bab 9

226 9 8
                                    

Hari ini kaila memohon kepada dokter dan kedua orang tuanya agar dia bisa di izin kan untuk kembali ke pesantren. Namun dokter tak mengizinkan karna melihat kondisi kaila yang masih lemas. Jika pun dizinkan untuk pulang, paling tidak sore hari saat suhu tubuh nya sudah menurun.

"Kaila mau balik ke asrama sekarang. Kaila udah sembuh. Kaila bosen disini." renggeknya.

Ayah Aldi berdeham dan mengusap kepala anak perempuan nya itu.

"Kamu dengar kata dokter tadi kan?"

"Dengar. Tapi kaila mau pulang sekarang, ayah"

"Kalo nanti sore, kondisi kamu udah mulai membaik. Kamu pasti di kasih ijin buat pulang," ujar ayah Aldi dengan nada yang sangat lembut sekali.

Kaila menangis terisak dan memohon kepada ayah Aldi dan bunda Maria agar meminta kepada dokter untuk mengizinkan nya pulang pagi ini.

"Kalo kamu nangis gini, nanti kepala kamu jadi tambah pusing," ujar bunda Maria.

Kaila seketika berhenti menangis, menatap bunda maria. "Emang kalo nangis, bisa buat kepala jadi
pusing?"

Bunda maria terkekeh."Bisa lah. Coba aja nangis terus, paling ntar sore gak di izinin pulang sama dokter"

"Emang beneran bisa ayah?" tanya kaila, mendongak menatap wajah ayah Aldi.

Ayah Aldi mengangguk dan tersenyum."Makannya jangan nangis terus"

Kaila mendengus kesal dan melipat kedua tangan nya di bawah dada. "Gak mau nangis lagi," katanya.

"Nah gini kan, cantik anak ayah," ujar ayah Aldi sambil mengacak-acak rambut kaila yang tak di tutupi hijab.

Bunda Maria terkekeh menatap keduanya."Siapa dulu bunda nya?"

"BUNDA MARIA," sahut ayah Aldi dan kaila serentak.

TOK!

TOK!

TOK!

"JANGAN MASUK DULU!" panik kaila sambil memakai jilbab yang berada di samping nya.

Setelah kaila selesai memakai hijab, bunda Maria pun membuka pintu kamar dan terlihat seorang perawat yang membawa kotak persis seperti kemarin ke kamar kaila.

"Kotak apa lagi ini, sus?" tanya bunda Maria.

Perawat itu mengendikkan bahu nya dan menggeleng."Kurir gofood yang kirim tadi buk"

"KURIR GOFOOD LAGI? dia ada kasih tau nama yang pesan, sus?"

"Gak ada buk"

Bunda maria pun tersenyum dan mengambil kotak itu dari tangan perawat. "Makasih ya sus,"

"Iya buk sama-sama"

Setelah perawat pergi, bunda Maria masuk dan menutup kembali pintu kamar kaila.

"Kotak lagi bun? siapa lagi yang kirim?" tanya kaila.

Bunda Maria mengendikkan bahu nya ke atas dan meletakkan kotak itu di atas kaki kaila.

"Siapa coba yang kirimin kotak sebesar ini lagi." kesal kaila sambil membuka paksa kotak di hadapan nya.

PRANG!

Sebuah kaca terjatuh dari dalam kotak. Karna kaila yang membuka kotak itu tidak hati-hati.

"ASTAGFIRULLAHALADZIM," reflek ayah Aldi dan bunda Maria.

Suara pecahan kaca itu membuat perawat yang berada di kamar sebelah kaget dan langsung masuk ke kamar kaila.

"Ada apa buk?" tanya nya, kepada bunda maria yang sedang membersihkan pecahan kaca bersama ayah Aldi.

suara hati gus zizanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang