- Dua Puluh Dua -

28 4 0
                                    

- Selamat Membaca -

|| Seseorang akan datang kepada kami bila dirinya menginginkanmu, pun dengan niatan jika dia ingin mempercepat niat baiknya agar tidak sampai sesuatu terjadi padamu. Lakukan saja! Kami merestuimu.

Freya & Gerry

———-—

“Menurut Mami sama Papi gimana?” 

Renjana mengutarakan ungkapannya tentang permintaan Kaivan waktu itu. Renjana mengajak Freya dan Gerry untuk berbincang dulu sebentar dan lagi kalau lama pun tidak apa-apa, kan? Weekend begini jarang-jarang mereka ngumpul bersama. Apalagi sekarang tidak ada jadwal jalan sama gengnya itu, maupun dengan kekasihnya. 

Renjana membutuhkan keduanya. Renjana ingin meminta solusi juga bercerita tentang apa saja yang dia lakukan sejak seminggu terakhir ini. Yaps, seperti biasa Renjana selalu mengutarakan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi kecuali saat Kaivan main terobos begitu saja. 

Apa kata orang tuanya? Yang ada bisa-bisa dia digorok dong? Cuma, sedikit merasa tidak enak karena menyembunyikan hal itu kepada kedua orang tuanya. 

“Kalau Mami sendiri terserah sama Papi aja. Papi sebagai kepala keluarga dan Papi kesayanganmu tentunya pasti akan memberikan saran yang baik,” ujar Freya, “dan lagi menurut Mami sendiri apa yang dibilang sama Kaivan cukup bagus. Daripada terlalu lama berpacaran atau kek hubungan yang gak jelas. Mending nikah aja. Iya nggak, sih, Pi?” 

Gerry terlihat hanya diam saja sembari menggenggam erat tangan istrinya. Menatap penuh selidik pada putri semata wayangnya yang ada di depannya ini. “Kamu suruh Kaivan menghadap Papi kalau dia punya niat baik. Papi pengen tanya sesuatu sama dia.” Tatapan Kaivan selalu berhasil membuat Renjana tidak berkutik dengan cepat mengangguk. 

Mode serius begini, Papi Gerry sedikit menyeramkan perlu diketahui. Ingat, ya! Cuma hatinya baik kok, sayang keluarga dia apalagi sayang anaknya yang cantik kayak Renjana ini. 

“Na kirim pesan sama Mas Kai dulu kalau begitu, ya, Mam, Papi.” Renjana mulai mengirimkan pesan kepada Kaivan yang entah sekarang lagi apa, “em … Papi, Mam. Na juga mau cerita lagi. Boleh dong?” 

“Katakanlah!” titah Papi Gerry.

Renjana memutar bola matanya malas, pikirnya nggak usah serius–serius bisa, kan? Agak gimana gitu, cerita tapi muka-muka yang diajak cerita ini datar mirip seperti tembok. Sementara, Freya terkekeh sembari menggeleng berniat berpindah ke tempat di mana putrinya berada, tapi Papi Gerry tidak mau melepaskan tangannya. 

Papi Gerry meminta istrinya—-Freya untuk tetap di sampingnya—-Papi Gerry memberikan pilihan untuk putrinya jika mau berdekatan pas lagi ceritanya Renjana saja yang mendekat.

Renjana menggeleng. Dia tetap duduk di tempatnya. “Papi, Mami. Kemarin mantan Na datengin Na.” 

“Terus?” 

“Ya. Dia ngiranya Na gagal move on terus dia berniat macem-macem ditambah lagi nih, ya. Perlu kalian ketahui dia berencana mendapatkan Na lagi meskipun dia lagi berhubungan sama selingkuhannya itu. Eiw, jijik banget.” 

“Dia lakuin apa lagi ke kamu, Na?” Kali ini Freya bertanya. Freya cemas pada putri semata wayangnya mengingat mantan putrinya bernama Hansel ini memiliki track record yang buruk, bukan hanya dari saksi yang dia temui atau apa pun tapi dia punya buktinya dan melihat secara langsung, Freya melakukan penyelidikan itu setelah putrinya diputuskan oleh Hansel itu, “Mami harap dia nggak ngapa-ngapain kamu.” 

Renjana | OTW TERBIT✅ | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang