- Lima -

60 10 1
                                    

- Selamat Membaca -

Mas Duda hot

[Cepat kembali ke kelas jika tidak saya akan menghukummu, Arunika Renjana!]

Mas Duda hot

[Mata kuliah hari ini saya yang gantikan!]

“Oh My God. I-ini seriusan?” tanya Bianca. 

Daisy yang penasaran pun merebut ponsel Renjana yang ada di tangan Bianca dan membaca isi pesan di ponsel tersebut. Daisy sama-sama terkejutnya. Renjana sendiri dengan cepat merebut benda pipih miliknya, kemudian meninggalkan tempat itu dengan mengajak ketiga sahabatnya.

Pikiran Renjana melayang membayangkan kemungkinan dan ketidakmungkinan yang terjadi. Nyatanya tanpa mereka ketahui, seseorang telah menunggu mereka di dalam sebuah kelas yang harusnya mereka berada. 

Sial. Renjana terus mengumpat sepanjang jalan. Bagaimana bisa cepat sampai di kelasnya yang posisi kelasnya saja berada di lantai paling atas. Sementara, setiap kali menunggu lift buka selalu saja penuh. Renjana frustasi. Sedangkan, Daisy, Bianca dan Ola tampaknya tidak terlalu khawatir. Santai-santai saja mereka yang ada kalau dipikir-pikir.

“Oh, Tuhan. Bagaimana ini? Tidak mungkin kalau si Om-Om jutek itu menggantikan Pak dosen, sih?” gerutunya. 

Menunggu waktu lima belas menit barulah lift terlihat kosong dan dengan cepat Renjana langsung masuk bersama teman-temannya. 

“Santai kali, Na. Kenapa mukanya kayak maling yang ketangkep, sih?” ejek Bianca.

Ola tiba-tiba saja menambahkan. “Nahan puf dia.” 

Pppftt.” 

Renjana memutar bola matanya malas. Jika dipikir-pikir kenapa juga dia sampai sepanik tersebut, padahal kalaupun iya si duda tampan hot itu ada di kelasnya menggantikan dosen yang seharusnya ya … tidak masalah, kan? Tapi kok ini kelihatannya Renjana kayak tidak mau terlihat nakal di depan si duda itu, ya?

Kayak dia pengen terlihat calm, ada di kelasnya mengikuti materi kuliah tanpa harus ketahuan terlambat. Ah, ya ampun. Renjana ini. Apa iya dia punya rasa sama si duda itu hanya karena percakapan pas malam tadi? 

“Lo pada daripada ngoceh mending diem, deh. Gimana kalau misalkan beneran si duda hot itu ada di kelas kita? Kita ketahuan terlambat masuk kelas? Malu lah yang ada. Gengsi gue, masa Renjana yang cetar bisa-bisa terlambat masuk kelas?” 

Ada-ada saja. Renjana mengibaskan rambut panjangnya membuat yang lainnya benar-benar merasa heran. Dan setahu mereka pun biasanya kalaupun terlambat Renjana dan mereka tidak peduli apalagi terlalu khawatir begini.

Fiks. Dia pengen terlihat baik di depan yang berpengalaman,” celetuk Ola dengan santainya.

Daisy menimpali. “Apa ini pertanda Nana jatuh cinta sama si yang berpengalaman. Jadi ingin kelihatan baik dan menjadi anak rajin di depannya, La?” Daisy menahan tawa. Sementara, Bianca malah meledek Renjana.

“Lo pada berisik gue sumpal juga tuh mulut. Diemlah!” protes Renjana. “Temen pengen berubah tuh setidaknya dukung lah. Ngapa malah diejek begitu? Heran gue.” 

“Berubah? Berubah dalam hal apa dulu, nih?” 

Ssstt! Berisik. Noh tuh udah buka. Buruan kita ke ruang G. Kita lihat apa Mas Duda gue beneran ada di sana!” 

Mereka berempat berlarian untuk sampai ke ruang G yang posisinya berada di paling ujung. Waktu kelas mereka memang sudah dimulai sejak lima menit yang lalu. Mereka benar-benar terlambat dan Renjana sudah tidak konsen bingung mempersiapkan dirinya di depan si duda itu kalau dia dihukum. 

Kan, yang si duda hot jeletot tahu kalau Renjana alias Arunika Renjana ini anak rajin dan tidak pernah bolos saat matkul apapun. Mereka—-Bianca, Daisy dan Ola saja tidak tahu kalau Renjana telah berbicara sok di depan si duda malam tadi. Makanya begitu mendapatkan pesan tersebut langsung panik.

Beberapa menit telah sampai di depan kelas mereka. Mereka saling diam satu sama lain. Berhenti tidak jelas dan tidak ada satu pun yang berani membuka pintu yang tertutup itu. Waktu keterlambatan mereka pun jadi bertambah. 

Renjana berinisiatif untuk maju, melangkah hanya selangkah saja sebelum akhirnya tiba-tiba Daisy mendorongnya kuat-kuat hingga Renjana benar-benar membuka pintunya, tapi yang membuat pintu tersebut terbuka lebar karena tubuh Renjana mendapatkan dorongan kuat dari ketiga temannya.

Intinya mereka bertiga menumbalkan Renjana supaya Renjana dulu yang terkena amarah si dosen jika memang benar di dalam sana kelasnya sudah mulai.

Anjir. Lo betiga ngapain dorong gue, sialan,” umpat Renjana saat tubuhnya merasakan nyeri karena ketiga temannya menindih tubuhnya.

Ya, dorongan kuat itu menyebabkan tubuh Renjana tersungkur ke depan dan berhasil mencium lantai saat itu juga. Ketiga temannya langsung beranjak berdiri dan mundur perlahan memberikan ruang agar Renjana bisa menormalkan degup jantungnya dan rasa malu akibat tingkah teman-temannya. 

Dia berdiri dibantu yang lainnya omong-omong. 

“Enam menit tiga puluh dua detik. Tidak ada toleransi untuk mahasiswi seperti kalian!” seru seseorang. 

Dari nada suaranya hanya Renjana yang tahu siapa pemiliknya. Ia yakin, sangat-sangat yakin. Akan tetapi, Daisy, Bianca dan Olla mereka saling pandang satu sama lain tidak berani mengangkat wajahnya. Karena mereka tidak mau mahasiswa lain meihat bagaimana reaksi wajah masing-masing. 

Renjana mengupayakan dirinya untuk terlihat baik-baik saja. Dalam hati ia mengumpati dirinya sendiri mengapa sampai berulah demikian? Dulu memang pernah terlambat masuk kelas saat pertama kalinya menjadi seorang mahasiswi, tapi si dosen memberikan toleransi dan membiarkan Renjana tetap mengikuti kelasnya.

Ya, hanya terlambat dua puluh detik saja. Bukankah wajar, kali, ya? Kan, pastinya belum dimulai materinya.

Tatapan mata Renjana bertemu dengan si pemilik suara yang tadi mengatakannya terlambat. Sial. Kenapa bisa si duda hot yang semalam membuat mood-nya buruk itu ada di sini? Bukankah dia itu seorang pekerja kantoran tapi sejak kapan tugasnya beralih jadi mengajar begini?

“Sebagai hukumannya kalian bertiga buatlah makalah tentang materi yang akan saya sampaikan hari ini. Harus detail, rapi dan saya tidak menerima kecacatan sedikit saja.” 

Si pemilik suara itu menunjuk ke arah belakang Renjana. Itu artinya Daisy, Bianca dan Olla dong yang dihukum membuat makalah seperti itu. Lalu, untuk dirinya apa? Apa jangan-jangan lebih berat? Oh, ayolah! Hanya telat enam menit saja, kan? Harusnya tidak masalah. 

“Ta-tapi, Pak?” Bianca tidak bisa menerima itu. 

Olla mengangkat tangannya. “Makalahnya dikerjakan bersama, kan, Pak?”

Satu senyuman terbit di bibir Olla saat memandang wajah dari si pemilik suara itu. Entah artinya apa itu. Akan tetapi, hanya dirinyalah yang tahu. 

“Satu orang satu. Tidak ada pengerjaan dilakukan bersama.” 

“Terus kalau saya?” Renjana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah cengo. 

“Kamu akan terima dua kali lipat dari apa yang temanmu dapatkan!” ungkap si pemilik suara itu, selanjutnya kembali ke meja dan melanjutkan materi yang sempat tertunda tadi. 

Renjana mengumpati si pemilik suara itu. Dalam hati bersumpah tuh manusia tidak akan bisa lolos dari seorang Arunika Renjana. Apa-apan coba? Telat enam menit dapat hukuman seperti itu? Dua kali lipat pula. Yang benar saja.

- Bersambung -

Renjana | OTW TERBIT✅ | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang