part. 5

492 59 2
                                    

_
_
_

Yoongi terduduk lemas, tak bisa berkata-kata.
"Apalagi kali ini, lewat cara mana lagi takdir sanggub menyakiti ku" bisik Yoongi dalam tangisnya.

"Kenapa appa bunuh diri, apa yang sebenarnya terjadi" Yoongi benar-benar hancur mendengar kabar itu, menangis semalaman.

Rasa bersalah dan kasihan pada appanya, karna tak punya kemampuan mendampingi appanya di perusahaan.

Tak mungkin rasanya appanya akan menyerah begitu saja pada dunia ini, tak ada alasan untuknya memutuskan mengakhiri hidup.

Seminggu setelah pemakaman Direktur Min, hotel masih dalam suasana berkabung, tapi kegiatan hotel sudah mulai normal seperti biasa.

Mobil mewah berhenti di depan Lobby, seorang laki-laki tampan dengan kulit putih bersinar dan memakai kaca mata hitam turun dari mobil.

Yoongi di kelilingi oleh beberapa orang pengawal berjalan menuju receptionis.

Jika tak di perhatikan dengan seksama pasti tak ada yang menyangka bahwa pria dengan banyak pengawal itu adalah seorang tuna netra.

Terjadi ketegangan di receptionis, asistent Yoongi marah karna receptionis menolak saat mereka meminta kamar VVIP untuk Yoongi. Di karenakan kamar yang dimaksud saat ini sedang full booking

"Apa kamu tau siapa yang sedang kamu tolak?" Bentak pengawal pribadi Yoongi

"Mohon maaf, saya tidak tau. Tapi kamar VVIP benar-benar sedang penuh saat ini" Jawab Joen Jungkook, receptionis yang in charge saat itu.

Di ruangan Kim Namjoon, satu tamparan mendarat di pipi Jimin.

Namjoon sangat marah dan menyalahkan Jimin karena Jimin mengungkapkan jati dirinya pada Direktur Min tanpa persetujuan nya dan terlalu cepat, sehingga menyebabkan kematian Direktur Min bahkan sebelum dia menandatangani surat penyerahan kepemilikan hotel pada Jimin.

Jimin diam saja menerima pukulan itu, seperti yang memang sudah terjadi selama ini.

Jimin hidup layaknya anjing peliharaan Namjoon yang selalu harus mematuhi semua perintah tuannya.

Namjoon dan Jimin berjalan beriringan melewati lobby.
Mereka berhenti melihat keributan yang terjadi di receptionis.

"Min Yoongi" bisik Namjoon.

"Lihat laki-laki yang mengenakan kaca mata hitam itu. Dia adalah kakak mu,"

"Dia buta dan tak berdaya, harusnya tak sulit untuk mu mendapatkan tanda tangan nya" Jelas Namjoon.

Jimin menatap Yoongi tajam, pertama kali melihat kakak nya itu. Tak menyangka anak dari istri sah Direktur Min itu akan muncul.

Jimin berjalan menuju receptionis

"Ada apa" tanya Jimin pada Jungkook.

Jungkook menjelaskan permasalahan nya pada GM.

"Kosongkan 1 kamar VVIP khusus untuk Tuan muda Min Yoongi". Perintah Jimin.

"Min Yoongi ?". Para karyawan saling pandang dan berbisik. Nama Min Yoongi sang anak mendiang Direktur Min itu sangat familiar di MY Hotel, tapi baru kali ini mereka melihat wajah aslinya.

"Yoongiaaaa" panggil Namjoon.

Yoongi mendengar namanya dipanggil, suara yang sangat dia kenal.

Namjoon menepuk bahu Yoongi.
"Om Namjoon" sapa Yoongi

Namjoon memeluk Yoongi, berpura-pura sangat menyayangi dan merindukan anak dari sahabatnya itu.

"Yoongiaa, kamu tumbuh besar dengan cepat, seperti belum lama om menemani mu bermain di taman."

"Om sangat merindukan mu"

"Aku juga, Apakah om sehat-sehat saja ?. Tolong jaga kesehatan mu" jawab Yoongi.

"Yaa Om merasa terlalu lama berada di dunia ini, sampai harus menyaksikan kepergian appa mu dengan cara seperti itu" ucap Namjoon dengan suara yang terdengar sangat sedih dan tertekan.

"Terima kasih sudah datang kesini Yoongia, ucapkan perpisahan terakhir pada appa mu. Hotel ini adalah bukti betapa appa mu sangat menyangi mu." Ucap Namjoon sambil terus mengusap bahu Yoongi. Lalu dia pergi menyudahi basa basi basi nya itu.

"Apa yang direncanakan si buta itu, kenapa dia datang kesini" batin Namjoon sambil berjalan meninggal kan Lobby hotel.

Jimin menjabat tangan Yoongi. " saya Park Jimin. General Manager MY Hotel, senang bertemu anda Tuan Min Yoongi" sapa Jimin memperkenalkan diri.

Yoongi hanya mengangguk pelan, tak ada reaksi sombong ataupun angkuh, tapi kesan pertama Jimin pada Tuan muda itu adalah dingin dan diam.

Joen Jungkook mengantar ke kamar VVIP sesuai permintaan Jimin, dan karyawan lain mengantar pengawal lain Yoongi ke kamar mereka masing - masing.

Jimin mendampingi Yoongi sampai ke kamar. Mencoba membuka obrolan dengan hyeong yang baru pertama kali dia temui itu.

Menuntun Yoongi sampai duduk di sofa di kamar.

"Bagaimana appa ku meninggal, apa yang terjadi" tanya Yoongi.

"Dia melompat dari atas gedung" jawab Jimin.

"Memangnya ada masalah apa, apa ada masalah dengan perusahaan. atau mungkin appa sakit?"

" tidak, semua berjalan baik. Kalau sakit, Direktur hanya rutin meminum obat Maag," jelas Jimin.

"Kamu orang kepercayaan nya, apa dia tak pernah menceritakan apapun pada mu?" Selidik Yoongi.

"Dia selalu menceritakan tentang mu. Tentang harapannya agar anaknya sepecatnya pulih dan bersemangat untuk sembuh" jawab Jimin.

"Cukup !!!" Sela Yoongi dan terlihat tidak nyaman mendengar pernyataan Jimin.

"Manager Park, tolong antar aku ke atas, tempat terakhir appa ku sebelum bunuh diri" pinta Yoongi.

Jimin bingung dengan permintaan tuan muda itu. Apa iya dia sanggup mendatangi tempat itu, karna tempat itu hanya akan membangkitkan kesedihan untuk nya.

Tapi Jimin tak ada pilihan lain selain mengikutinya.

Menuntun Yoongi menaiki lift hingga sampai di tempat paling tinggi gedung itu.

Yoongi berjalan meraba hingga kepinggir pembatas gedung.

Jimin berdiri memperhati kan di belakang Yoongi.

"Berjalanlah sampai kepinggir itu lalu melompatlah, pergi bersama ayah mu, itu balasan terbaik untuk kalian yang telah membuang ku dan ibu ku" batin Jimin.

Yoongi benar-benar terus meraba sampai pada bagian yang berbahaya.

Jimin terus melihat, hanya diam dan tak mengejar nya.

Benci dan dendam, membangkitkan iblis jahat dalam hati Jimin untuk membisik kan rencana buruk.

Yoongi yang tak bisa melihat, tidak tau bahaya apa yang mengancam nya, tak berfikir jika terus melangkah maju maka dia
akan benar-benar menyusul appanya.

- to be continued -

BLIND SUSPICION [YOONMIN] || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя