14. Wingless Fairies

9 3 0
                                    

Quest Day 14Genre Utama: Fantasy Sub Genre: Fantasy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quest Day 14
Genre Utama: Fantasy
Sub Genre: Fantasy

🌻🌻🌻

- Wingless Fairies -

Haha, Liesel peri terkutuk. Eh, memangnya bisa disebut peri? Kan, tidak ada sayap di punggungnya seperti kita!

Ya ..., Liesel bukan peri.

Tidak, dia tetap peri, kok. Peri cacat, eh ...!

Kasian, tak bisa terbang tanpa bantuan.

Bagaimana sayapku, cantik, kan?

Liesel berusaha menghilangkan penggalan-penggalan kalimat itu dari pikirannya, ia tak mau mengingatnya, itu sungguh menyakitkan. Sosok kecil itu bersembunyi di dalam kuncup bunga, tak ingin keluar barang sekejap. Liesel mendengar tawa teman-temannya yang terbang dari bunga satu ke bunga lain, bersenandung ria saat bunga-bunga itu baru bermekaran. Sementara dirinya, ia harus memanjat batang menuju daun demi daun sebelum sampai ke pucuk bunga. Seringkali jika ada peri baik hati yang membantunya terbang, itu lebih baik.

Liesel menangis tersedu-sedu. "Kenapa aku tak memiliki sayap? Ke mana sayapku?" Pertanyaan serupa yang bukan hanya sekali Liesel gemakan. Ia melirik punggungnya yang kosong, tak ada rajutan sayap indah.

Tak ada sahutan yang menjawabnya, ia lalu semakin menangis. Ia pun buta akan alasannya. Sejak lahir, ia menjadi legenda satu-satunya bayi peri yang memiliki punggung kosong tanpa sayap. Liesel mengira seiring bertambah usia, tetapi hingga sekarang sayap itu tak ada. Liesel benci jika bertemu peri lainnya yang selalu jahil, mencaci Liesel, maka dari itu dia memutuskan untuk bersembunyi entah sampai kapan. Musim semi, para peri menikmati aroma bunga. Namun, dirinya tetap tak bisa.

Liesel mendesah panjang. "Kenapa aku terlahir jadi peri, kalau dewa tak memberiku sayap? Apa gunanya?" Rasa sesak semakin menjalar saat ada peri lain yang mengintip.

"Hei, peri cacat! Kamu akan tetap berada di sana? Lihat bunga-bunga yang bermekaran ini, sangat cantik. Manusia-manusia datang untuk melihatnya juga!" Peri itu berseru.

Satu peri lain lalu datang menyahutinya. "Percuma kau mengajaknya. Memangnya kau mau menopangnya? Dia, kan, tak bisa terbang sendiri!" Dua peri itu lalu terbang menjauh, meninggalkan Liesel dengan perasaannya yang perih.

Tanpa bisa dihalau lagi, Liesel kembali menangis karena rasa iri dan marah. Ia tak lagi peduli jika seorang manusia akan menyadarinya. Ia sangat iri, juga marah. Rasanya ia ingin menemui dewa dan menanyakan alasan kenapa punggungnya tak bisa bersayap.

Saat sedang sibuk menutup wajahnya, tiba-tiba saja kuncup bunga tempat bersembunyi terguncang. Liesel membuka matanya refleks dan berpegangan pada kelopaknya. "Apa yang terjadi?" tanyanya panik. Guncangan itu semakin kuat, hingga Liesel tak bisa lagi berpegangan. Tubuhnya yang kecil terpental ke sana ke mari beberapa kali.

"Aw, aw, aw! Tolong!" Dia berteriak, tetapi tak ada bantuan. Dia merasakan tangkai bunga itu dibawa lebih ke atas lagi, hingga ia tak sengaja mendengar.

"Foto aku!"

Suara itu ... Liesel tahu itu adalah suara manusia. Saat memberanikan diri untuk mengintip, yang dia lihat adalah wajah seorang gadis cantik yang begitu dekat. Bunga tempatnya itu terselip di telinga si gadis cantik. Liesel ingin kabur, tetapi dia tak bisa terbang. Saat menatap ke bawah, jaraknya terlalu tinggi. Liesel tak bisa membiarkan tubuhnya terjatuh.

"Tidak, ini sangat tinggi, tubuhku akan sakit. Lalu, bagaimana ini?"

Si gadis manusia itu, dia melihat hasil fotonya dengan bunga yang melekat di telinganya. Namun, saat diperbesar, dia menyadari sesuatu. Teriakan temannya tak dia hiraukan. Saat mengambil bunganya, gadis cantik itu mengintip di balik celah bunga yang masih tertutup.

Liesel yang berada di dalam langsung tersentak, cela bunga penuh oleh mata gadis manusia. Liesel ketakutan.

Gadis itu lalu membuka kelopaknya, hingga terpampanglah Peri Liesel yang begitu kecil, hanya seukuran jari-jari. "Kau ... apa kau seorang peri?"

"Kenapa kau bisa melihatku? Tolong, lepaskan aku, jangan makan aku!"

Si gadis manusia tertawa hingga giginya tampak, Liesel semakin beringsut. "Hei, kenapa kau ketakutan? Aku tidak akan melahapmu."

Liesel menunduk takut-takut. "Aku melihat manusia itu rakus."

"Benarkah? Kenapa kau tidak kabur kalau begitu, Peri Kecil?"

"Namaku Liesel, tapi aku lebih sering dipanggil peri cacat. Aku tak bisa kabur karena tak memiliki sayap. Siapa namamu?"

"Aku Yana."

"Kau akan menertawanku seperti mereka juga?"

Yana tersenyum. "Tidak, aku justru melihatmu lebih unik. Kau berbeda dari yang lain, tapi kau tetap sangat indah di tubuh kecilmu. Hei, jangan bersedih lagi, ya? Aku yakin kau lebih istimewa, makanya bisa hidup menjadi peri tanpa sayap."

Untuk pertama kalinya ada yang berujar demikian padanya. Liesel jadi amat tersentuh. "Kau sangat baik, Yana. Aku ingin menjadi temanmu!"

Yana tersenyum. "Tentu saja, Peri Liesel."

Musim semi ini menjadi musim semi pertama yang bahagia bagi Liesel. Dia akhirnya menemukan sosok yang tak mencela dirinya. "Terima kasih, Yana."


🌻🌻🌻

Quest Day 14, End

14 Juni 2024

(Tokoh Liesel akan selalu hadir di setiap bab dengan cerita yang berbeda)

Magic Mix [Short Story] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang