15. Friends of Books

6 3 0
                                    

Quest Day 15Genre Utama: FantasySub Genre: Teenfiction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quest Day 15
Genre Utama: Fantasy
Sub Genre: Teenfiction

🌻🌻🌻

- Friends of Books -

Luc selalu mengingat pesan luar biasa yang dia dapat dari sebuah buku, "pilihlah tempat di mana kamu dihargai". Menurut lelaki itu, tempat asing adalah jawabannya, tempat saat semua pasang mata tak mengenalinya. Dengan begitu, Luc pikir dia akan bisa leluasa mengapresiasikan dirinya, menunjukkan hal-hal yang disukainya tanpa takut direndahkan.

Saat ini, si satu malam yang ramai, Luc berjalan menenteng sebuah buku di tangannya, menyusuri jalanan yang masih basah seharian. Luc menyukai wangi petrikor, terkadang juga hanya merenung di kedai kopi melihat wajah-wajah orang yang baru pulang kerja, seperti malam ini saat keadaan hatinya sedang kacau.

"Kopi espresso satu." Setelah memesan, Luc memilih tempat di luar sembari membuka halaman bukunya. Namun, pikirannya tak bisa menyatu dengan alur bukunya, ada tumpukan pikiran yang menghalau. Siang tadi, ibunya datang ke rumah dan entah berawal dari mana pembahasannya justru berakhir pada kisah pertemanan Luc. Wanita yang dicintai Luc itu meminta agar Luc bisa melupakannya saja.

Bukan maksud hati Luc untuk mendendam, tetapi rasa sakit yang ada dalam hatinya masih basah. Luc masih teringat bagaimana mimpinya yang diinjak-injak, bahkan tak hanya sekali dia dikatakan bukan lelaki yang sempurna.

"Maafkan Luc, Ibu, tapi Luc belum bisa melupakan apa yang mereka perbuat ke Luc," katanya lirih, menutup buku di hadapannya itu dengan sedikit kasar.

Saat kopi pesanannya sudah sampai, Luc memutuskan untuk menyeruputnya terlebih dahulu sebelum dia bergerilya dalam kenangan-kenangan buruk itu.

"Luc, lo beneran baca novel?" Satu saat di kelas, lelaki dengan seragam tak rapi itu menghampiri Luc.

"Apaan, sih, ganggu aja. Bukan urusan lo!"

"Ya, elah, cupu amat, Luc. Keren dikit, kek, imbangin nama. Malu, namanya udah keren, malah doyan buat puisi cinta." Kalimat itu mengundang tawa seisi kelas.

Sampai saat ini, Luc tak tahu di mana letak kesalahannya menyukai puisi, membaca novel, dan suka bagi seorang laki-laki. Hal ini terus berulang, mereka merundung Luc tiap harinya. Hal itu menjadikan Luc semakin tertutup, menutup diri dalam-dalam. Bukannya menyadari kesalahan yang sudah diperbuat, mereka justru semakin menjuluki Luc sebagai siswa culun yang tak tahu bergaul. Padahal, Luc memang tak mendengar cacian hanya karena sesuatu yang disenangi Luc—mereka menganggapnya, 'itu terlalu perempuan'.

Kopinya tersisa setengah, Luc terkekeh mengingat penggalan itu. "Huh, kenangan yang buruk. Aku harusnya tak mengingat apa pun tentang mereka lagi, aku sudah memilih untuk meninggalkan kehidupan yang seperti itu."

Terkadang, sendiri tak selalu buruk, saat tak ada siapa pun yang punya ruang untuk mengomentari. Meskipun kadang-kadang, Luc butuh seorang teman tempat bercerita, teman yang sebenar-benarnya teman. Namun, saban waktu Luc berpikir ..., memangnya ada?

Luc mengendikkan bahu dan kemhali membuka bukunya, sebuah novel bertema fantasi abad pertengahan, di mana salah satu tokohnya bernama Ratu Liesel. Bermenit-menit, Luc terlarut dalam narasinya. Hingga tiba-tiba, saat bab panjang berpusat pada konflik tentang sang Ratu Liesel, samar-samar Luc melihat wajah seorang perempuan cantik di antara tumpukan kata di lembaran yang ditatapnya.

Luc mengerjapkan mata sembari berujar lirih, "Apa yang baru aku lihat? Apa ada yang salah dengan penglihatanku?"

Dengan perasaan takut-takut, Luc kembali menatap buku itu lamat-lamat, sebuah mata yang mengedip muncul kembali. Perlahan, mata itu telah beralih ke sebuah gambar wajah yang tersenyum. Luc menggeleng kuat. "Apa aku ... sedang berkhayal?"

"Siapa lo?" tanya Lux spontan.

Wajah itu tetap di sana, tanpa menjawabnya.

Sekali lagi Luc mengucek matanya, berkali-kali, tetapi wajahnya memang di sana. Luc jadi teringat karakteristik fisik tokoh Ratu Liesel yang dijabarkan sebelumnya. Lalu, wajah itu ... Luc berpikir ciri-cirinya sama. Mata sipit dengan alis tebal, bola matanya berwarna biru safir.

"Hai, Luc!"

"Lo ...?"

"Ratu Liesel. Gunakan bahasa yang sopan padaku."

"Bagaimana bisa?"

🌻🌻🌻

Quest Day 15, End

15 Juni 2024

(Tokoh Liesel akan selalu hadir di setiap bab dengan cerita yang berbeda)

Magic Mix [Short Story] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang