14. Game

16 11 1
                                    


HAPPY READING!!!

Alarm tanda kebakaran berbunyi yang membuat para student gold keluar dari asrama. Saat semuanya keluar alarmnya berhenti dan para siswa kebingungan. Asramanya baik-baik saja, tidak ada yang kebakar. Tapi, kenapa alarmnya berbunyi?

"Selamat malam semuanya, maaf saya mengganggu waktu tidur kalian."

"Ck, suara itu lagi."

Para murid ribut akibat kejadian tadi. "Bukannya minta maaf, tapi lu malah ketawa, lucu? gak lucu sama sekali," ucap seorang gadis yang mengenakan piyama bewarna hitam.

Orang itu sama sekali tidak merasa kesal atau marah dengan ucapan gadis yang baru menyindirnya. "Saya tidak peduli itu lucu atau tidak bagi kalian. Saya hanya ingin menghibur diri sendiri, apa itu salah?"

"Ya, itu sangat salah, mengganggu para murid yang sedang beristirahat hanya untuk kesenangan diri anda sendiri."

Semua siswa mulai merasa kesal dan risih dengan keadaan sekarang. Mereka beranjak kembali untuk masuk ke dalam asrama sebelum orang tersebut kembali berbicara.

"Kalau kalian kembali masuk ke dalam kemungkinan besar asrama itu akan benar-benar terbakar. Ikuti saja apa yang saya katakan, kalau tidak nyawa kalian taruhannya."

Aliesha langsung mengetahui ucapannya bukan main-main tapi sebuah ancaman untuk semua orang. Semuanya menghentikan langkah mereka dan menunggu orang itu kembali berbicara.

"Bagus, malam ini kita akan memainkan sebuah permainan, permainan yang sangat menyenangkan. Kalian bisa memilih untuk ikut atau kembali masuk ke dalam. Tapi, ingat, ucapan saya yang tadi. Nyawa kalian taruhannya."

Mereka semua sangat paham dengan maksudnya, mereka tidak memiliki pilihan selain memainkan permainan konyol ini.

"Baiklah, sepertinya kalian semua setuju untuk memainkan permainan ini. Sebelum itu saya mau kalian untuk membuat kelompok yang berisi 2 orang maksimal 4, tidak boleh lebih, kalian juga bisa memainkannya secara individu, kalau mau."

Semuanya membuat kelompok masing-masing, sedangkan Aliesha kebingungan untuk masuk ke kelompok yang mana, apa dia harus ikut kelompok yang terdiri dari Rivan, Aaron, Bahana atau bersama Cahaya?

Belum sempat bagi Aliesha untuk memilih, Cahaya menarik tangan kiri Aliesha untuk membuat kelompok bersamanya. "Yuk, kita berdua aja."

Di sisi lain, Rivan juga memegang tangan kanan Aliesha. "Lepasin tangan Shasa, Van," pinta Cahaya dengan ekspresi tidak suka.

"Gak mau, dia harus satu kelompok sama kelompok gua." Rivan menarik Aliesha ke arahnya begitu juga dengan Cahaya. Aliesha hanya bisa pasrah melihat kedua makhluk ini merebutkan dirinya.

Tatapan Aliesha teralihkan ke Adit dan seorang gadis yang memakai piyama bewarna merah muda. Gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengajak Adit bergabung ke kelompoknya. Tapi, Adit hanya menatap dingin ke arah gadis itu. Ekspresi si gadis menjadi kecewa sampai salah satu temannya memanggilnya, "Chelsea, ayok."

Chelsea mengangguk dan pergi ke tempat temannya berada. Sedangkan, Adit masih menatap Chelsea dengan tatapan dingin dan tajam. Apa mereka punya hubungan? batin Aliesha.

Tangan Aliesha mulai terasa sakit dan akhirnya dia menarik kembali tangannya. Menatap tajam secara bergantian ke Rivan dan Cahaya. Tatapannya berhenti ke Rivan, "Van, gua sama Cahaya, kasian dia gak punya kelompok," ucap Aliesha yang membuat Rivan kecewa sekaligus kesal karena melihat Cahaya mengejeknya dari belakang Aliesha.

"Okay, kalau itu pilihan lo." Rivan kembali ke tempat Bahana dan Aaron.

"Makasih udah mau sama gua Sha." Cahaya memeluk Aliesha, melingkarkan tangannya di sekitar tubuh Aliesha, yang dipeluk hanya bisa tersenyum melihat wajah ceria Cahaya. Ia tersenyum begitu lebar hanya karena Aliesha memilihnya, sepertinya dia sudah menganggap Aliesha sebagai sahabat karibnya.

"Karena semuanya sudah memiliki kelompok masing-masing, saya akan memberitahu apa permainannya. Permainannya adalah kalian harus mencari pembunuh yang telah membunuh salah satu karyawa yang ada di kafe dekat perpustakaan."

Rivan, Bahana dan Aaron langsung menatap satu sama lain. Sedangkan, Aliesha hanya diam walaupun dirinya terkejut dengan permainan ini, tapi, dia tetap memasang ekspresi acuh tak acuh seperti biasa.

"Untuk informasi lebih lengkap, pembunuhan ini terjadi tadi sore. Saya yakin ada di antara kalian pasti ada di sana saat kejadian tersebut. Siapa yang berhasil menangkap pembunuh tersebut akan mendapatkan point tambahan. Oh ya, kalian bisa membawa pembunuh itu ke aula atau langsung membunuhnya, pilihan ada di tangan kalian. Baiklah, tanpa basa-basi lagi, silahkan kerjakan tugas kalian, upss, maksud saya silakan bersenang-senang."

Tidak ada komentar atau ucapan lagi dari orang itu. Semua orang terdiam, belum ada yang bergerak sampai salah satu siswa berjalan pergi mencari pembunuh itu.

"Bukankah itu Adit? Waw, nyalinya cukup besar untuk mencari seorang pembunuh, apalagi dia sendirian," ucap salah satu siswa yang memakai kaus polos bewarna biru dengan celana training.

Aliesha menatap Adit sampai punggung cowok itu hilang di pandangannya, ada apa dengannya? batin Aliesha.

←----------→

jangan lupa untuk vote and coment

see you in the next chapter

Published: 27 Juni 2024

Class of MurdersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang