end

1.5K 131 20
                                    

Kedua matanya menatap lurus kearah batu nisan yang terbentuk dengan kokoh di depannya. Pria itu kemudian meletakkan setangkai mawar putih diatas batu nisan itu. Itu benar, ini menjadi tempat peristirahatan salah satu temannya, Theodore Nott. Bahkan hingga akhir hidup pria itu, ia mengerahkan semuanya, sesuai janjinya kepada seorang gadis, yaitu akan mengusahakan dan melakukan apapun untuk gadis yang pria itu cintai, sekalipun ia harus merelakan nyawanya.

Pria berambut pirang terang itu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Sudah hampir satu tahun lamanya setelah kejadian itu. Kejadian dimana Draco Malfoy menyaksikan detik-detik kematian temannya. Detik-detik dimana gadis yang ia cintai juga nyaris meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Berbicara mengenai pernikahan Draco Malfoy dan Astoria Greengrass, semuanya dibatalkan. Bertanya-tanya kenapa? Persis di hari dimana Astoria Greengrass menerima kabar bahwa Theodore Nott kehilangan nyawanya, gadis itu benar-benar terpukul. Sangat terpukul terlebih mengingat itu karena kesalahannya. Salahkan kepada semua perasaan dan obsesinya kepada calon suaminya itu, yang membuatnya kehilangan akal sehatnya dan mengikuti keinginan ayah calon suaminya. Ralat, mantan calon suaminya.

Lalu bagaimana dengan Lucius Malfoy? Pria itu tentu saja tidak berubah, tetap menjadi dirinya yang seperti itu. Tidak punya hati, egois. Bahkan setelah penolakan dari Astoria Greengrass, pria itu tidak berhenti untuk mencari pasangan hidup yang layak untuk putra tunggalnya, mencari seorang wanita yang menurutnya pantas untuk putranya.

Lalu apa yang Draco Malfoy lakukan akan hal itu? Tidak ada. Menurut Draco Malfoy keselamatan gadisnya sudah cukup untuknya. Maka dari itu ia memutuskan untuk mengikuti apapun yang ayahnya minta. Lagipula dimana lagi pria itu dapat menemukan kebahagiannya, sementara semua kebahagiaannya ada pada gadis yang pria itu sangat cintai.

Tentu, gadis itu adalah kamu.

"Kau baik-baik saja?" Draco menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya kini menghampiri dirinya.

Ginger hair, frackles and red lipstick.

"Mrs. Weasley" ucap pria itu seraya mengamati Mrs. Weasley yang beranjak meletakkan setangkai mawar putih diatas batu nisan yang ada di depannya.

"Kau sering kesini?" tanya wanita itu.

"Sama sepertimu" balas Draco, membuat Mrs. Weasley tersenyum simpul.

"Aku hanya menggantikan peran gadis itu. Aku yakin gadis itu melakukan hal yang sama jika ia masih mengingat semuanya"

"Tidakkah kau merindukannya?" lanjut Mrs. Weasley yang kini beralih melirik pria disebelahnya. Pria itu kembali menghela nafasnya.

"Setiap hari" balas Draco.

"Apakah dia baik-baik saja?" lanjut pria itu.

"Kau tidak berniat untuk memastikannya sendiri?"

Draco mendengus "Aku bahkan sudah tidak layak untuk menampakkan diriku kepadanya, Mrs. Weasley. Aku tidak ingin menyakitinya lagi"

Kini giliran Mrs. Weasley untuk menghela nafasnya "Kau masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya, kau tahu"

"Kau bisa memulai semuanya dari awal" hingga dalam hitungan detik, dengan menggunakan mantra teleportasi, wanita itu memutuskan untuk meninggalkan Draco yang masih termenung akan perkataan terakhir yang wanita tersebut sampaikan kepada pria itu.

Untuk kesekian kalinya Draco menghembuskan nafasnya dengan kasar, membuatnya juga ikut untuk berteleportasi meninggalkan tempat ini.

Haruskah ia pergi menemuimu? Haruskah ia mengambil kesempatan itu? Haruskah ia memulai semuanya dari awal.

pleasure to meet you | draco malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang