen tau kakak kenapa baru pulang? Sendu khawatir sama kak Harsa," lirih Sendu dengan mata yang berkaca-kaca dan suara yang tercekat karena ia menahan isak tangis.
"Lo nggak perlu tau."
"Sendu perlu tau, kak," bantah Sendu tidak terima, walaupun pernikahan ini karena terpaksa. Tetapi, pernikahan ini tetap suci. Peran suami dan istri dibutuhkan di sini.
"Lo mau tau?" tanya Harsa tersenyum menyeringai.
"Iya."
"Gua habis jalan terus tidur sama pacar kesayangan gua, dan pastinya pacar gua lebih menarik daripada lo," hina Harsa menatap Sendu dengan pandangan yang merendahkan.
"Kak-"
"Bawain tas gua." Harsa melemparkan tas nya dengan kasar dan tepat mengenai wajah Sendu. Membuat sang empu meringis.
"Besok kita pindah," lanjut Harsa lalu kembali berjalan ke arah kamarnya.
"Pindah? Kemana kak?"
"Apartemen."
"Daddy udah tau?" tanya Sendu menatap Harsa yang sedang berada di hadapannya.
"Daddy? Dia Daddy gua, bukan Daddy lo," cetus Harsa dengan nada yang tidak suka.
"Tapi kan sama aja," balas Sendu.
"Kasian, nggak punya ayah," ejek Harsa membuat dada Sendu sedikit sesak.
"Sendu punya kok!"
"Ayah mana yang rela jual anaknya hanya demi uang."
"Tapi bapak punya alasan buat itu, dan mungkin ini salah satu cara Sendu buat berbakti kepada kedua orangtua," parau Sendu dengan bibir yang bergetar, karena tiba-tiba saja ia mengingat ibunya. Bagaimana kabar ibunya yang sedang sakit itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐄𝐌𝐎𝐍𝐄
Teen FictionAnemone adalah nama yang diambil dari sebuah bunga, yang mempunyai arti pelindung. Tetapi, judul dari cerita ini berbanding terbalik dengan isinya karena sosok yang dianggap sebagai pelindung ternyata adalah seorang penghancur. Sendu dan Harsa Send...