bab 11

1.1K 78 62
                                    

Happy reading . . .

Pagi ini SMA Merpati digegerkan oleh berita kedekatan Amora dan Sebastian—salah satu pria terkenal di sekolah tetangga. Entah siapa yang diam-diam mengambil foto saat Amora dan Sebastian sedang bersama. 

Arion mengeraskan rahangnya sama seperti apa yang dilakukan Matteo dan juga Lucas. Sebastian adalah musuh terbesar mereka, ketua Grausam yang terkenal.

"Lo yakin kalau itu benar-benar Amora?" Lucas mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Orion.

Kini mereka sedang berada di gudang sekolah. Ets jangan salah, gudang bukan sembarang gudang. Hanya orang tertentu yang bisa menginjakkan kaki didalamnya.

"Hem, gue yakin. Itu jelas-jelas Amora sama Sebastian." Lucas menyugar rambutnya. Pria itu menatap lurus kedepan dengan tatapan menerawang jauh.

"Apa mungkin Amora dendam? Dan cari teman buat balas dendamnya ke kita?"

Matteo pikir itu ada benarnya. Melihat bagaimana hari itu Lucas menghajar Amora bukan sesuatu yang bisa dilupakan begitu saja. Lagian siapapun akan melakukan hal yang sama jika diposisi Amora.

"Bisa jadi. Tapi, darimana Amora kenal Sebastian?" Orion kembali bertanya. Sebastian tidak akan semudah itu dekat pada seseorang.

"Gue enggak tau. Tapi sepertinya mereka sudah dekat."

"Lo ngikutin mereka sampai mana?"

Matteo melirik Lucas yang tampak diam. Pria itu tersenyum sekilas sebelum akhirnya membalas tatapan Orion yang juga menunggu jawaban darinya.

"Markas Grausam."

"Lo yakin Sebastian bawah Amora ke markas Grausam?"

Lucas mengangguk sedangkan Matteo dan Orion seperti tidak percaya akan hal itu. Terlalu mencurigakan kalau seorang Sebastian mengajak orang asing ke markas mereka kecuali . . . Ah, Orion tidak akan menduga-duga.

Ketiganya diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Semua terlalu tiba-tiba, mengingat bagaimana Amora itu. Sedikit nekat dan . . . Membahayakan mereka sendiri.

"Pastikan Daisy baik-baik saja, Teo."

"Hmm."

.....

Amora tidak asing lagi dengan tatapan mereka padanya sudah menjadi hal biasa ketika orang-orang menilai dirinya tanpa tahu kebenaranya. Terserah. Amora pikir itu bukan sesuatu yang harus ia pikirkan, tidak penting dan melelahkan.

"Lo mau ngapain lagi, sih?"

"Gue mau bicara sama lo," kata Daisy berusaha menarik tangan Amora.

"Gue gak mau!"

"Lo harus mau Amora. Ini penting!"

Amora menaikan sebelah alisnya saat melihat raut wajah Daisy tampak ingin mengatakan sesuatu padanya. Mata gadis itu memperhatikan sekitarnya takut ada yang melihat mereka.

"L-lo beneran dekat sama Sebastian?" tanya Amora sedikit gemetar. 

"Bukan urusan lo!"

"Enggak. Lo gak boleh dekat sama Sebastian!"

Daisy menggenggam tangan Amora. Tatapan gadis itu seperti memohon agar Amora mau mendengarkan dirinya. Demi apapun Daisy akan melakukan apa saja, asalkan Amora mau mendengarkannya.

The Antagonit's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang