8. Flying Carpet

15 5 0
                                    

Quest Day 8Genre Utama: FantasySun Genre: Fantasy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quest Day 8
Genre Utama: Fantasy
Sun Genre: Fantasy

🌻🌻🌻

- Flying Carpet -


Orang-orang menyebut bayangan hitam di bawah mata itu sebagai pembawa keberuntungan, bahkan serbuk tersebut seringkali dianggap sebagai sebuah jimat. Anak terakhir dengan kulit putih pucatnya itu memiliki nama yang sedikit berbeda dari keempat saudara lainnya. Liesel, nama yang akan dicela andai ayahnya bukan sang mistikus gurun selatan, penyihir hebat yang telah bergelar seorang 'fakir', penyihir sultan yang melegenda yang begitu dihormati. Lilin-lilin di sudut ruangan redup perlahan, sementara Liesel baru saja memakai celak yang tebal. Semangatnya sangat besar untuk mengikuti sayembara pencarian penyihir untuk menjaga anak sang raja.

Ayahnya mendekat pada putrinya, janggut yang memutih itu tampak tak lagi dirawat. "Yakin untuk ikut sayembara itu?" Pria yang sudah terlihat lebih renta itu teringat saat dia mengembala sampai bertemu penyihir-penyihir yang mengendarai sapu terbang, sementara dia yang duduk bersila di atas karpetnya. Dari sanalah kemudian dia menemukan nama Liesel untuk disematkan pada anak gadis terakhirnya setelah empat kakak-kakak lelakinya memiliki nama yang sudah umum di tanah Arab.

"Aku yakin, Aba. Aba sudah mengajarkan taktik mengendalikan Djin yang hebat."

"Tapi kamu belum menguasai sihir warna."

"Sayembara itu sudah melarang adanya penggunaan elementalisme, baik angin, air, tanah, dan api. Jadi, Aba tak perlu khawatir." Liesel telah memasang cadar rantai dari hidung menjuntai hingga leher serta kain yang diikat di kepalanya. Baju hitam yang panjang telah siap menemani Liesel untuk turut andil dalam sayembara kali ini.

"Sudahlah, Aba. Dia tahu menjaga diri, aku akan mengantarnya." Kakak tertua Liesel yang bernama Yasar menimpali. Liesel berseru seketika dan mengikuti langkah Yasar menuju karpet yang telah membentang di depan rumah.

Yasar berkata pada adiknya, "Coba terbangkan. Misi awal sayembara itu adalah menerbangkan karpet ini."

"Jangan meremehkanku, ini hal kecil. Aku sudah berkenalan dengan roh karpet ini." Liesel membanggakan diri.

"Ya, sudah, bawa aku terlebih dahulu ke Utara. Aku akan berangkat bersama temanku juga."

Liesel memejamkan mata, duduk bersila di atas karpet dengan tangan yang berada di atas lutut, ibu jarinya menekan jari tengah, sementara ketiga jari lainnya dibiarkan melemas. Mulutnya mulai berkomat-kamit membaca sebuah mantra yang cukup singkat. Hingga tiba-tiba, angin berembus dan karpetnya telah meninggalkan jejak di tanah, terbang perlahan hingga menembus awan. Liesel kembali membuka matanya. "Bagaimana?"

"Mulus!" jawab Yasar.

Beberapa saat, Liesel kembali memerintahkan sang roh untuk membawa karpetnya turun tepat di mana teman Yasae melambai, hanya sekadar terbang rendah, sebab teman Yasar sendiri punya karpetnya.

"Ya ... antum!" Yasar ber tos ria dengan temannya itu, posisi karpet pun sudah berdempetan. Yasar melompat ke karpet temannya dan meminta Liesel membawa karpetnya sendiri sementara dia akan mengikut dari belakang. Sayup-sayup sebelum Liesel terbang lebih dulu, dia mendengar teman Yasar itu bertanya.

"Dia adikmu?"

Liesel mengulum senyum, matanya sempat melirik lelaki dengan thawb-baju panjang sebatas tumit-serta Sirwal. Hanya itu, setelahnya Liesel memacu roh karpet untuk melejit di antara awan-awan putih hingga tiba di pelataran istana, tempat sayembara digelar. Lentera berbentuk segi enam menggantung di tiang-tiang, riuh mulai mendominasi, banyak pedagang yang hanya sebatas diizinkan di luar gerbang istana. Liesel langsung tertarik dengan sebuah kurma yang tampak gelap. Namun, suara yang menggema menitahkan seluruh peserta sayembara untuk bersiap mengalihkan niat Liesel.

"Oh, aku harus mengabaikanmu dulu, kurma yang manis. Aku akan datang setelah menang."

Liesel memposisikan karpetnya sedikit sudut dari pembicara di singgasana dengan budak wanita yang membawa lilin di sampingnya.

"Mengendalikan roh karpet adalah materi dasar yang harus dikuasai penyihir. Sebelum mengendalikan roh-roh lain serta Djin, silakan memanggil Djin Lembah timur. Zayid bagi pemilik karpet yang pertama tiba."

Mata Liesel langsung berbinar-binar mendengarnya. Mengunjungi Lembah Timur dan bertemu leluhur Djin di sana, kini dia tak sabar lagi. Tangannya menepuk pelan karpet merah kecokelatan tempatnya bersila. Setelah sang pembicara menyatakan 'mulai', Liesel segera membaca mantranya dengan cepat dan membuat roh karpet itu membawanya begitu tinggi. Liesel berusaha tenang, kendatipun lawannya rata-rata laki-laki dengan sepatu panjang hingga lutut, ada cawan yang di pinggangnya, serta lampu ajaib dengan moncong yang berasap.

Liesel mengendalikan karpetnya, menyalip beberapa karpet lain. Sayangnya, saat tersisa satu karpet di depannya, tiba-tiba ada pusaran angin yang bergerak ke arahnya. Liesel berusaha menghindari itu, tetapi tetap saja tornado itu seolah memburunya. Liesel mulai panik. "Kenapa ini? Angin itu mengejarku!"

Liesel telah berada jauh di luar jalur menuju lembah, dia membawa karpetnya tak tentu arah. Namun, pusaran angin itu semakin mendekat, hingga tiba-tiba ... Liesel telah dilahap.

Liesel mencoba menggunakan taktik pemanggil Djin, sayangnya dia memang masih tak menguasai sihir angin. Liesel membiarkan tubuhnya turut berputar-putar dengan cepat, hingga rasanya Liesel tak lagi bisa bernapas. Namun, seketika angin itu menghilang seperti sebuah air mancur yang langsung luruh ke bawah. Meskipun begitu, Liesel tak bisa lagi tetap mengontrol roh karpet untuk menerima tubuhnya. Dia membiarkan raganya melayang dengan terjal. Liesel pasrah jika punggungnya akan berdentum di tanah, dia hanya memejamkan mata menikmati tekanan yang kuat.

Liesel merasa aneh, dia merasa tuhuhnya ditimang sesuatu yang lembut, bukan tanah yang keras. Saat membuka mata pun, dia masih melihat awan menggumpal, juga seorang ... pria menawan dengan janggut tipis.

"Kamu tidak apa-apa, adiknya Yasar?"

Dia temannya kakakku Yasar.

"Ya ..., adiknya Yasar, jawablah. Wajahmu pucat. Salah satu lawanmu telah melakukan kecurangan, angin itu ada sihir yang dikendalikan. Seseorang telah melakukan sihir warna, elemen angin."

"Aku ... aku mau kurma!"

Dan menikmatinya bersamamu, meskipun aku kalah dalam sayembara ini.

🌻🌻🌻

Quest Day 8, End

8 Juni 2024

(Tokoh Liesel akan selalu hadir di setiap bab dengan cerita yang berbeda)

Magic Mix [Short Story] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang