BAGIAN 05

244 29 8
                                    


***


Ini adalah hari ke empat David bekerja, hari dimana ia akan berkerja sendiri setelah masa trainingnya, Hari ini sabtu maka David masuk kerja di pagi hari tanpa dampingan Cakra karena Cakra memiliki jadwal matkul pagi, kepala cafe langsung yang akan memantau kerja David hari ini.

David tak bisa tidur hingga pagi karena memikirkan bagaimana jika ia melakukan kesalahan saat bekerja nanti dan hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi, melihat jam di ponselnya yang telah menunjukkan jam setengah enam pagi, David buru-buru bangun dan tak lupa membangunkan Aiden yang masih tidur terlelap padahal ia harus sekolah, berbeda dengan sekolah David yang menerapkan sistem full day.

Setelah bersiap David dan Adien menuju dapur untuk sarapan bersama membuat Gabriel dan Nessa merasa heran, karena tak biasanya David bangun pagi di hari libur.

"Tumben jam segini udah bangun?" Tanya Nessa.

"Dav ada janji sama temen mau main." Sahut David sembari mengambil nasi, meski sebenarnya ia masih mengantuk tapi demi masuk kerja David akan merelakan bangun siang di hari liburnya.

"Anterin Adien sekalian." Perintah Gabriel yang di balas acungan jempol dan senyum manis dari David yang membuat Gabriel semakin heran, namun Gabriel tak ingin protes karena sebenarnya ia sangat menyukai senyum David padanya, dulu sewaktu kecil mereka selalu bermain dan bersenang-senang bersama, namun seiring bertambahnya usia mereka sama-sama memiliki gengsi yang besar, hingga untuk sekedar melempar pujian sederhana atau menikmati waktu berdua mereka enggan.

***

Ansel, Brian, Deva, Hugo, dan Axel berkunjung ke cafe dimana David bekerja untuk bermain sekaligus menemani David, lagipula Ansel kan bebas pergi ke sana, karena hari ini David pulang siang mereka berencana menunggu David pulang untuk bermain bersama.

"Eh den Ansel, tumben main ke cafe den." Sambut si kepala cafe saat melihat Ansel dan yang lain memasuki cafe.

"Iya nih pak, mau ngawasin pegawai baru, ada kan pegawai yang baru ngelamar di sini?" Sahut Ansel sembari celingukan mencari keberadaan David karena tak melihatnya di bagian kasir.

"Oh iya den, ada hari ini masuk kerja tapi barusan tiba-tiba anaknya kesakitan gitu pas ada pengunjung yang ngga sengaja jatuhin piring, terus sekarang ada di ruangan istirahat karyawan." Jawab si kepala cafe membuat Ansel mendadak khawatir dan tanpa basa-basi ia langsung menuju ruangan itu di ikuti yang lainnya.

Ansel membuka pintu perlahan meski panik, ia masih cukup sadar untuk tak membuat sahabatnya itu semakin kesakitan, namun saat pintu terbuka rupanya David telah berdiri di depan pintu dengan raut wajah tegangnya.

"Sat! Ngagetin aja, untung nih jantung gue ga kumat lagi." Misuh David saat mengetahui jika sahabat-sahabatnya yang membuka pintu, tadinya ia sudah panik jika saja si kepala cafe ataupun karyawan lain yang membuka pintu.

"Gimana? Masih sakit? Istirahat aja deh biar Ansel yang minta izin." Hugo memotong perkataan Ansel yang bahkan belum sempat terucapkan bahkan satu kata, dan tak lupa menumbalkan Ansel dalam ucapannya.

"Halah strong gue mah, tadi kaget aja dikit." Sahut David santai sembari bersandar pada tembok.

"Tapi masih pucet gitu, apa mending pulang aja, biar Ansel yang minta izin pulang." Lagi ucapan Ansel kembali terpotong dan kali ini Brian pelakunya.

Ansel hanya mampu menarik nafas dan mengusap dadanya, serta mencoba untuk tak mencekik leher sahabat-sahabatnya.

"Ini kenapa jadi pada berdiri di sini?" Tanya si kepala cafe dari belakang mereka membuat semua kompak menoleh dan David langsung membernarkan posisi berdirinya.

"Oh ngga kenapa-kenapa pak, saya juga sudah baik-baik saja bisa kembali bekerja." Ujar David takut-takut, ia masih belum terbiasa dengan semua hal tentang pekerjaannya.

"Pak kasih waktu kami sepuluh menit di sini." Ansel berbicara sebelum kepala cafe menyahuti ucapkan David.

"Baik den." Sahut kepala cafe dan bergegas meninggalkan enam manusia yang ada di sana.

"Sel lo apa-apaan sih! Gue ngga enak njir baru kerja sebentar udah istirahat kaya gini, sama aja kaya gue makan gaji buta." Kesal David yang entah mengapa emosinya meluap tiba-tiba.

"Gue niat baik ya buat minta izin lo istirahat sebentar kok lo malah nyolot sih." Sahut Ansel yang terpancing emosi mendengar nada bicara David.

"Ngga gitu dong caranya, janga mentang-mentang nih cafe milik abang lo terus seenaknya dong, gue yang ngga enak sama karyawan lain." David masih kekeh dengan rasa sungkannya pada karyawan lain.

"Lo gue bantu bukannya makasih malah marah maksud lo apa sih!?" Ansel benar-benar emosi sekarang.

"Lo pikir gue lemah hah? Gue ngga bakal mati kali gara-gara kumat sebentar aja terus balik kerja." Tatapan tajamnya sekarang mengarah pada Ansel yang juga menatanya tajam.

Tanpa menjawab David, Ansel berjalan meninggalkan yang lainnya dengan amarah yang masih menggebu.

David yang juga merasa kesal melampiaskan marahnya dengan memukul dinding di sampingnya, masa bodoh dengan tangannya yang terluka David segera bergegas menuju kasir untuk kembali bekerja.

"Dahlah marahan lagi, emang batu di belah dua mereka mah." Ujar Brian yang jengan dengan kedua sahabat nya yang apa-apa di debatin di buat pakek emosi.

"Dah yuk susul Ansel, ga mungkin kan kita susul David di kasir yang ada malah buat dia makin marah karena ga fokus kerja, gue udah chat David buat nyusul ke Marmi kalo kerjaannya udah selesai." Ujar Deva setelah mengirim pesan pada David.

***
Setelah jam kerjanya habis David masih menunggu Cakra sekitar sepuluh menit sebelum meninggalkan kasir karena Cakra masih dalam perjalanan dari kampus ke cafe.

"Dav sorry ya gue telat." Ujar Cakra yang baru saja sampai di tempat kasir setelah mengganti bajunya dengan seragam cafe.

"Gapapa kok bang santai aja." Balas David dengan senyumannya.

"Gimana hari ini, lancar kan?" Tanya Cakra yang di balas anggukan oleh David, mereka berdua sudah cukup akrab dan terlihat seperti kakak adik walaupun badan David lebih besar dari Cakra, namun menurut Cakra, David itu masih terlihat lucu dan menggemaskan, Cakra hanya tak tau saja gimana berandalnya David pas di sekolah.

"Ya udah bang gue pulang dulu ya." Pamit David dan bergegas berganti baju.

Selesai berganti David langsung bergegas menuju sekolah Aiden untuk menjemputnya.

***
See u next chapter guyss
Jangan lupa vote dan komen
감사합니다


*Buat yg ga mau sekedar vote atau komen






Rumah untuk pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang