part. 24

483 71 7
                                    

_
_
_

Lelah fisik dan pikiran, membuat tubuh Jimin tak mampu bertahan.

"Baru tadi siang dia menantang ku, seperti dia sangat kuat dan berani,
tapi kenapa sekarang terbaring tidak berdaya. Ada apa sebenarnya ?"
Batin Yoongi

"Berulang kali ku tanyakan pada mu, dapatkah aku mempercayai mu, tapi
kenapa selalu mengatakan jangan percaya pada mu, dan kenapa semua kecurigaan ku mengarah pada mu ?". Hati Yoongi tak bisa berhenti membahas
Jimin.

"Yoongia, ini udah larut malam, sebaiknya kita pulang. biar Jungkook
menjaga nya" Ajak Jin memecah kebisuan di kamar Jimin.

"Ya, Direktur Min sebaiknya anda istirahat. Saya sudah menelpon dokter. Dokter akan datang jika dalam 1 jam Manager masih belum sadar" Jelas Jungkook.

Ditengah obrolan 3 orang itu Jimin menggeliat dan membuka mata. Lalu berusaha untuk duduk, di
bantu Jungkook yang bergegas menghampiri Jimin.

"aaahh" Suara Jimin sambil memegang kepala nya. Lalu melihat orang-orang dengan wajah tegang di kamarnya.

"aku baik-baik aja" ucapan Jimin yang mulai paham dengan situasinya.

Tak bersuara, tapi mata Yoongi tak lepas dari Jimin.

"Anda yakin tak perlu ke dokter ?" Tanya Jungkook memastikan kondisi Jimin.

Jimin menggelengkan kepala. "aku gak apa-apa. Maaf merepotkan kalian. Kamu pulang aja" jelas Jimin pada semuanya.

Akhirnya semua harus pulang karna penolakan Jimin yang meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

"Hyeong, kamu pulang dulu,
aku masih mau disini" Ucap
Yoongi.

Merasa aneh dengan sikap Yoongi yang tak biasanya. Bersikeras untuk tidak meninggalkan Jimin dan bahkan terlihat sangat khawatir. Tapi Jin terpaksa hanya menuruti maunya
Yoongi.

Hanya tersisa Jimin dan Yoongi. Jimin kehabisan kata-kata untuk menyuruh Yoongi kembali ke rumahnya.

Jimin tak habis fikir dengan
Yoongi, entah kenapa dia tetap ingin menemaninya.

Jimin menghela nafas dalam dalam, tak tau harus mengatakan apa lagi
pada Yoongi yang hanya diam dan menatapnya.

Jimin berusaha berdiri dan
menyeret langkahnya menuju kamar mandi.

Yoongi melihat Jimin bahkan seperti tak punya tenaga untuk berjalan ke
kamar mandi, dan beberapa kali sudut bibirnya terangkat menyeringai menahan sakit

"Tapi kenapa dia bersikap seolah-olah kuat dan tegar, kenapa tak mengatakan dia lelah atau dia sakit" Batin Yoongi.

Tak lama Jimin keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah di ganti.

"aku beneran gak apa-apa. Sebaiknya anda pulang dan istirahat Direktur Min"
Jelas Jimin sambil kembali duduk di sisi kasur dan berhadapan dengan Yoongi yang duduk di sofa.

Yoongi bangun dari duduk nya dan berjalan menghampiri Jimin. Berdiri tepat di depan Jimin, lalu
meletakkan punggung tangan nya di kening Jimin.

Orang pertama Selain Taehyung yang pernah melakukan ini pada Jimin. Dan apalagi orang itu adalah keluarganya
sendiri, setelah kecewa pada appa nya dan bingung melihat eoma nya.

Sejak kecil Jimin selalu fokus pada keluarga kandung nya, bahkan Jimin
bingung dengan hati nya sendiri, entah kenapa dia selalu menginginkan keluarga yang utuh.

"berbaringlah, aku ambil air untuk kompres" ucap Yoongi pelan. Suara Yoongi yang lembut, membuat Jimin terharu

Saat akan melangkah, Tiba-tiba Jimin menahan pinggang Yoongi. Diam sesaat namun Jimin
hanya menunduk, Lalu menempelkan wajahnya di
dada Yoongi yang berdiri di depan nya. Jimin menangis dan merusaha menahan suara, tubuh nya bergetar
kencang

Tangan Jimin melingkar erat di pinggang Yoongi, dia menangis seperti sangat lelah. Yoongi tak menyangka akan melihat Jimin seperti ini.

Tempat bersandar yang tak pernah Jimin punya seumur hidupnya. Jimin tak dapat mengontrol diri saat ini.

"Sebenarnya yang ku butuhkan hanya keluarga, kenapa harus sesulit dan setelah ini" Gumam Jimin dalam tangisnya.

Cukup lama baru akhirnya pelan-pelan Jimin berhenti menangis dan melepaskan tangannya dari pinggang
Yoongi.

Yoongi duduk dan memeluk Jimin yang masih sesegukan.

"ada apa sebenarnya. Hmmm?" Tanya Yoongi

Jimin menggelengkan kepalanya pelan. "aku hanya lelah" Jawab Jimin
sambil mengusap air matanya.

"Jimina, kata kan kalau aku bisa mempercayai mu, maka aku akan percaya pada mu walaupun kamu
membohongi ku" Ucap Yoongi seperti memohon.

Jimin kembali menggeleng kan kepalanya. "Tidak, aku bukan orang yang bisa kamu percayai" Jawab
Jimin yang kembali meneteskan air mata.

"Apa pun akan ku maafkan
asalkan bukan kamu yang
membunuh appa ku."

Jimin menjauh dari Yoongi.
"Bagaimana kalau dia memutuskan bunuh diri karna aku ?". Jawab Jimin

"Apa yang kamu katakan?. Apa ada yang perlu ku tau ?" desak Yoongi.

"aku sangat lelah. sebaiknya kita istirahat" jawab Jimin mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa kamu selalu menghindar ?. Aku hanya ingin bukan kamu yang
membuat appa ku meninggal".

"Aku sudah sering kecewa, tapi rasanya aku tak akan mampu jika ternyata kamu yang membuat ku kecewa"

"Seumur hidup ku, kamu adalah orang yang paling banyak mendengarkan suara ku.
"eoma,tak pernah membuka mata sejak melahirkan ku. appa, kadang kami hanya bertemu seminggu sekali.

"Aku tak pernah berbicara sebanyak ini pada orang lain sebelum nya.Tak pernah memikirkan orang lain seperti aku memikirkan mu" Aku Yoongi

"Beginilah dunia yang sebenarnya, tak ada yang bisa di percaya, termasuk
aku. kamu hanya akan terluka oleh ekspektasi mu itu."Jawab Jimin.

"Aku juga sama seperti mu, terlahir kesepian dan terlalu cepat percaya dengan orang yang memberi sedikit perhatian" dan selalu menyakitkan ketika berhadapan dengan kenyataan. Pelan-pelan kamu akan terbiasa dengan itu. Maka dari itu kamu
harus cari cara untuk menikmati kekecewaan."

"Yoongia. Yoongi Hyeong. Kamu sudah bisa melihat dan sudah berhasil jadi direktur, sepertinya tugas
ku sudah selesai. Aku ingin resign dan pergi sejauh mungkin dari semua ini"
Jelas Jimin.

Yoongi makin tak bisa memahami Jimin. Bahkan saat Yoongi membuang
ego nya dan mengungkap kan isi hatinya pada Jimin. tapi jawaban Jimin malah jauh dari harapan Yoongi.

- to be continued -

BLIND SUSPICION [YOONMIN] || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя