Note before started:
Cerita ini dibuat untuk menyelesaikan misi duel tournament royale yang diadakan oleh NPC sebulan yang lalu dengan tema permen dan genre teen fiction. Namun aku merasa harus membagikan beberapa cerita tournament yang kutulis dalam 30 menit, dalam keadaan panik dan terburu-buru. Tentu, aku hanya akan mempublikasikan beberapa cerita yang menurutku berkesan.Jika kalian adalah orang-orang yang sudah pernah membaca semua bacotan randomku di Daydream, mungkin kalian bakalan merasa, "Eh? Kok kayaknya aku familiar sama judul ini?"
Ya, ini cerita Ame & Sun. Aku hanya teringat dengan kisah ini ketika menyangkut permen dan teenfict, hahah. Sayangnya, aku tidak bisa menuliskan terlalu banyak, karena ini hanya dibatasi 500 kata (ini pun kutambah sedikit agar lebih mengesankan).
Hmm, tapi bagaimana caranya aku menegaskan bahwa ini bukan romance?
Oh, dengan cara seperti ini.
Genre: Slice of Life, School Life. Non-Fantasy (only in this case).
***雨, あめ***
"Hello, Sun-San, my name is Ame!"
Aku tersenyum di depannya, memperkenalkan diri.
Namanya Sun, dia anak baru pindahan Amerika yang bergabung di kelas 6-2 hari ini karena ikut ayahnya di kota kecil ini untuk keperluan pekerjaan. Rambut pirangnya yang terpantul cahaya matahari dari jendela tampak bersinar dan mata birunya menatapku penasaran.
Banyak teman sekelasku yang penasaran dengannya, tetapi mereka tidak berani mengajaknya berbicara. Soalnya, kami semua tidak ada yang fasih Bahasa Inggris.
"Ame ...," gumam Sun pelan, sebelum akhirnya tersenyum ramah. "Hai, Ame. Bahasa Jepang, okay."
.
.
.
Kami berteman sejak hari itu. Teman-temanku perlahan juga mulai memberanikan diri untuk berbicara dengannya dan kami sering mengajaknya bermain dodgeball bersama. Sun cukup bersahabat, berteman dengan semua orang dan masih mencoba beradaptasi di Jepang.Kabarnya, Sun tidak akan lama di sini, karena ayahnya memang kerap berpindah-pindah tempat untuk bekerja, tetapi kuharap Sun punya banyak kenangan indah selama di sini!
Jam olahraga cukup melelahkan sekaligus mengasikan. Kami baru saja selesai bermain dodgeball. Tim-ku kalah hari ini, tapi tidak apa-apa, masih ada minggu depan untuk menang.
Kupandangi awan gelap yang berkumpul. Untungnya, ketakutan kami akan hujan deras tidak terjadi. Dodgeball lebih seru dimainkan di ruang terbuka, bukan di lapangan indoor tempat lapangan voli. Aku duduk di tangga, mengoroh saku dan mengeluarkan permen untuk memakannya.
Ibuku menjatahku permen perhari karena katanya aku terlalu menggemari permen, padahal aku sudah kelas enam dan tahu cara membersihkan gigiku dengan benar.
"Ame!" Sun melangkah mendekatiku, lalu duduk di sampingku.
"Sun-San! Bagus sekali permainanmu hari ini. Minggu depan tim-ku akan menang, lihat saja yaaa!"
Sun hanya melihatku sambil tersenyum. Entahlah dia mengerti aku baru saja memujinya atau tidak.
"Ame," katanya lagi.
"Iya, kenapa, Sun-San?"
Sun menunjuk permenku. "Ame."
"Oh, kau mau?" Aku menyodorkan permen, meskipun aku hanya punya satu.
Sun menggeleng, aku memaksanya menerimanya dan menerimanya. Sun menunjuk permen dan ke arahku. "Ame."
Ame punya dua arti yang berbeda; hujan dan permen. Tulisannya berbeda, tetapi pelafalannya hampir sama. Betul juga. Sun baru mempelajari Bahasa Jepang, dia tidak mengerti.
"Namaku bukan permen." Aku menunjuk permen sambil menggeleng-geleng. "Namaku hujan."
Sun tampak kebingungan.
Aku menunjuk langit, tapi itu tidak membantu.
Aduh, apa Bahasa Inggris-nya hujan?
"No sun, hujan, byur."
"No Sun?" Sun menunjuk dirinya sendiri, membuatku panik.
"No, no, no! Bukan begitu."
Tolong, seseorang bantu aku, agar aku tidak kelihatan seperti sedang menindasnya!
Untungnya, sebelum salah paham semakin panjang, ketakutan kami tadi akhirnya terjadi. Hujan turun dengan lebat dan kami berdua segera berlari ke bangunan terdekat untuk berteduh.
"Nah, ini dia! Arti namaku hujan. Ini!" ceritaku dengan semangat.
Sun tampak mengangguk mengerti. "No sun, rain?" tanyanya.
Aku mengangguk sebagai balasan. Sun hanya tertawa.
"Sun-San," panggilku. Dia menoleh.
"Ya, Ame-Ame?" balasnya, tersenyum.
Aku menaikkan sebelah alis. "Kenapa Ame-Ame?"
"Ame memanggilku Sun-Sun."
Kali ini aku yang tertawa.
"Kau tidak akan lama ya, di sini?"
Sun tampak sedikit heran, tapi ia membalasku dengan tersenyum.
"Hm?"
"Kurasa aku akan terus mengingatmu setiap melihat matahari," ucapku sambil menghela napas. "Apa kau akan mengingatku setiap hujan turun?"
Sun memperhatikanku agak lama, tersenyum tipis dan memiringkan kepala. "Apa?" tanyanya.
Oh, tentu saja, Sun tidak akan mengerti.
Aku tertawa kecil, tak menjawab pertanyaannya. "Ayo, kita kembali ke kelas."
"Ame," panggilnya lagi.
Kutolehkan kepalaku padanya. Dia melemparkan permen yang kuberikan kepadanya tadi dan tertawa ringan sambil berlari. "Ame makan Ame."
Sepertinya itu ledekan, karena itu aku mengejarnya sampai ke kelas. "Sun-San!"
*** 雨, あめ***
fin—ish.
.
Lagi dan lagi, aku harus ngingetin, jangan dikapalin. Kalian kan udah tau endingnya bejimana.
700-ish
Additional Notes, coming soon in Daydream.
Big Loves,
Cindyana
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Of Fools
Short StoryJangan dibuka, HAHAHA. Semua yang ada di dalam sini semuanya adalah cerita yang pernah saya buat, dan TANPA Perencanaan plot, jadi kalau gamau mata sakit, jangan dibuka, HAHAHA. Semua ini diambil dari note Facebook saya dulu. Ceritanya dipastikan A...