part 38

339 50 4
                                    

"Dia menunggu mu. Berharap waktu berputar cepat di malam hari dan segera pagi, agar secepatnya melihat wajah mu"

Yoongi tertawa dan menganggab omongan Jimin itu candaan. "Dari mana kamu tau" Tanya Yoongi.

"aku tau, karna jika itu aku, aku juga pasti akan menunggu mu, ku lihat foto waktu kecil mu sangat menggemaskan" goda Jimin.

"Ternyata kamu juga bisa memuji" jawab Yoongi salah tingkah.

"Dia juga menggemaskan" jawab Yoongi, lalu berjalan menuju meja belajarnya. Mengambil satu buku lalu memberikannya pada Jimin.

Jimin menunduk menyembunyikan air matanya yang nyaris jatuh. Membuka lembar demi lembar buku tulis usang itu.
Goresan pensil Yoongi menggambar wajahnya dengan sangat indah. "Karna ingin melihat dia adalah alasan ku bersemangat pergi ke sekolah. Tapi aku tak berani menegurnya"

"Rumah ini sangat sepi, dan disekolahpun tak ada anak yang mau berteman dengan ku, karna aku terlalu pendiam.
Aku ingin mengajaknya bermain dirumah ku, tapi aku gak pernah berani" Jelas Yoongi.

"Kamu ingin mengajak nya main apa ?" Tanya Jimin

"Hmmm, kalau dulu sih mau nya ku ajak kerumah, main mobil-mobilan, Berenang atau main dihalaman belakang. Karna biasanya aku hanya bermain sendirian dan sangat membosankan" Jawab Yoongi

"Gimana kalo sekarang kita nginap di sini. kita main mobil-mobilan dan berenang"

Yoongi tertawa mendengar ide aneh Jimin itu. "aku bukan anak kecil lagi. Ok kita menginap, tapi kamu main mobil-mobilan sendiri tapi ya.naku tanya mbak dulu, mobil-mobilan nya masih ada gak". tawa Yoongi lalu
lari ke luar memanggil pelayan rumahnya.

Jimin bahagia melihat Yoogi sangat bahagia dan tertawa selepas itu. "Apa yang bisa ku lakukan untuk membuat
mu selalu tertawa seperti itu. K9, harusnya hari itu kita ditarik bersama dan mati di hari yang sama, tidak perlu se lelah ini" Batin Jimin.

Ponsel Jimin terus berbunyi. Kim Namjoon, Park Jiwoon bahkan Jung Hoseok, berkali-kali mencoba menghubungi Jimin.

Setelah mengikuti ambisi untuk menemukan orang tua kandung nya dari kecil, tak terduga ternyata mengetahui siapa orang tuanya adalah penyesalan terbesar Jimin.

Benar-benar menghabiskan waktu bermain dirumah Yoongi. Berenang, bermain dan bahkan bercumbu

Seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini, tak ada beban dan masalah, tak ada tanggung jawab dan perkerjaan

Bangun kesiangan, tanpa harus memikirkan meeting pagi. Bermesraan sepuasnya tanpa harus terbebani oleh mata karyawan yang mengawasi mereka. Berlarian di taman, dan semua yang pernah di bayangkan Yoongi.

Memasuki hari ke dua. Yoongi dan Jimin masih belum kembali, meninggalkan Seokjin dengan setumpuk pekerjaan
di kantor.
Jin memutuskan mendatangi Yoongi dan Jimin. "Kelanjutan surat somasi dari investor tadi datang lagi. Sudah ku pelajari,
sepertinya kita sulit akan menang. Aku kesini untuk mendiskusikan dengan kalian"

Diskusi rumit tentang buged dan anggaran karena menghadapi tuntutan pengembalian dana investor yang berkali lipat. Jika Yoongingegabah dalam mengambil keputusan maka dia akan dianggab gagal dan kalah dalam masa percobaan.

"Memangnya berapa dana yang di butuhkan?" Sela Jimin. Karna dana yang digelapkan Jimin dari Direktur Min bernilai
cukup besar dan masih aman di rekening rahasia Jimin.

"Jika memenuhi tuntutan saja, kita masih cukup dana, tapi mungkin kita akan kehabisan dana cadangan, dan itu spekulasi bahaya untuk perusahaan. Dan proyek juga akan terbengkalai."

Di tengah pembahasan penting itu, Hp Jimin tetap tak berhenti berbunyi. Tapi kali ini telepon dari Hotel dan Jungkook

Jungkook mengabarkan terjadi kebakaran besar di area proyek dan dormitory karyawan. "Api nya membesar dengan sesaat. Damkar juga sudah menuju kesini. Manager secepatnya kesini Selamatkan keluarga ku, banyak dari mereka yang
masih terjebak di dalam". Suara Jungkook menangis dan panik.

Yoongi, Jimin dan Seokjin sampai di lokasi. suasana panik dan kacau. Beberapa mobil Damkar berjibaku menakhluk kan api. Area Dormitory karyawan adalah bagian yang paling padat, tak cuma karyawan hotel, tapi keseluruhan karyawan Min Corporate dan keluarga nya ada di situ. Semua berbagi tugas, antara mengurusi lapangan  Rumah sakit tempat melarikan korban dan yang lainnya. Cukup krodit dan panik saat itu

Seminggu yang mencekam itu berlalu, sampai dengan hari ini yang tak kalahnmencekam nya. Rapat darurat pemegang
saham di adakan. Cara kerja Yoongi di kuliti, di adili layaknya seorang pesakitan. Perjanjian masa percobaan Direktur
kembali di ungkit, Defisit anggaran, lalai dan segala macam point kesalahan Yoongi mereka kulik, membuat posisi Yoongi makin terpojok.

Bahkan Seokjin pun tak dapat berbuat banyak untuk membantu Yoongi. Apalagi Jimin yang hanya seorang pegawai perusahaan. Sedangkan posisi Jimin sebagai Manager sendiri pun sedang di pertanyakan karena kelalaiannya dan menyebabkan kebakaran.

Namjoon mengambil alih  "Siapkan laporan mu. Kita bertemu Minggu depan mengevaluasi kinerja mu Min Yoongi"

Yoogi menemui jalan buntu, tak bisa berfikir jernih dan bingung. Beruntung sekarang Yoongi memiliki Jimin yang memeluknya tidur di malam hari

"Apa rencana mu? tanya Jimin

"gak tauuu" jawab Yoongi putus asa. Menyandarkan kepalanya di bahu Jimin

"Semua jadi terasa sia-sia. Aku gagal dan harus menjual 30% saham, Menghancurkan cita-cita appa kurang dari 3 bulan. Seperti yang kamu bilang, aku hanya pecundang yang tak bisa apa-apa selain menyesali diri dan bersembunyi." Keluh Yoongi

"Jangan putus asa, kamu tidak gagal, masih ada waktu" Jimin berusaha menyemangati Yoongi.

Yoongi akhirnya tertidur karna terlalu lelah berfikir. Sementara Jimin tak bisa memejamkan mata, terus berfikir keras bagaimana cara menyelamatkan Yoongi dan perusahaan. Walaupun sudah memprediksi Yoongi akan menghadapi ini, tapi tak menyangka akan setelak ini. "Entah kubu Namjoon ataupun Park Jiwoon, mereka semuanmenakutkan" Gumam Jimin.

- to be continued -

BLIND SUSPICION [YOONMIN] || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя