SEMBILAN : Senja Alfarian Jayandra?

115 22 0
                                    

Lelaki dengan mata indah, tatapan teduh, senyumnya yang manis serta wajah yang menenangkan hati itu bahkan tidak bisa aku deskripsikan bagaimana indahnya dia.

Senja Alfarian Jayandra

∆∆∆∆

Lelaki itu memberhentikan motornya tepat di depan gerbang rumahnya. Ia berlari memasuki rumah itu, mencari keberadaan kedua orang tuanya yang sedang berseteru.

"MA!"

"Mama di mana!?" teriaknya untuk sekian kali.

Zayyan mulai menelusuri seluruh ruangan yang ada di rumah itu, dirinya terdiam kala satu ruangan yang menimbulkan suara seperti benda jatuh. Ruangan yang tak pernah boleh di masuki siapapun kecuali sang Papa.

Ia terdiam, mempertimbangkan seluruh tindakannya. Apa yang harus ia lakukan? memasuki ruangan itu untuk memeriksanya atau pergi saja?

"Gue gak mungkin ninggalin Mama sendirian." katanya, tanpa pikir panjang lelaki itu mendobrak pintu kamar tersebut hingga terbuka. Dirinya tak peduli kalau dengan tindakan yang ia lakukan dapat merenggut nyawa nya, bahkan ia rela mati demi keselamatan sang Mama.

Hal yang pertama dirinya liat saat pintu terbuka adalah sang Mama yang sudah terluka, di pergelangan tangannya mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Zayyan, berani kamu masuk ke ruangan saya?"

Zayyan tak mendengar ucapan sang Papa, ia berlari menghampiri Mama nya, sekarang yang harus dirinya lakukan adalah membawa sang Mama pergi.

"Mama bertahan, Zayyan akan bawa Mama keluar." ucapnya, namun sang Mama menggelengkan kepala, ia tak mau kalau Zayyan yang akan menjadi tempat pelampiasan suaminya lagi.

"Cepat kamu pergi."

"Zayyan bakal pergi kalau sama Mama."

"Jangan keras kepala, cepat pergi kalau kamu tidak ingin tewas di tangan lelaki brengsek itu!"

"Zayyan rela tewas di tangan Papa asal Mama baik-baik aja."

"Ck! kalau kalian mati bersama bagaimana?" tanya Bima, lelaki itu benar-benar sudah berubah sejak beberapa tahun lalu. Lebih tepatnya saat Zayyan mulai beranjak naik ke kelas 5 sekolah dasar.

"Jangan sentuh anak aku,"

"Kalau begitu, aku akan mencabik-cabiknya saja." ucap Bima ia memperlihatkan sebuah pisau yang tadi sempat dirinya gunakan untuk melukai Alisya.

"Zayyan, kalau kamu sayang sama Mama pergi dari sini!" ujar Alisya sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Sayang kata Mama? Dengan cara ninggalin Mama di sini sendirian itu yang namanya sayang?"

"Mama yang mengandung Zayyan selama 9 bulan, Mama juga yang melahirkan Zayyan, Mama yang membesarkan Zayyan dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, jasa Mama gak akan pernah bisa di ganti dengan apapun bahkan nyawa Zayyan saja belum tentu cukup untuk membalasnya. Jadi bagaimana Zayyan tega meninggalkan Mama di sini?." Zayyan memang sedikit menaikan nada bicaranya, namun bohong jika air mata lelaki itu tidak terjatuh. Lelaki itu menunduk untuk menyembunyikan air matanya dari sang Mama, namun itu sia sia, sang Mama mengetahuinya bahkan sekarang dirinya merasa bersalah sudah mengucapkan hal yang pasti menyakiti hati Zayyan.

SELF HEALING || Zayyan Xodiac Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang