bab 9

867 71 1
                                    

Happy reading . . .

Amora tidak akan gentar sekalipun para tokoh novel pasang badan untuk melindungi Daisy darinya. Terbukti dari Lucas, Orion, Matteo dan bahkan Liam juga ikut melindungi Daisy padahal selama ini pria itu selalu ada dibelakangnya.

Amora menyugar rambut pendeknya dengan senyum mengejek. Dilihat dari segi manapun mereka hanyalah sekumpulan para pengecut.

"Woah, lo semua mau nyerang gue?" tanya Amora.

"Lo udah keterlaluan, Mor. Selama ini gue selalu gak percaya dengan apa yang mereka bilang soal lo. Tapi, setelah gue liat langsung, lo ternyata gak lebih baik dari yang gue pikirin!" Liam mengeluarkan rasa kecewanya. Pria itu membuang mukanya saat tatapan Amora menajam.

"Lo pikir gue peduli?"

Langkah Amora mendekat pada Daisy. Gadis itu tampak ketakutan meski beberapa dari mereka berusaha melindunginya. Orion, menghentikan langkah Amora seketika, tatapan matanya tajam, wajahnya juga datar namun tak membuat Amora takut sedikitpun.

Merasa tertantang itulah yang Amora rasakan. Lagian, ketakutan itu sudah mati bersama dengan Amora yang asli.

"Lo gak akan bisa halangin jalan gue, Orion!"

"Dan gue juga gak akan pernah biarin lo nyentuh Daisy!"

Bruk!

Suara pekikan dari para penghuni kantin terdengar saat Amora terjatuh setelah Orion mendorongnya. Pria itu tersenyum licik sebentar, merasa menang dari Amora. Bagaimanapun kuatnya Amora, dia tetaplah seorang cewek.

"Selama masih ada gue, lo gak akan pernah bisa nyentuh Daisy!" Orion menekan, penuh peringatan pada kalimatnya.

Ada tatapan mengasihani yang Amora dapatkan dari beberapa siswa. Padahal jika mereka tahu, tatapan kasihan itulah hal yang paling melukai Amora. Amora paling benci dikasihani. Amora benci!

Setelah kembali pada posisi semula Amora menyeringai kecil dan itu terlihat jelas oleh siapapun termasuk Daisy yang berada dalam pelukan kedua temannya.

Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!

Amora tahu kalau ia akan tetap kalah mengingat pangeran Daisy lebih dari satu sedangkan dirinya hanya sendiri. Sayangnya, kepercayaan diri Amora sedang berada ditingkat tertinggi apalagi setelah melihat wajah-wajah mereka membuatnya merasa tertantang. Kalaupun kalah ia merasa tidak masalah.

"KURANG AJAR LO AMORA!!"

Bugh!

Brak!

Amora jatuh setelah Lucas kembali menendangnya tanpa ampun. Sedikit lagi ia bisa meraih Daisy dan memberikan sedikit pukulan, mungkin? Setidaknya gadis itu merasakan setiap kesakitan yang Viki rasakan malam itu.

"Akh! Sialan lo Lucas!"

Liam dan juga Orion berada disamping kiri Lucas. Lucas bisa semakin membabi buta jika tidak cepat ditahan. Kondisi Amora semakin memburuk meski tatapannya masih tetap sama. Mengejek penuh permusuhan.

Matteo? Pria itu masih tak bergerak sedikitpun dari tempat sebelumnya, dekat Daisy. Entah apa yang ia pikirkan, Matteo lebih tertarik menjadi penonton. Yah, tadi ia sempat pasang badan untuk Daisy tetapi sekarang ia sedikit berubah pikiran.

"Masih mau lo nyentuh Daisy, hmm?" tanya Lucas. Tak bisa dipungkiri kalau penampilan Lucas tak jauh berbeda dengan Amora. Berantakan.

"Tentu. Gue bahkan gak sabar bakal bunuh cewek gak tahu diri itu!" Senyum Amora terbit, kedua bibirnya terluka.

"Sialan lo, lo mau gue bunuh huh?"

Liam ikut bersuara setelah tak bisa lagi menahan amarahnya. Amora keterlaluan dan dengan kesadaran penuh, Liam menyesali kalau selama ini ia menjadi penggemar garis keras Amora.

The Antagonit's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang