Bab 1

1.7K 97 2
                                    

Happy reading . . .

Hellea memutar bola matanya malas saat dirinya kembali menjadi topik pembicaraan pagi ini. Sudah menjadi kebiasaan mereka akan sarapan bersama apalagi sejak papanya —Caston kembali menemukan cintanya setelah menduda selama tiga tahun lamanya.

Erena Edward seorang janda—berhasil menarik perhatian bahkan hati milik Caston sepenuhnya. Meski Erena begitu baik padanya, Hellea tetap tidak bisa menerimanya begitu saja. Selain karena belum bisa merima kepergian sang Mama, Hellea juga sedikit membenci  Rula—adik tirinya.

"Kak Hellea cantik banget tau, Rula sering loh liatin kakak kalau disekolah."

Gadis bermata bulat itu tersenyum manis, keduanya pipinya sedikit merah karena malu mendapat tatapan dari Hellea. Padahal tatapan itu mengandung rasa muak dan juga kesal.

Caston dan Erena saling menatap satu sama lain. Mereka pikir kedua anak mereka sudah saling menerima sebagai adik kakak yang akur, nyatanya itu tidak pernah terjadi karena sampai kapanpun Hellea tidak akan menerima mereka.

"Sok asik lo." Suara rendah milik Hellea berhasil membuat Caston beralih padanya.  Pria gagah itu merubah wajahnya menjadi datar dengan tatapan tajam yang menusuk.

"lea, apa-apaan itu. Rula adik—"

"Perasaan mama gak ngelahirin adik lagi, deh. Sorry." 

Hellea tersenyum kecut tanpa ragu ia meninggalkan meja makan dengan perasaan marah. Selalu seperti ini, ia akan meninggalkan sarapannya karena ocehan Rula dan berkahir Caston marah padanya.

Hellea sudah menegaskan berkali-kali kalau dirinya tidak akan bisa menerima kedua manusia itu dirumahnya. Tidak akan pernah. Sebaik apapun Erena memperlakukannya itu tidak akan pernah berhasil. Sebab Hellea tahu apa tujuan mereka sebenarnya, bukan karena cinta tetapi karena harta Caston yang melimpah.

Dan parahnya Hellea harus tahu kenyataan itu. Menyebalkan.

"Kak Lea!" Rula berlari menyusul Hellea agar kembali untuk sarapan bersama.

"Kak, sarapan mu belum habis. Maafin Rula, yah, Rula janji gak bicara lagi kalau lagi sarapan." Mata bulat milik Rula menatap penuh harap pada Hellea. Sayangnya ia tidak mendapatkan respon yang baik.

"Berisik, lo."

"Kak, please."

Rula tahu kalau Hellea paling benci disentuh oleh orang asing dan itu termasuk dirinya. Tetapi kali ini, Rula akan tetap membujuk Hellea sekalipun harus mendapat kemarahan dari sang kakak.

Kini tangan Rula sudah menggenggam erat tangan Hellea. Tatapan tajam bak mata elang itu seakan siap melubangi kepala milik Rula, sayangnya Rula tetap ingin membujuk Hellea.

Berkali-kali Hellea berusaha melepaskan genggaman tangan Rula tapi tidak berhasil sampai ia memilih menaiki tangga dengan posisi Rula masih menggenggam tangannya. Hellea berusaha mengatur nafas yang mulai sesak sebab amarahnya siap meledak. Sekali lagi, Hellea membenci Rula, sangat.

"Lepasin, gak!" Kesal Hellea berusaha sabar.

"Rula bakal lepasin tapi kak Hellea ikut sarapan lagi, gimana?"

"Lo punya telinga kan? Gunain baik-baik biar gue gak usah ngulangin  ucapan gue."

Rula menunduk sedih meski begitu ia masih belum melepaskan tangannya. Sudah menjadi makanan sehari-harinya mendapat kata-kata menusuk dari seorang Hellea—kakak tirinya.

"Kak, Rula cuman mau sarapa—"

"Lo beneran tuli ternyata."

Sekali hempasan Hellea berhasil melepaskan genggaman Rula lalu berniat menaiki anak tangga yang tersisa satu itu. Namun, langkah  Hellea kembali terhenti saat Rula menarik ujung  seragam miliknya. Rula berhasil memancing emosi seorang Hellea.

"Kak Lea! Please!"

"Lepasin gue!!"

"Kak Leaa!"

Brakk

"KAK LEAAAA!!!"

Semua terjadi begitu cepat, Hellea terjatuh dari tangga karena ketidaksengajaan yang dilakukan dirinya sendiri. Seharusnya Rula yang terjatuh tetapi bodohnya Hellea malah menarik gadis itu dan berakhir dirinya yang mengenaskan.

Darah segar keluar dari hidung karena benturan keras pada lantai. Bukannya merasa sakit Hellea malah tersenyum saat melihat bagaimana syoknya Rula, sampa-sampai gadis bermata bulat itu masih mematung ditempatnya.

"K-kak Lea."

Erena dan Caston berlari saat mendengar teriakan Rula. Keduanya kaget ketika mendapati Hellea dengan keadaan berdarah di bagian kepala dan juga hidungnya.

"HELLEAA!"

Itu adalah suara Caston terakhir yang Hellea dengar sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

...

Beberapa menit yang lalu seorang gadis telah terbangun dari tidurnya. Halaman luas dipenuhi oleh bunga warna-warni dengan hembusan angin semakin membuat dirinya yakin tentang satu hal.

Sampai ia merasakan sakit yang amat sangat pada kepalanya. Beberapa ingatan mulai bermunculan bak kaset rusak, tidak sampai disitu tangan miliknya sedikit bergetar dengan dada naik turun. Ada sesak  yang tidak bisa bisa dijelaskan.

'Amora Ginata?'

Satu nama itu yang pertama kali keluar dari mulutnya. Hellea—yah gadis itu adalah Hellea yang kini merasa kalau dirinya sedang mengalami hal aneh, sangat aneh.

Terbangun ditempat asing kira-kira apa yang akan kamu pikirkan?

Setelah berusaha mengingat satu nama tadi, akhirnya Hellea berhasil mengingat penuh siapa pemilik nama yang disebutnya tadi. Amora Ginata adalah pemeran antagonis dari salah satu novel yang belinya bulan maret, seingatnya novel itu berjudul 'Sweet Daisy'

Hellea hafal betul bagaimana alurnya ceritanya yang dipenuhi oleh Daisy—sih gadis manis dengan mata bulat. Semua orang memuji Daisy sekalipun ia melakukan kesalahan mereka seakan buta akan hal itu.

Daisy itu suka tersenyum sampai matanya menyipit. Siapapun akan sangat betah untuk sekedar memandang wajahnya, selain karena cantik, pembawaannya yang lemah lembut benar-benar membuat orang-orang nyaman berada didekatnya.

Daisy sempurna setidaknya itulah yang mereka katakan.

"Orian! Lo kok ninggalin gue sih?"

Mata bulat itu sangat tidak cocok untuk terlihat sangar, hingga pemilik nama Orion tertawa renyah.

"Lo gak cocok kek gitu, Sy."

"Ish nyebelin! Gue marah nih!"

"Hahah, lo makin gemesin tau gak!"

Salah satu chapter yang paling Hellea tidak suka ketika Orion memuji Daisy dengan sangat-sangat berlebihan. Cerita 'Sweet Daisy' barangkali bisa dikatakan cerita romantis ala anak sekolahan jika kita hanya fokus pada kisah percintaannya. 

Sayangnya Hellea tidak begitu, ia lebih tertarik pada apa yang ada dibalik senyum dan mata bulat Daisy.

"Daisy? Gue tahu kalau lo ada dibalik darah-darah itu."

B E R S A M B U N G . . .

Mohon tinggalkan jejak disini, yah!

Jum'at, 15 Juni 2024
.
.
.
.
.
Bye!

 

The Antagonit's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang