Di sebuah ruangan yang sepi dan di atas lantai yang sangat dingin, terlihat seorang gadis yang mulai membuka matanya dengan darah yang mulai mengering yang berada di area hidung dan tangannya. Perlahan, air matanya kembali menetes. Mengapa dunia sangat jahat kepada gadis malang ini? Tidak cukupkah luka yang dirinya terima di keluarganya?Pikirannya sangat kacau karena memikirkan tentang hidupnya. Tubuh kecilnya sangat tidak berdaya, hanya bisa terbaring lemah di atas lantai tanpa ada satu orangpun yang menemaninya.
Gadis itu yang tidak lain adalah Sendu hanya bisa menatap langit-langit ruangan tersebut dengan air mata yang terus mengalir, tidak ada suara yang terdengar kecuali isak tangis.
"Mau pulang," parau Sendu dengan tenggorokan yang tercekat, lehernya sangat sakit sekali akibat cekikan tangan Harsa tadi.
"Sendu mau pulang ya Allah, dunia terlalu kejam buat Sendu. Sendu nggak sanggup lagi, Sendu lelah," isak Sendu dengan bibir yang bergetar, dadanya sangat sesak luar biasa.
Sendu tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika nanti mereka pindah dan terpisah dari Hars. Mungkin, Harsa akan memperlakukan dirinya lebih parah dari ini.
Sendu tahu jika dirinya adalah penghancur hidup Harsa, tetapi Sendu juga tidak mau seperti ini. Sendu tidak mau menjadi orang ketiga diantara hubungan Harsa dan Ayesha. Karena, Sendu sangat tahu bagaimana romantis nya pasangan tersebut.
"Astaghfirullah Sendu!" pekik Ami yang baru saja datang untuk mengecek keadaan Sendu. Karena tadi masih ada Harsa yang membuat Ami tidak berani untuk mendekati Sendu.
Sendu tersenyum getir seraya melihat Ami yang sedang berlari ke arahnya, dan langsung memangku kepala Sendu.
"Ayo bangun, bibi bantu ke kamar," ucap Ami mengelus pipi Sendu yang sangat tirus, tanpa disadari matanya sudah berkaca-kaca karena melihat keadaan Sendu.
"Sakit," gumam Sendu dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
"Ayo, bibi bantu." Ami menurunkan kepala Sendu yang berada di pahanya. Dengan lembut, Ami mulai membantu Sendu untuk duduk.
"Sakit bibi, badan Sendu sakit," rintih Sendu tidak kuat menampung badannya hanya untuk duduk, dengan sigap Ami langsung duduk di belakang Sendu untuk menahan tubuh Sendu agar tidak kembali berbaring.
"Hana, Lili, Iris, Dewi, Sandra! Cepat ke sini!" teriak Ami kepada para pelayan yang membuat mereka langsung menghampiri Ami.
"Tolong bantu Nona," titah Ami membuat mereka mengangguk. Dengan perlahan, mereka mulai memapah tubuh Sendu dan membawa nya ke kamar Ami. Karena jika membawanya ke kamar Harsa, mereka tidak berani.
Setalah sampai, tubuh Sendu langsung di baringkan. Dan Lili langsung mengambil kotak obat-obatan untuk mengobati luka Sendu.
Sendu hanya bisa memejamkan matanya dengan bantalan paha Ami, dan Ami pun mulai mengelus pipi serta rambut Sendu.
"Shhh." Sendu meringis ketika tangannya diobati dengan alkohol dan mulai dibalut oleh perban.
"Pelan-pelan Lili," tegur Ami menatap Sendu dengan khawatir.
Setelah Lili membalut luka, kemudian Lili mulai membersihkan darah yang berada di area hidung Sendu.
"Ada yang sakit lagi, nona?" tanya Lili kepada Sendu yang masih memejamkan matanya dengan sesekali meringis.
"Kepala Sendu sakit." Sendu merasakan jika ada berton-ton beban yang sedang mengajar kepalanya, sampai menimbulkan rasa pusing dan sakit.
Mendengar itu, Ami langsung memijat kepala Sendu membuat sang empu merasa sangat nyaman. Sungguh, Ami bagaikan sosok ibu untuk Sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐄𝐌𝐎𝐍𝐄
Teen FictionAnemone adalah nama yang diambil dari sebuah bunga, yang mempunyai arti pelindung. Tetapi, judul dari cerita ini berbanding terbalik dengan isinya karena sosok yang dianggap sebagai pelindung ternyata adalah seorang penghancur. Sendu dan Harsa Send...