6. Permainan hanyalah permainan

55 30 7
                                    

assalamu'alaikum, apa kabar untuk hari ini?
apa ada yang puasa di hari ini?
bagi yang puasa semangat yaa, nunggu buka puasa sambil baca seru tak?

HAPPY READING!!!

Keheningan melanda suasana yang ada di aula, 3 orang tersebut hanya bisa diam. Setelah beberapa menit kemudian salah satu murid memberanikan diri untuk membuka suara, "bukankah ini sama saja mengorek hal pribadi seseorang?" ujarnya.

"Tidak, lagian permainan tetap permainan, kalian juga sudah setuju untuk melakukannya."

"Apa? sejak kapan kami setuju melakukan permainan ini? kami bahkan tidak diberikan kesempatan untuk memilih," tukas siswa yang berbaris di sebelah Cahaya.

"Kalian sudah menyetujuinya, bahkan jauh sebelum kalian menjadi student gold. Oh ya, ini bukan soal masalah biasa saja, tapi rahasia kalian, kalau tidak mau? silakan gunakan senjata yang ada dihadapan mu."

Pengumuman yang baru tersebut hanya membuat ketiga siswa semakin terbungkam. Keheningan berlanjut sampai salah satu dari 3 siswa berjalan ke depan, berdiri di depan meja yang ada pistol. Tangannya terulur untuk mengambil pistol tersebut dan mengarahkan ke kepalanya sendiri.

Semua orang kaget atas keberanian siswa ini, kalau di kepala bukannya bakal langsung mati? semua orang mengalihkan pandangan ke siswa yang ada di depan mereka.

Tidak ada rasa takut di wajah siswa ini malahan senyuman terkembang di wajahnya. "Sekalian aja nih, gua ngenalin diri, karna kemarin ga bisa," katanya sedangkan jarinya sudah menekan triggers pistolnya.

"Rivandra, salam kenal semuanya."

Door

Semua orang reflek memejamkan mata mereka dan ada juga yang menutup wajahnya dengan tangan, perlahan membuka mata dan melihat Rivan masih berdiri tegak dengan posisi awalnya, melihat ke arah kepalanya. Tidak ada tembakan peluru asli seperti kemarin, melainkan pistol mainan yang berisi bola air bewarna yang hanya membuat dahi Rivan bewarna merah.

"Lihat? gua ga apa-apa, ini cuma permainan," ujar Rivan dengan santai sedangkan yang lain sudah cemas duluan.

"Hah, okay, ini jadi tidak menyenangkan lagi, silahkan kembali ke kelas kalian." Ucap orang tersebut terdengar kecewa.

Semua orang berjalan ke arah Rivan, bagaimana dia bisa tahu kalau itu cuma mainan, padahal kalau dilihat dari luar seperti asli. Cahaya juga ingin menimbrung bersama mereka tapi melihat Aliesha meninggalkan aula menuju ke kelas ia memutuskan untuk mengikuti Aliesha.

"Hmm? lo ga mau nimbrung ama mereka dulu?" tanya Aliesha.

"Ga, lagian dari mereka pasti ada yang ga suka sama gua karna jadi kerabat kepala sekolah," jawab Cahaya dengan senyuman manis di bibirnya.

"Menurut lo bukankah ini aneh? cara pengenalan dan permainan ini?" lanjut Cahaya menatap Aliesha dengan tatapan penasaran.

"Ya, memang aneh, ini seolah kita seperti sedang dipermainkan dan untuk pengenalan mereka seperti mengajarkan kita untuk membunuh," balas Aliesha dengan tatapan yakin di matanya.

Tak jauh dari posisi mereka seorang gadis berdiri menatap mereka dengan tatapan kebencian.

Ini baru awal, lo udah masuk kedalam permainan gua, permainan hanyalah permainan, bukan?

←----------→

Bagaimana? seru ga? penasaran ga?
Sebelum ninggalin chapter ini, tekan vote nya dong
makasiiihhh

see you in the next chapter

Published: 19 Juni 2024

Class of MurdersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang