bab 5

1K 88 2
                                    

Happy reading. . .

Amora mengutuk Brivan tanpa hentinya. Seharusnya pria beralis tebal itu tidak melakukan hal bodoh seperti tadi sehingga orang-orang tidak akan mengira kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Nasi sudah menjadi bubur, seantero SMA Merpati sudah mendengar kabar terbaru itu. Mereka mengatakan antara Brivan memiliki hubungan yang padahal itu hanya kebohongan semata.

Semua karena Daisy, gadis itu terlalu cepat berasumsi. Dan sekarang Amora harus menanggungnya.

"Brivan sialan."

Tidak pernah ada dalam kamus seorang Amora berpacaran dengan sosok Brivan. Tidak pernah. Terlalu membuang waktu, bagi Amora pacaran itu tidak lebih dari hal bodoh yang merugikan diri sendiri.

'Serius mereka pacaran?'

'Cocok sih, sama-sama datar.'

'Yah, harusnya sama Daisy. Lebih cocok dari pada sama Mora.'

'Baru gosip, kalian jangan sampai nyebarin berita hoax.'

Langkah Amora terhenti sebentar sembari melirik beberapa para siswa. Tatapan tajam bak mata elang itu berhasil membuat mereka sedikit salah tingkah karena kedapatan membicarakan Amora. Masih dengan posisi yang sama, Amora melemparkan senyum kecil, namun bagi mereka itu bukan sekedar senyuman biasa.

"Lo beneran pacaran sama Brivan?"

Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Daisy. Mata bulat gadis itu tampak serius menunggu jawaban Amora. Entahlah, Daisy juga tidak tahu kenapa menanyakannya padahal ia sendiri melihat bagaimana seorang Brivan memeluk Amora dengan sangat erat.

"Kenapa, lo juga mau dapetin Brivan?"

"Hah? Maksud lo?"

"Daisy, jadi orang  jangan terlalu tamak. Kalau satu, yah, satu aja. Jangan semuanya diembat juga."

Skakmat!

Daisy menelan ludahnya susah payah sembari memperhatikan sekitarnya. Benar saja beberapa siswa sedang memperhatikan keduanya. Ah, Daisy jadi serba salah sekarang, ucapan Amora sedikit mencubit hatinya.   

"G-gue cuman mau nanya, Mora. B-bukan gitu maksud gue," jelas Daisy. Wajah gadis itu sedikit memerah karena malu menjadi pusat perhatian.

"Sayangnya gue gak bisa lo tipu, Daisy."

Amora berlalu begitu saja setelah berhasil membuat Daisy bungkam seperti sebelumnya. Tidak begitu sulit, yang sulit itu adalah pawang Daisy yang kelewat bodoh. Sangat bodoh malahan.

.....

Daripada mengikuti pelajaran Amora lebih memilih bolos dan mengisi perutnya. Tadi, ia tidak sempat sarapan atau lebih tepatnya menghindar dari kedua orang tua Amora yang asli.

Dan sekarang Amora sedang menikmati nasi goreng kesukaannya dengan lahap. Ada beberapa siswa juga melakukan hal serupa termasuk Brivan.

Pria itu tak melewatkan sedikitpun gerak-gerik Amora. Dari masuk kantin sampai nasih goreng gadis itu tersisa sedikit. Dimata Brivan, tidak ada yang menarik dari Amora tapi anehnya beberapa siswa memilih Amora daripada Daisy.

"Selain tatapan penuh luka, gak ada yang menarik dari lo Amora."

Suara Brivan terdengar jelas ditelinga Amora, entah itu karena kebetulan mereka bertemu atau Brivan memang sengaja melakukannya untuk menarik perhatian Amora.

The Antagonit's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang