- Dua Puluh Lima -

78 5 0
                                    

- Selamat Membaca -

|| Aku semakin yakin bahwa kamu seseorang yang telah Tuhan kirimkan untukku. Seperti pelangi yang memiliki berbagai macam warna. Hadirmu pun membuat hidupku kian berwarna. - Kamulah calon istriku. Ibu dari anak-anakku nanti.

Kaivan Dwi Anderson

————

“Terima kasih, ya, Yang. Kamu nggak menolak keinginan aku, aku janji besok aku suruh Mom ke sini lagi,” ujar Kaivan.

Renjana dan Kaivan saat ini sedang berada di halaman rumah Renjana—-duduk berdua di kursi panjang dengan Kaivan yang memasang jaket miliknya untuk Renjana agar tidak sampai kedinginan. Kaivan juga anehnya malah semakin menempel pada Anjani seakan tidak ingin berpisah dengan putrinya Gerry Henderson meski hanya sedetik pun.

Buktinya Kaivan memeluk Renjana setiap saat bahkan tangannya sampai tak lepas dari tangan mungil Renjana. 

Beda. Pada saat dulu Kaivan bersama Megan Queeni—-menikah tiba-tiba, tidak pernah mendapatkan sentuhan bahkan rasanya Kaivan seperti bukan telah menikah—-meski statusnya tidak bisa membohongi semuanya.

“Sama-sama. Jangan seneng dulu, tapi, By! Aku belum terima loh, aku pengen Mom Nau yang dateng sendiri ke sini.” 

For your information. Panggilan mereka yang awalnya memakai bahasa formal sudah lama menghilang terganti jadi aku-kamu dan Kaivan pada Renjana-Yang, sedangkan Renjana pada Kaivan-By. 

Kaivan mengambil kesempatan untuk merebahkan tubuhnya dengan bantalan paha kekasihnya. Setidaknya dia sedikit lebih lega sekarang lantaran tidak harus berhadapan dengan muka calon mertuanya yang sedingin es batu itu. Kaivan senang saat tangan mungil kekasihnya mengelus rambut hitam ikalnya. 

“Pokoknya aku bakal usahain, ya, Yang. Kalau perlu paksa Mommy buat ke sini,” katanya.

Renjana mengangguk, tak lepas tangannya yang terus mengusap lembut kepala Kaivan hal itu membuat kegelisahan dan kecemasan yang sejak lama bersarang di hati Kaivan menghilang. Iya, dulu Kaivan merasa takut untuk kembali membuka hati apalagi sampai melanjutkan ke jenjang pernikahan. 

Akan tetapi, sekarang ini rasanya semua kecemasan itu hilang. Ada Renjana di hidupnya membuat Kaivan kadang berpikir, ‘Bisa, tidak, ya? Kalau gue nikahin Renjana detik ini juga?’ pikirnya. Tapi nyatanya tidak semudah yang diharapkan. Realita terkadang sering membuat manusia kecewa pada akhirnya. 

“Omong-omong aku mau tanya dong, By. Kok, kamu ini kek berubah banget, ya? Jadi, kek lebai, manja terus beda gitu pas pertama kali kita ketemu.” Renjana membayangkan kejadian pertama kali mereka di mall, apalagi sampai Kaivan tiba-tiba merangkul pinggang rampingnya possessive. “Setahuku kamu tuh, dingin, muka datar kek tembok. Sok iye lah. Terus tuh, ya. Biasanya kalau dalam novel-novel atau film-film gitu biasanya si ceweknya yang manja, lebai, main nyosor—-eh.” 

Renjana menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya. 

Mendengar hal tersebut, Kaivan sontak saja bangkit dan menegakkan duduknya. Kaivan memegang dahi kekasihnya dan menggeser tempat duduknya, sempat hendak memangku Renjana untuk bisa berada di pangkuannya dan mendekap Renjana erat tapi terbayang dengan bagaimana Renjana mendiamkannya selama hampir tiga hari lebih membuat Kaivan frustasi.

Kaivan terpaksa mengurungkan niatnya. ‘Sabar aje lah, seminggu lagi gue bisa bebas sentuh si cantik.’ Kaivan mengelus dadanya pelan, lalu menggeleng membuang pikiran kotornya dengan beristigfar dalam hati. “Cieee … yang pengen nerobos, tapi nggak bisa karena gengsi,” celetuk Kaivan yang membuat Renjana bibirnya mencebik dan dia berdiri hendak masuk rumah.

Melihat kekasihnya otw ngambek jadinya cepat-cepat Kaivan menarik kembali ucapannya dan segera berdiri memeluk Renjana dari belakang. 

“Dasar duda kurang belaian. Pake nyindir orang segala,” cibirnya.

Kaivan tidak tinggal diam. Sebelum ketahuan oleh calon mertuanya Kaivan mengendus-ngendus leher Renjana mencuri kehangatan di sana. Kaivan ingin meminta maaf dan tidak membuat Renjana ngambek tapi nyatanya Kaivan malah melakukan sesuatu yang membuat Renjana mendorong Kaivan kasar.

“Pulang gih sekarang! Jangan coba-coba temui aku lagi sebelum Mom kamu dateng ke sini dan nggak usah kita ketemu selama seminggu kalau kita emang mau nikahnya minggu depan. Titik kagak pake koma atau tanda seru, bye maksimal!” 

Ah, shit. Sial sekali. 

Beberapa menit lalu berbaikan bahkan mesra sekali sampai Renjana mengusap lembut kepalanya, sekarang malah Renjana ngambek bahkan mengancam untuk tidak bertemu. Bagaimana bisa coba?

Sungguh, sedetik atau semenit saja tidak bertemu dengan Renjana rasanya ada yang kurang. Tidak bisa! Sepertinya malam ini Kaivan harus meminta bantuan mommy-nya agar bisa secepatnya dinikahkan saja dengan Renjana. Emang dasarnya Kaivan yang kayaknya kurang belaian, deket bentaran rasanya pengen terus terobos saja. Tidak tahunya kalau Renjana tidak menyukai hal itu.

Renjana begitu-begitu juga ttida seperti cewek di novel-novel yang mana agresif, manja, pengen terus nemplok setiap saat dengan duda modelan kayak Kaivan atau bahkan gencar menggoda dan mengucap kata-kata frontal. Tidak. Bukan begitu, Renjana tidak suka. Ya, kecuali kalau sudah halal. 

Itu mah beda lagi, kan?

Melihat pintu mansion Renjana tertutup rapat Kaivan pun terpaksa pergi dari sana. Bahu Kaivan merosot seketika. Pulang dari rumah kekasih setidaknya mendapatkan night kiss yang ada malah ancaman.

Fiks. Mom Naura tujuannya sekarang.

Kaivan memarkirkan mobilnya di halaman mansion rumah mommy-nya dan dia membanting pintu langsung pergi dan memasuki mansion tersebut dengan perasaan tak karuan. Kaivan melihat jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Kaivan yakin mommy-nya belum tertidur.

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang hendak ke toilet. Terlihat wanita itu sudah mengenakan pakaian tidurnya.

Cukup terkejut melihat putranya datang tanpa mengucap salam atau mengetuk pintu. Namun, urung saat melihat raut wajah kesal dan murung putranya. Amarahnya seakan menghilang. Naura—-wanita itu mendekat dan tiba-tiba saja putranya menarik Naura untuk duduk di sofa.

“Ada apa kamu?” Naura melirik curiga.

Kaivan merebahkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di paha Naura seperti yang dilakukan olehnya pada Renjana tadi. “Mom! Aku sayang dan cinta sama Renjana, aku tadi abis dari rumahnya. Mami papinya mengintrogasi aku, terus aku bilang kalau aku lamar dia dan nikahin dia minggu depan.”

“Terus?” 

Kaivan merenggut. “Ya Mom masa nggak tahu kode anaknya sendiri?”

“Sekarang aja baru anggap Mom setelah dulu kamu mendiamkan Mom karena salah paham akibat ulah si Jovita, tapi … ya baguslah sekarang kamu mendapatkan seseorang yang cocok dan Mom sayang banget sama calon mantu.”

“Maaf, Mom. Anggap aja dulu itu khilaf aku. Tapi, besok dateng ke kediaman Renjana, ya. Lamar dia buat aku, Mom. Plis!”

“Yeee. Nggak malu apa sama umurmu yang udah 30 dan statusmu—--”

“Mom. Ayolah! Sayang anak.”

“Hem.”

“Apa tuh artinya?”

“Pikir aja sendiri. Awas ah, kamu minggir. Mom mau ke toilet mau cepet-cepet beberesih biar cepet tidur. Kamu menginaplah! Cepat tidur besok kerja.”


- Bersambung -

Ges, doakan semoga novel ini lolos terbit, ya. Dan kalian jangan lupa beli novel versi cetaknya. Kalau lolos hehehe. Tapi, menurut kalian bakal lolos nggak, nih?

Sebenernya masih ada 15 bab lagi. Part ter-jungkal wkwkwk yang pernah ada.

Info selengkapnya jangan lupa follow ig-aku, ya. @goresanairin_22 juga follow tiktok aku.

Renjana | OTW TERBIT✅ | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang