Happy reading . . .
Menatap hamparan bintang malam ini adalah keputusan yang tepat bagi Amora. Untuk beberapa saat Amora terpaku pada salah satu bintang yang bersinar terang dibanding bintang lainnya. Bukankah hidup dari sang pemilik ini terlalu kacau atau bahkan itu tidak cukup untuk mendeskripsikan hidup seorang Amora Ginata.
Pertengkaran kedua orang tuanya hampir setiap hari terjadi didepan matanya. Mereka seperti lupa kalau masih Amora setidaknya untuk membuat mereka sadar bahwa ada hati yang lebih hancur dari keduanya.
"Kasian banget hidup lo, Mor. Udah gak ada temen, keluarga lo berantakan pula."
"Penulisnya seperti enggak adil, hidup pemeran yang lain terlalu damai sedangkan gue? Ck."
Hembusan nafas milik Amora terdengar kasar. Entah Hellea ataupun Amora keduanya sama-sama memilih untuk memendam perasaan campur aduk dalam diri mereka. Mau berbagi juga pada siapa? Orang-orang terlalu menghakimi mereka seakan merekalah manusia paling buruk di dunia ini.
Tatapan Amora menerawang jauh hingga ia berhenti pada satu titik. Didepan sana ada rumah tak kalah mewah dari kediaman Bram. Ada seseorang yang sepertinya sedang melakukan hal yang sama dengannya. Menikmati hamparan bintang yang memanjakan mata siapapun.
"Daisy, Daisy, Daisy."
Amora tersenyum kalah satu nama itu tiba-tiba muncul di kepalanya bersamaan dengan yang angin menerpa kulit miliknya meski sudah memakai jaket tetap saja Amora merasa kedinginan.
Amora pikir mereka terlalu fokus pada apa yang terlihat oleh mata. Sedangkan hal yang jelas tersembunyi harus terkuak agar mereka sadar kalau tak ada manusia yang sesempurna itu.
'G-gue gak sengaja, i-itu hanya bentuk pembelaan diri. Please, kalian harus percaya gue. G-gue gak mungkin mau ngelakuin hak kayak gitu, g-gue terpaksa, g-gu—"
"Kita semua percaya lo, Sy. Lo gak bakal lakuin hal sejahat itu kecuali keadaan yang maksa lo."
"Lo tenang aja, oke? Kita ada sini buat lo, Sy."
Amora tertawa sumbang saat mengingat bagian novel yang menceritakan seorang Daisy diterima setelah kesalahan fatal yang dilakukan olehnya.
Benar-benar tidak adil dan mulai sekarang Amora akan membuat semuanya adil dan tidak akan membiarkan siapapun mengusik hidupnya.
Sembari menikmati coklat panasnya ditemani oleh beberapa tumpukan buku diatas meja, Amora yakin akan memulainya tanpa peduli siapapun di dunia ini.
Biarkan mereka tahu seberapa menyenangkannya Amora ketika bermain nanti.
.....
"Gue gak berasa ada urusan sama lo."
Pagi-pagi sekali Amora harus dipertemukan dengan Orion. Pria itu menarik paksa tangannya menuju kelas paling ujung—kelas Orion lebih tepatnya. Masih belum banyak siswa yang berdatangan tentu saja Orion sengaja datang lebih pagi agar bisa menghindari tatapan mereka.
Awalnya Orion tidak ingin peduli, tetapi setelah mendengar pengaduan dari Vania perihal kejadian kemarin alhasil dirinya memutuskan bertemu Amora.
"Gue enggak tau apa masalah lo sama Daisy. Gue cuman minta lo berhenti gangguin dia, apalagi kalau itu ada sangkut pautnya sama gue," kata Orion. Tatapan pria itu tertuju pada wajah cantik milik Amora.
"Sok tahu lo."
Amora tersenyum tak percaya mendengar ucapan Orion. Bukankah dia sangat percaya diri? Apa Amora terlihat begitu memuja seorang Orion sampai-sampai mereka mengatakan hal yang sama berungkali. Ia menyukai Orion, ia menyukai Orion. Menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonit's Game
Teen FictionHellea ataupun Amora memiliki cerita yang hampir sama. Hanya saja dunia Amora jauh lebih gelap dari Hellea. Sayangnya Hellea harus menerima kenyataan kalau dirinya malah terjebak pada tubuh Amora-sang Antagonis dalam novel 'Sweet Daisy' Semua oran...