Di Asrama Aja - Kamar nomor 24
PIYORIN's
"Aku tahu asal muasal dari semua ini, dan bukankah itu artinya kita harus menjauhi Vampix?"
Perkataan Kayaka membuatku mengerjapkan mata.
"Tunggu, itu ada hubungannya dengan manusia congkak, angkuh dan sok penguasa?" tanyaku, yang membuat Ryuko kini mengerutkan keningnya, bingung.
"Bukankah itu karena Vampix berteman dengan spesies kelelawar?" Ryuko mengoreksi jawabanku.
"Oh, seperti itu."
Akan kuceritakan kejadian yang kami alami secara singkat. Mendekati akhir bulan Januari, tiba-tiba dunia gempar dengan keberadaan sebuah virus. Gemparnya ... hm, kira-kira sama seperti dulu ketika Jepang gempar dengan fenomena hilangnya manusia (ya, walau sekarang tidak ada yang mengingatnya sama sekali).
Gempar, gempar sekali sampai akhirnya semua fasilitas umum ditutup. Kuakui, aku cukup kaget dengan ini. Sebab ketika fenomena menghilangnya manusia dulu, sekolah dan kantor bahkan tetap beroperasi. Setelah kupikir-pikir, situasi ini lebih dapat dikendalikan daripada fenomena aneh yang bisa saja melahap siapapun tanpa kenal bulu.
Nah, haruskah kukatakan bahwa aku senang karena sekolahku libur? Ya, tentu saja aku senang, tapi masalahnya ...
"Iya, tapi jangan bermimpi misi kita libur. Dunia sedang bersibuk dengan dunia mereka, kita harus sibuk dengan misi kita. Virus mungkin berbahaya, tapi perlu diingat kalau peri-peri mungil itu bisa lebih mengacaukan dunia."
Kata-kata Vampix di pengumuman terakhir di siaran sekolah minggu lalu masih terngiang-ngiang di pikiranku. Dan sebenarnya sudah seminggu pula aku menghabiskan waktu di asrama, di dalam kamarku dan bertemu dengan beberapa orang sesekali, ketika pergi ke cafeteria.
Semua jadwal dibuat ulang dan karena itu, tidak ada lagi orang yang boleh berlama-lama di sana. Begitu selesai makan, harus langsung naik karena orang-orang sudah menunggu jadwal mereka. Saat cafeteria kosong, mereka akan menyemprotkan antiseptik ke seluruh ruangan, seolah kami semua adalah virusnya.
Malam hari, kami semua menyelinap keluar untuk menangkap para peri yang masih berkeliaran. DAN itupun kami diwajibkan memakai masker. Sebenarnya bisa saja aku mencari mantra pelindung yang membebaskanku dari segala jenis kuman, tapi katanya itu berisiko karena tidak semua kuman bersifat jahat--ini kata Kayaka.
Belakangan, isu tentang kami yang akan dipulangkan ke rumah masing-masing, mulai menghilang. Sepertinya isu itu tidak benar, karena sampai detik ini belum ada pengumuman resmi dari pengurus sekolah. Ya, siapa lagi kalau bukan dua kakak beradik itu. Jangan-jangan mereka berdua tidak diperbolehkan keluar dari rumah mereka sendiri. Membayangkan kalau kami akan menjadi tumpukan manusia di asrama membuatku agak merinding.
"Aku bosan, mau ke kamar kakakku. Mau ikut?" tawar Kayaka padaku.
"Bukankah kita diminta untuk saling berjauhan dulu? Seperti yang kita lakukan sekarang?" tanya Ryuko.
Oh ya, coba tebak apa yang sedang kami lakukan!
Ya, benar, tiduran di kasur masing-masing.
"Rin bisa menggunakan kekuatannya untuk membuat kita memakai pakaian astronot, iya kan, Rin?"
Ryuko menolehkan kepalanya ke arahku yang kebetulan tidur di tengah. Rasanya malu sekali setiap Kayaka membahas soal kostum astronot. Aku yang mengusulkannya awal-awal, tapi aku hanya bercanda. Aku tidak tahu bahwa Kayaka akan mengganggapnya seserius ini.
"Kalau Piyorin menggunakan kekuatannya dan membuat semua orang di sini memakai pakaian astronot, apa kita bisa beraktivitas seperti biasa, ya?" Ryuko bertanya sambil menatap langit-langit kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Of Fools
Short StoryJangan dibuka, HAHAHA. Semua yang ada di dalam sini semuanya adalah cerita yang pernah saya buat, dan TANPA Perencanaan plot, jadi kalau gamau mata sakit, jangan dibuka, HAHAHA. Semua ini diambil dari note Facebook saya dulu. Ceritanya dipastikan A...