"Beresin baju kita pindah hari ini!" sentak Harsa seraya mendorong tubuh Sendu ke atas kasur dengan kasar.Siang tadi, Harsa tiba-tiba saja pulang dan menarik Sendu yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan. Membuat nya was-was karena takut diberi luka lagi, luka ditangannya saja belum sembuh tidak mungkin jika harus ditambah lagi.
Sudah cukup, luka itu sangat sakit.
Tanpa berbicara dan membantah, Sendu langsung saja membereskan bajunya. Dirinya menjadi sedikit takut kepada laki-laki bermata elang ini.
Bahkan, karena saking takutnya tangan Sendu sampai bergetar ketika membereskan baju-bajunya dan ia masukan ke dalam koper. Tidak banyak, karena dirinya tidak banyak memiliki baju.
"U-udah kak," ucap Sendu menundukkan kepalanya dengan tangan yang memegang sebuah koper.
"Bagus," jawab Harsa langsung melangkahkan kakinya dan diikuti oleh Sendu.
Sendu tersenyum tipis seraya melambaikan tangannya ketika matanya bertubrukan dengan Ami. Ingin menghampiri dan memeluk Ami, tetapi Sendu tidak mempunyai keberanian sekuat itu. Ia takut jika Harsa akan kembali marah.
Setelah sampai di depan mobil mereka langsung saja masuk ke dalam. Harsa yang fokus mengendarai mobil, sedangkan Sendu hanya menatap luar jendela dengan mata yang berkaca-kaca. Rasanya berat sekali meninggalkan rumah tersebut, apalagi Hars sama sekali tidak tahu jika mereka akan pergi.
Pikiran Sendu berkecamuk, bisingnya jalanan kota jakarta tidak mampu membuat gadis bertubuh mungil ini mengalihkan dari pikirannya sendiri. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang masih bertengkar di atas kepalanya.
Kangen ibu, batin Sendu seraya menghapus air matanya.
Sudah lama Sendu tidak tahu kabar keluarganya, dan Sendu sangat merindukan ibunya. Dirinya takut jika sang ibu tidak dirawat dengan baik. Dirinya takut, jika sakit yang diderita oleh bidadari tak bersayapnya semakin parah.
Walaupun dahulu sang ibu sering juga memberinya luka, tetapi Sendu tidak peduli dengan itu sama sekali. Karena kini, yang ada dipikirannya hanya berusaha agar dirinya menjadi anak yang berbakti. Tidak mengapa, luka yang diterimanya tidak sesakit perjuangan ibunya ketika berusaha melahirkan anak tidak berguna seperti dirinya untuk melawan kejamnya dunia.
"Turun," celetuk Harsa membuat Sendu langsung menghapus air matanya. Terlalu lama melamun sampai tidak sadar jika mereka sudah sampai di depan sebuah bangunan yang sangat mewah.
Dengan hati-hati Sendu langsung turun dari mobil dan mengambil kopernya. Dengan tergopoh-gopoh, Sendu berlari untuk mengejar Harsa.
Harsa menekan beberapa angka lalu pintu apartemen tersebut terbuka, menampilkan ruangan yang sangat nyaman sekali. Tetapi, ruangan itu sangat berdebu.
"Gua nggak mau tau, pokoknya lo beresin semua ini sampe bener-bener bersih," titah Harsa dengan pandangan yang menatap Sendu dengan tajam. Membuat Sendu hanya bisa mengangguk dengan kaku.
Harsa tersenyum smirk lalu pergi meninggalkan Sendu, yang sedang menatap ruangan apartemen yang sangat mewah sekali.
"Beresin ini semua sendiri? Bisa remuk badan Sendu, mana besar banget ruangannya," keluh Sendu dengan bibir yang mengerucut. Jahat sekali suaminya itu karena tidak mau membantunya sama sekali.
Suami? Sendu terkekeh geli ketika mendengarnya.
Sendu langsung menaruh kopernya dan mulai membereskan ruangan apartemen yang sangat acak-acakan sekali, seperti kapal pecah. Banyak sekali bungkus snack dan botol-botol soda dibiarkan begitu saja tanpa dibereskan. Sendu mengumpulkan sampah itu ke dalam sebuah plastik yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐄𝐌𝐎𝐍𝐄
Teen FictionAnemone adalah nama yang diambil dari sebuah bunga, yang mempunyai arti pelindung. Tetapi, judul dari cerita ini berbanding terbalik dengan isinya karena sosok yang dianggap sebagai pelindung ternyata adalah seorang penghancur. Sendu dan Harsa Send...