"Udah? Gimana kata dokter?" tanya Harsa yang langsung berdiri dari duduknya, ketika melihat Sendu yang sudah keluar dari dalam ruangan tersebut."Sendu nggak papa, cuman kecapean," jawab Sendu dengan suara yang pelan.
"Jangan bohong Everly, jangan sampai lo sakit terus ngerepotin gua," ucap Harsa menatap Sendu dengan tatapan yang datar.
"Everly? Tenang aja, Sendu nggak akan sakit. Kan sendu kuat," balas Sendu sedikit terkekeh membuat Harsa memutar bola matanya malas.
"Ke mobil," titah laki-laki berbadan tegap tersebut dan langsung melangkahkan kakinya, meninggalkan Sendu yang terlihat kesusahan untuk menyamai langkah kakinya yang sangat lebar.
Kaki Harsa sangat panjang membuat Sendu sampai sedikit berlari agar bisa menyamai langkahnya. Namun, apalah daya badan Sendu terlalu kecil dan tubuhnya masih sangat lemas, sehingga terus tertinggal di belakang.
"Mas adeknya ketinggalan," celetuk salah satu ibu-ibu yang kebetulan sedang berjalan ke arah mereka.
"Adek?"
"Itu lho di belakang mas nya," tunjuk ibu-ibu tersebut ke arah Sendu yang terdiam dengan wajah yang polos, menggemaskan sekali.
"Adek? Dia bukan adek saya, tapi pembantu saya," hina Harsa membuat Sendu tersenyum getir, apa yang bisa diharapkan dari laki-laki tersebut selain kata-katanya yang pedas.
"Ohh sayang banget, cantik-cantik jadi pembantu," gumam ibu-ibu tersebut lalu pergi meninggalkan keduanya.
"Jangan ngelamun kalo lo nggak mau gua tinggal."
"Eh i-iya kak."
Harsa kembali melangkahkan kakinya dan diikuti oleh Sendu sampai di tempat parkiran, dan Harsa langsung saja masuk ke dalam mobilnya.
"Apa-apaan sih lo!" sentak Harsa kerena melihat Sendu yang tiba-tiba duduk di belakang.
"Naik mobil, kan mau pulang," jawabnya dengan ekspresi seperti anak kecil, matanya bulat dan pipinya chubby.
"Astaga! Gua bukan sopir lo, pindah ke depan!" sentak Harsa yang langsung membuat Sendu turun dan langsung kembali masuk ke dalam mobil karena takut akan tatapan Harsa.
Harsa berdecak sebal, lalu mulai fokus untuk mengendarai mobilnya, sedangkan Sendu memilih untuk memalingkan wajahnya dan menatap jalan. Tanpa sadar, air matanya kembali menetes. Ingatannya kembali ke pembicaraan antara dirinya dengan sang dokter.
***
"Mau kemana lo?" tanya Harsa menatap Sendu yang sudah rapih.
Setelah sampai di rumah mereka memilih untuk beristirahat, tetapi Sendu malah kembali keluar dari kamar dengan pakaian yang rapih. Membuat perhatian Harsa teralihkan.
"Emm Sendu mau pergi sebentar," jawab Sendu dengan kepala yang ia tundukkan.
"Pergilah, gua juga mau pergi sama cewek gua." Harsa bangkit dari duduknya seraya mengambil jaket dan kunci mobil yang berada di atas meja, lalu pergi begitu saja meninggalkan Sendu yang menatapnya polos.
"Lah? Sendu nggak diajak?" Sendu menunjuk dirinya lalu tertawa pelan.
"Jangan berharap," gumamnya seraya melangkahkan kakinya menuju luar apartemen.
Sendu berdiri dipinggir jalan, berharap ada angkot yang akan lewat. Sendu berniat ingin kembali ke toko kue yang dahulu sempat menjadi tempat untuk dirinya mencari uang demi sesuap nasi. Sendu berharap, jika toko kue itu akan kembali menerimanya. Jika tidak, Sendu akan memikirkan cara lain agar ia bisa mendapatkan uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐄𝐌𝐎𝐍𝐄
Teen FictionAnemone adalah nama yang diambil dari sebuah bunga, yang mempunyai arti pelindung. Tetapi, judul dari cerita ini berbanding terbalik dengan isinya karena sosok yang dianggap sebagai pelindung ternyata adalah seorang penghancur. Sendu dan Harsa Send...