{ 11 }

80 11 8
                                    

Woah... udah lewat 10 part nih. Gimana kesan kalian? So, terus pantengin cerita aku ya kawand. Semoga memuaskan 😁

Pancaran sinar matahari menebus sampai bangku Elsya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pancaran sinar matahari menebus sampai bangku Elsya. Kuliah hari ini lumayan membosankan, terlebih dosen yang hanya peduli kepada mahasiswa pintar. Ya apalah daya Elsya yang pemalu. Dibandingkan teman-temannya, Elsya terlalu skeptis terhadap dirinya sendiri.

Keberhasilan terjadinya komunikasi persuasif, tergantung pada seberapa besar hetro sugesti yang dapat kita berikan kepada orang lain.

Ibu tekankan pada kalian untuk menguasai ilmu komunikasi yang bagus agar orang lain tertarik dengan apa yang kita harapkan.

Mulailah dari hal kecil, seperti bersimpati pada orang terdekat sebelum terjun ke promosi ataupun kampanye.

Elsya mendongakan kepala ke arah jendela. Seratus persen penjelasan dosen diabaikan, karena pikirannya sudah dipenuhi angan-angan mayat itu. Sungguh miris.

"Hah?!!"

Lagi-lagi mata Elsya menangkap pemandangan yang sial. Alis gadis imut itu bertaut, otomatis mulut mungilnya ikut membulat.

Ga... jangan lagi... jangan-

"TIDAKKK!!!"

Sontak, seisi ruang menoleh Elsya sebagai sumber suara. Awalnya mereka mengira Elsya kembali bertingkah aneh.

"Aaaaaaaa!!"

"Buset sadis bener! Buruan tolong!!"

Namun, Elsya memberikan fakta yang berhasil memicu kegaduhan. Ada mahasiswa yang terhempas di sana. Perlahan lumuran darah berserakan mengotori separuh halaman kampus.

"Baik perkuliahan hari ini kita tunda dulu!!" sentak Dosen.

Dosen yang ikut merasakan kegaduhan, akhirnya bergegas mencari bantuan. Disusul oleh para mahasiswa, satu persatu meninggalkan ruangan.

🔪🔪

Elsya ikut mengerumuni tubuh mahasiswa yang ternyata sudah tak bernyawa. Salah satu staff kampus sempat memeriksa denyut nadi korban berulang kali.

Tidak ada yang bisa Elsya lakukan selain menutup mulutnya akibat syok.

"Bro, dia pemenang olimpiade sains minggu lalu itu kan?" bisik salah satu mahasiswa.

"Miris banget ya, baru aja banggain nama kampus, eh udah terbunuh."

"Kasian sama nasibnya anjir."

"Kalau ga salah namanya Tono."

Tangan Askar terkepal erat, perlahan menimbulkan biang keringat. Hatinya remuk mengiringi deru nafas yang sedikit tersenggal. Seberusaha mungkun Askar membuka suara.

"Semua ini gara-gara lo, Berline.... kalo aja lo ga nyebarin berita yang aneh-aneh, situasinya ga bakal kacau balau begini." Askar menatap Berline lekat.

Theory 247  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang