bab 6

956 82 2
                                    

Happy reading . . .

Dari sore sampai malam tidak ada yang Amora lakukan selain bermain hp. Beberapa kalia ia membuang nafasnya pelan merasa bosan dengan apa yang ia lakukan sekarang.

Bram dan juga Sarah sedari tidak menampakkan batang hidung. Rumah mewah terasa sangat sunyi kira-kira itulah yang Amora rasakan saat ini.

Ternyata benar kata mereka kalau harta saja tidak cukup untuk sebuah kebahagiaan. Karena Amora tidak merasakannya meski sekarang ia menjadi anak dari seorang Brama Aditama.

Siapa yang tidak mengenal Brama—salah satu pengusaha sukses di ibukota. Minusnya Brama harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya.

"Keluar cari angin kayaknya seru."

Setelah menyambar jaket hitam miliknya Amora keluar dari rumah lalu mengunci rapat pintunya. Tidak ada tujuan pasti, kali ini Amora hanya ia santai sembari menenangkan diri dari kejadian hari ini.

Motor besar milik Amora melaju dengan kecepatan standar. Sampai akhirnya dengan terpaksa Amora harus menghentikan motornya dijalan. Dari penglihatan Amora akan terjadi tauran malam ini, beberapa pria dengan jaket hitam mengendarai motor sama sepertinya menghalangi jalan.

Hal yang menarik tentu saja, Amora ingin melihat kira-kira apa yang akan mereka lakukan.

"Woy! Lo ngapain disitu heh!"

Amora menunjuk dirinya sendiri sebagai bentuk pertanyaan apakah pria itu sedang berbicara dengannya atau tidak.

"Lah, si bego. Sini gabung, ayo!"

"Lo ngomong sama gue," tanya Amora memastikan.

"Enggak, gue lagi ngomong sana knalpot. Lah, menurut lo!"

Pria berkaos putih nampak tersenyum setelah Amora mendekat padanya. Sedangkan beberapa diantara mereka memilih diam sembari memperhatikan Amora dari atas sampai bawah.

Amora merasa biasa saja diperhatikan demikian, meski sebenarnya ini adalah hal pertama kali semenjak ia hidup dalam dunia pernovelan.

"Mata lo mau gue colok, huh?" Salah satu pria itu tampak gelagapan.

"Gue Sebastian. Nama lo siapa?" Sebastian menjulurkan tangannya sebagai bentuk perkenalan pada Amora.

Dengan sedikit ragu Amora menerima uluran tangan Sebastian. Dan mulai saat itu Amora dan Sebastian menjadi teman. Entahlah, Amora juga tidak begitu yakin.

"Lo mau ikut tauran, juga?"

"Enggak, gue lagi cari angin."

"Angin kok dicari, emang dia punya ktp?"

Seketika tawa Sebastian dan teman-temannya memenuhi jalan malam itu. Amora sedikit terhibur sebelum akhirnya kembali melanjutkan niatnya yang sempat tertunda.

"Sampai ketemu lagi."

..... 

Tepat pukul 12.00 Amora sampai dirumah. Ia pikir kedua orang tuanya belum kembali dari tempat kerja atau barangkali sudah terlelap dalam tidur. Nyatanya itu hanya khayalan semata, karena saat Amora membuka pintu sosok Sarah menyambut kedatangannya dengan mata melotot.

Sarah berkacak pinggang penuh kemarahan pada putri kesayangannya. Bukan pertama kalinya Amora melakukan kesalahan yang sama tetapi Sarah tidak akan pernah berhenti untuk memarahi dan memberi nasihat pada putrinya.

Demi kebaikan Amora begitu pikir Sarah.

"Darimana saja kamu, heh? Anak gadis pulang tengah malam, kamu pikir itu baik Amora?" 

The Antagonit's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang