18. Pearls at the Bottom of the Ocean

12 3 0
                                    

Quest Day 18Genre Utama: Fantasy Sub Genre: Fantasy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quest Day 18
Genre Utama: Fantasy
Sub Genre: Fantasy

🌻🌻🌻

- Pearls at the Bottom of the Ocean -

Kematian raja duyung menggemparkan seisi samudra. Sang Kudus Vasco baru saja meninggalkan takhtanya yang agung. Sepanjang hari penuh belasungkawa hanya berlaku sehari, setelahnya perebusan putra mahkota yang sah dimulai. Vasco memiliki dua orang putra, seharusnya dari peraturan kerajaan yang tertulis, raja selanjutnya akan jatuh pada putra pertama. Namun, secuil pesan di atas kerang mutiara kosong menjadi pemicu perang saudara itu.

"Mahkota jatuh pada siapa yang telah menemukan mutiara biru, isi dari kerang ini." Demikian sebuah ukiran yang terpatri di sana, membuat semuanya menjadi riuh.

Asterio, si putra pertama bersikeras bahwa semasa hidup ayahnya, dia telah ditetapkan menjadi seorang putra mahkota. Namun, Actassi yang sebagai putra kedua justru menentang setelah membaca ukiran itu. Actassi bersikeras untuk memulai pertarungan mencari mutiara itu.

"Aku yang akan memenangkannya," bisik Actassi pada kakaknya yang baru saja tiba di depan gerbang bermahkotakan sebuah pahatan ekor ikan. Ekor Actassi yang berwarna biru gemerlap itu berkibar, tatapannya menghunus. Namun, Asterio hanya terkekeh sebentae tanpa menyahut.

Dalam hitungan ketiga, pertarungan menuju dasar lautan yang lebih dalam tempat mutiara itu ada akan dimulai. Asterio sudah siap dengan ekornya yang dominan warna emas, dadanya membusung dengan tatapan yang lebih teduh.

Seruling pada putri duyung menggema menjadi embun-embun yang menandakan bahwa pertarungan itu resmi dimulai.

Dua pria tampan itu sigap menyelam dengan bantuan ekornya, meliuk-liuk di tengah tekanan yang kian waktu bertambah sembari lautan semakin dalam. Suasananya pun semakin mencekam, jarak mereka tak pernah berjauhan. Suatu ketika, saat Asterio baru akan melaju lebih depan dari adiknya, Actassi menggerakkan ekornya diikuti sebuah aura batin hingga Asterio terpental.

"Kau lupa? Kekuatan baru bisa digunakan saat akan melindungi diri dari hewan-hewan penghuni lautan dalam. Kau jangan curang!" bentak Asterio berusaha kembali menstabilkan tubuh dan ekornya.

Actassi tak peduli, dia hanya menyeringai kecil lantas kembali membawa tubuhnya menyelam lebih dulu. Tanpa bisa dicegah, Asterio tertinggal cukup jauh, bagaimanapun dia berusaha. Berselang beberapa menit, mereka akhirnya sampai di dasar lautan yang penuh akan bebatuan. Di sana juga ada bangkai kapal selam. Mereka berdua lalu mengitari sekitar, bahkan pada bagian bangkai kapal itu.

Masing-masing mata birunya yang terdapat indra tajam, menancap meskipun lautan telah menyisakan gelepan semata. Mutiara itu konon mempunyai cahaya biru yang kuat. Saat sudah menemukannya di antara bebatuan, maka ia akan bercahaya hingga menembus permukaan di atas sana. Kakak-beradik itu masih terus berlomba, seolah ingin menghitung apa pun di sana, tak peduli lagi jika ada pemangsa yang melewatinya nyaris tepat di atas kepala, sudah peduli setan.

Actassi yang paling berambisi, dia ingin menyaingi kakaknya, dia tak rela jika Asterio yang akan duduk di singgasana dan memerintah bangsanya. Hingga mendadak, sekerlip cahaya menyilaukan di dekat pusaran air. Actassi mulai ragu, posisinya menyelam sedikit lebih dalam lagi, terlalu bahaya jika sudah terjangkau pusaran ait tersebut.

"Apa aku harus ke sana?" Actassi bertanya-tanya sembari berbalik memastikan kakaknya belum menyadari hal ini. Lama bertarung dengan pikirannya, Actassi akhirnya memantapkan hati untuk turun ke sana. "Aku hanya perlu berhati-hati dan menghindari pusaran itu."

Dadanya pun mulai naik-turun sebab risau dan tekanan yang semakin membuatnya kesusahan bernapas.

"Actassi!" Teriakan itu dari Asterio. Bukannya berbalik, Actassi justru panik akan keduluan. Dia menancap ekornya lebih cepat lain dengan tangan yang berusaha meraih mutiara itu sedikit lagi.

Asterio kembali memekik, "Actassi, berhenti!"

Masih tak dihiraukan oleh adiknya. Asterio akhirnya turut menyelam lagi demi menggapai setidaknya ekor Actassi untuk menghentikannya menghampiri pusaran air itu. "Actassi, aku katakan berhenti!"

"Tidak akan, sebelum aku yang menjadi raja!"

"Actassi, ini jebakan!"

Actassi berhenti tiba-tiba, sesaat sebelum beberapa jarak lagi menggapai mutiara itu. Sayangnya, yang menariknya lebih dulu adalah pusaran itu. Beruntung ujung ekornya masih bisa digenggam oleh Asterio.

"Bertahanlah, Actassi," rintih Asterio berusaha menarik tubuh adiknya agar tak tertelan. Sedikit-sedikit, kekuatan Asterio mulai melemah, tetapi dia tak akan membiarkan tubuh adiknya lenyap di antara pusaran tersebut yang dipercayai Asterion adalah sebuah jebakan.

Napasnya memburu, Asterio telah mengerahkan seluruh kekuatannya, hingga perlahan dia bisa menarik tubuh Actassi menjauh dari sana. Setelah tubuh mereka terpental, asap hitam muncul dari pusaran itu. "Wah-wah, selamat datang, keponakanku yang tampan."

"Liesel ...."

"Ya, akulah Liesel, sosok Siren si penguasa lautan. Kalian pikir aku akan membiarkan kalian menjadi raja? Jangan mimpi, Sayangku."

Amarah Asterio memucuk, sementara Actassi masih bergeming kaget. "Jadi ... ukiran itu?"

"Siasat aku tentu saja." Sosok perempuan menyeramkan dengan rambut mengembang itu tertawa hingga terdengar memantul di antara dinding-dinding lautan.

"Keterlaluan! Aku akan mengalahkanmu!" Kini, Actassi berteriak marah. Mereka berdua berakhir pada pertarungan sengit yang hanya bisa selesai jika ada yang mati. Dua lawan satu, itu sepadan untuk seorang Liesel. Mereka akan kewalahan, kecuali jika ada keajaiban yang berpihak pada kakak-beradik itu.


🌻🌻🌻

Quest Day 18, End

18 Juni 2024

(Tokoh Liesel akan selalu hadir di setiap bab dengan cerita yang berbeda)

Magic Mix [Short Story] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang