6. Strong Braid

14 5 0
                                    

Quest Day 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Quest Day 6

Genre Utama: Fantasy
Sub Genre: Teenfiction

🌻🌻🌻

- Strong Braid -

Sudah berlalu beberapa menit sejak bel tanda pulang berbunyi, tetapi lima remaja itu masih berdiam diri di kelas, sibuk mengusap punggung sahabatnya, memperagakan hal konyol, bahkan bernyanyi. Itu semua adalah upaya mengembalikan senyum si pelawak yang sekarang sedang dirundung kesedihan.

"Serius lo nangis udah hampir setengah jam, Lie. Lagian, gue udah bilang cowok lo itu emang ada aura-aura buruknya!" Cally menggerutu dengan kaki yang dia ayunkan, Cally duduk di meja samping meja Liesel.

Aden sibuk berpose lucu di depannya. "Lie, sumpah, ya! Gue udah capek manyun gini. Nanti gue traktir, deh, udah nangisnya tapi, ya?"

"Lie, cewek secantik lo nangisin pulu-pulu kek dia?" Hilel mencebik, bereaksi jijik.

Mahadri yang sibuk mengusap pelan punggung sahabatnya itu terdengar mendesah panjang. "Cowok lo bakal seneng tau lo galau begini, kalo lo haha-hihi, gue yakin cowok brengsek itu kebakar. Yuk, mantai?"

Liesel menatap satu per satu wajah yang selalu memberinya perhatian itu. Liesel merasa menjadi satu-satunya perempuan dalam lingkaran pertemanan ini, Cally memang perempuan, tetapi tampangnya sama sama seperti Mahadri, Aden, dan Hilel. Liesel merenungi sejenak perkataan-perkataan sahabatnya itu, memang ada benarnya. Dia kehilangan seorang pengkhianat, lalu ... apa yang perlu diratapi? Peduli setan dengan perasaannya yang sesak, Liesel masih memiliki keempat sahabatnya.

"Udah, pergi lo dari depan gue. Sebenarnya gue nangis karena liat muka jelek lo!" cibir Leisel mengusir Aden dari hadapannya.

Aden melotot. "Ye ... epport ini epport!"

Hilel terbahak sambil menendang bokong Aden. "Hus, hus, jelek!"

"Jelek-jelek gini bisa gonta-ganti cewek dengan mudah, ye!"

"Playboy aja bangga lo," sentak Cally mengangkat kepalan tangannya. Aden seketika bersembunyi di belakang punggung Mahadari.

Mahadri yang paling dewasa itu lantas melerai, keadaan sahabatnya kini memulih—tak ada kedamaian. "Gini, dong, gue lebih seneng pusing liat kalian berantem mulut daripada sedih-sedih. Jadi mantai gak, nih?"

"Kalian izinin gue ke nyokap tapi, ya? Biasa ... Tuan Putri selalu dijaga dengan baik." Sedikit keadaan hati Liesel mulai membaik, mengunjugi pantai saat senja berlabuh sepertinya bukan hal yang buruk.

Magic Mix [Short Story] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang