- Tiga Belas -

45 6 0
                                    

- Selamat Membaca -

|| Kau membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya, maka kau sendiri pula yang akan mengalaminya lebih daripada aku! 

Jovita Qirani 

———

Berulang kali tamparan keras didapatkan oleh Jovita Qirani—-perempuan dewasa yang akan menginjak usia 29 tahun ini. Bagaimana tidak? Tindakan yang dilakukan oleh Jovita atas Renjana membuat mama dan papanya kesal dan murka sampai melakukan kekerasan pada anak sulungnya itu. 

Seharusnya mereka mendapatkan kerja sama itu dan keuntungan yang diperoleh itu mereka miliki. Namun, tak disangka justru belum memulai tapi sudah dibatalkan dan itu karena Jovita mengusik putri dari rekan bisnisnya.

“Mama sama Papa sadar nggak, sih, kenapa sampe kasarin anak sendiri begini? Salah aku apa coba? Tadi aja Kai yang ngasarin Jo, terus sekarang kalian mau kalian itu apa—-”

“Hentikan obsesi gilamu itu pada Kaivan, Jo! Apalagi sampai mengusik putri Tuan Henderson,” geram sang papa. 

Sang mama mengusap lembut pundak sang suami. “Apa yang dikatakan Papa kamu benar, Jo! Gara-gara kamu usik putri mereka dengan menghadang jalan mereka, perusahaan Henderson Group membatalkan kerja sama mereka bahkan sekarang ditambah Perusahaan Anderson. Mereka akan mengakuisisi perusahaan kita. Apabila sekali lagi ketahuan kamu usik mereka!” 

“Tidak mungkin Kaivan sampai tega mau ngelakuin itu, Ma, Pa! Secara Kai itu cinta sama Io,” bela Jovita begitu percaya diri. 

Si mama menampar lagi. “Kalau dia cinta sama kamu, tidak akan dia menghancurkan usaha papa kamu bahkan sampai membatalkan kerja sama dengan Henderson Group, Jovita!” 

“Ta-tapi—-”

“Berhenti atau kamu enyah dari hadapan kami!” putus sang papa.

Jovita terpaksa keluar dari rumah itu demi mendapatkan apa yang ingin dia peroleh. Sebab, yakin pada dirinya sendiri kalau dia bisa mendapatkan cinta dari seorang Kaivan Dwi Anderson. Jovita tidak mau membuang-buang waktu lebih lama lagi. Tidak peduli jika kedua orang tuanya tak menganggapnya lagi dan lagi dia memiliki satu unit apartemen di salah satu pusat kota.

Dia keluar dengan hati yang sedang panas membara. Emosinya semakin meluap-luap apalagi mengingat Kai yang melingkarkan tangannya ke pinggang bocah kecil itu. Sungguh, kesal sekali.

Tujuan Jovita saat ini selain apartemen dia juga menghubungi seseorang untuk kemudian menunggunya di sana. Dia harus merencanakan sesuatu untuk membalas perbuatan si bocah itu karena telah membuatnya jatuh.

Di sisi lain … 

Malam yang indah ini menjadi malam yang tiba-tiba saja merasakan hawa panas, kala Gerry menatap tajam ke arah putrinya. Renjana saat ini sedang berada di ruang keluarga bersama mami dan papinya. Ketahuilah acara penting yang dimaksud oleh Gerry dan Freya itu mereka ingin mengintrogasi putri kecilnya.

Segudang pertanyaan diucapkan oleh keduanya. Freya sendiri tidak menyangka bahwa putri kecilnya yang biasanya hobi kerja, jalan atau nongkrong sama tiga sahabatnya itu malah beralih diam-diam menjalani hubungan dengan rekan kerja suaminya. Walau bisa dibilang tidak tua jika dilihat dari wajahnya, tapi usia Kaivan dan juga statusnya membutuhkan waktu bertahun-tahun rasanya menerima fakta kalau mereka dekat.

Ah, jika dipikir-pikir lagi kedua keluarga ini sedang ribut dengan masalah utamanya ada pada Kaivan.

“Jadi, apa ini yang dimaksud sama kamu ketika waktu itu kamu putus sama Hansel? Cari yang berpengalaman itu Kaivan itu?” 

“Ma-maaf, Mi, Pi. Na juga bingung ini kenapa juga bisa sampe ada keterkaitan dengan Om duda itu, cuma kronologinya ya begitu berawal dari mall mau jajan buat nyemil, eh malah terperangkap drama sama si Om. Ya udah, terus dia ajak pacaran ya ….”

“Kamu terima?” 

Renjana tak menjawab. Diamnya dia di mata Freya dan Gerry itu sudah membuktikan bahwa Renjana memang benar memiliki hubungan dan Renjana menerima ajakan Kaivan menjadi kekasihnya. Terdengar aneh, tapi ya … begitulah jika Tuhan telah menakdirkan hambanya bersama dengan jodoh mereka. Tidak peduli bagaimana dan berapa lama mereka saling mengenal maka akan tetap bersama.

Freya beralih tempat duduk di dekat putrinya. “Apa kamu tahu kalau Kaivan sudah pernah menikah? Status dia bukan lagi lajang dan bahkan usia dia sama kamu beda jauh. Ingat itu, Na!”

“Bukankah kata Mami waktu itu, Mami tidak melarang Na jatuh cinta dengan siapa aja sekalipun dengan yang berpengalaman, kan? Yang penting tidak menjadi perebut suami orang atau perebut pacar orang.” Renjana berkata demikian hanya untuk meyakinkan keduanya, tapi di sisi lain ia bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengapa begitu mudahnya membalas ucapan sang mami. “Na janji akan jaga batasan, Na! Walaupun kekasih Na sekarang usianya jauh di atas, Na. Yang penting dia tidak nyakiti Na dan buat Na nangis sepanjang hari sampai nilai kuliah Na E semua.”

Freya melirik Gerry begitupun dengan Gerry. Masalahnya ini runyam dan berat untuk dia mengambil keputusan antara membiarkan putrinya bersanding dengan Kaivan yang notabenenya sebagai rekan kerja dia atau melarangnya, tapi itu pasti akan berakibat fatal pada putrinya.

Gerry sempat mendengar curhatan Olla—-anak sahabatnya Freya yang waktu itu pernah makan malam bersama di sebuah restoran—-di sana Olla menjelaskan kalau Hansel mantan Renjana seringkali membuat Renjana menangis bahkan sampai tidak peduli lagi mesra-mesraan di tempat umum.

“Mami sama Papi butuh waktu untuk menerima semuanya, Na. Tapi … kami mohon tolong jaga batasan kamu, sekalipun kamu memang duluan yang sering godain Kai!” peringat sang papi.

“Tenang aja. Seminggu ke depan lagian Na bakal fokus ke ujian di kampus, abis itu kerja di resto lagi. Soalnya, duit Na kurang. Na mau buka resto sendiri dan punya usaha lain sendiri,” kata gadis itu meyakinkan. 

Gerry yang tadi duduknya berjarak dengan sang putri sekarang beralih ke sisi samping tempat di mana putrinya berada. “Kalau pengen buka usaha sendiri kenapa nggak pake uang papi atau mami saja, Na? Kami bisa bantu dan kamu pun tidak perlu lah sampai buka usaha sendiri toh kamu juga selesai kuliah akan jadi wanita karir dan yang kami punya bakal jadi milik kamu sepenuhnya.”

Renjana menarik napasnya dalam-dalam, mengembuskannya pelan. Ia tahu yang dimaksud mami dan papinya baik, tapi tidak salah, kan, kalau Renjana ingin merasakan bagaimana caranya mencari uang sendiri tanpa repot-repot menghabiskan punya orang tuanya. Agar Renjana tidak hanya tahu kata menghabiskan saja tapi Renjana tahu bagaimana caranya memperolehnya.

“Sayang! Mami bangga sama kamu, Nak. Mami akan dukung keputusan kamu, iya, kan, Papi?” 

Papi sedikit ragu. “Tap—-”

“Papi! Demi anak kita tersayang loh, jarang-jarang ada anak yang mau bekerja keras seperti Renjana kita ini padahal orang tuanya kaya raya. Mungkin kalau orang lain bisa aja malah boros atau malah males, kan? Lihat aja lima black card unlimited dari kita masih utuh, kan? Nggak dapet notifikasi apa pun kita?”

“Iya, Mam.”

- Bersambung -

Jangan lupa join di saluran aku, yaw. Akan ada info terkait novel, promosi event, update terbit novel aku dan masih banyak lagi.

https://whatsapp.com/channel/0029VaXlmpR5PO0xe7DZRX3k

Renjana | OTW TERBIT✅ | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang