bab 6

2.6K 131 3
                                    

Byurr

"Argghhhh,"

"LIAN!" Teriak mereka saat melihat punggung Lian yang terkena siraman air bakso yang masih panas.

Mereka segera menghampiri Lian dan menatap tajam orang yang sudah membuat Lian kesakitan.

"S-sakit," lirih Lian menahan sakit membuat mereka tak tega melihat nya.

"Cepet bawa ke UKS," suruh Arga kepada adik-adiknya yang lain.

Dengan cepat Aska dan Rafa langsung membawa Lian ke UKS untuk diobati.

Arga dan yang lain langsung menatap kearah si pelaku yang sedang terdiam sambil menunduk. "Apa maksud lo ngelakuin itu keadek gue?" Tanya Arga dingin dan menatap tajam pemuda yang memiliki paras cantik itu.

"Murid baru kok udah buat masalah ajah!" Sindir Zio.

"Mau lo apa? Sampai numpahin kuah bakso kebadan sahabat gue? Mau narik perhatian orang-orang?" Cibir Alden, ia tuh tak terima sahabatnya digituin.

"Ma-maaf, gu-gue ga sengaja," jawab pemuda itu menunduk takut.

"𝘚𝘪𝘢𝘭, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘪𝘯𝘪 𝘳𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘨𝘶𝘦," kesalnya dalam hati.

"Nama?" Tanya Lion.

"Alkan," Gara.

"Murid baru?" Tanya Lion kembali.

"Iyaa dia murid baru dan kebetulan satu kelas sama gue dan Lian," jelas Alden.

"Urus dia," pinta Arga lalu pergi dari sana menuju UKS untuk melihat keadaan sang adik yang disusul oleh Lion.

"Lo bilang ga sengaja? Tapi tuh jalan masih luas bego! Itu namanya bukan ga sengaja tapi sengaja!" Marah Zio.

"Tenangin diri lo Zio," ujar Gara.

"Gue harus ngasih pelajaran sama nih orang! Gara-gara dia Lian jadi kesakitan njing," geram Zio.

Alden berjalan mendekati Zio, lalu berbisik membuat Zio tersenyum miring membuat mereka bergidik ngeri.

Zio orangnya memang ceria dan ramah, tapi jika menyangkut orang terdekatnya jangan mengira dia akan diam saja.

"Udah urus dia nanti, sekarang kita liat Lian dulu di UKS," ajak Gara yang disetujui mereka.

Dengan segera mereka langsung menyusul Lian ke UKS. Sesampainya disana mereka melihat Lian yang sedang tertidur menyandar didada bidang Rafa.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Arga kepada sang adik.

"Tadi sempat menangis tapi karena lelah jadi Lian tertidur, untung saja tadi sempat untuk berganti pakaian," jawab Aska.

•••


Kringgg

Bel pulang telah berbunyi dan seluruh siswa maupun siswi segera bergegas merapihkan barang-barangnya untuk dibawa pulang, mungkin hanya sebagian murid yang masih berada disana untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang memang sudah ada.

Lian pun sudah bangun dari tidurnya 2 jam yang lalu dan sekarang mereka tengah berada didalam mobil untuk pulang ke mansion.

"Masih sakit?" Tanya Lion kepada sang adik.

Lian menatap abangnya itu sambil tersenyum tipis. "Udah mendingan kok bang," jawab Lian pelan karena suaranya hilang sehabis menangis tadi.

"Baiklah, nanti pas sampai langsung bersih-bersih terus langsung istirahat ya," ujar Lion lembut.

"Iya bang," jawab Lian.

Tak lama mobil yang mereka tumpangi sudah sampai dipekarangan mansion Arteza tersebut.

"Kami pulang," ujar mereka saat memasuki Mansion.

Lalu bunda Ara datang menghampiri ke 5 putranya itu sambil tersenyum lembut. "Eh kalian dah pulang," ujar bunda Ara.

Mereka pun tersenyum kearah sang bunda. "Iya bun," jawab mereka.

Ara melihat wajah putra bungsunya yang sembab lantas bertanya. "Itu wajah Lian kenapa sembab gitu? Abis nangis?" Tanya nya khawatir.

"Lian gapapa kok bun," jawab Lian cepat selum salah satu abangnya berbicara.

Ara mendekati Lian, lalu mengusap wajahnya pelan. "Ada apa hmm? Sini bilang sama bunda sayang," pintar Ara lembut.

"Lian gapapa kok bun," jawab Lian meyakinkan.

"Bohong bun," ujar Aska membuat Ara Menghentikan elusan nya lalu menatap nya binggung dan Lian menatapnya memohon agar Aska tidak menceritakan kejadian itu.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Ara penasaran.

"Tadi waktu dikantin punggung adek sengaja Ditumpahin kuah bakso sama teman sekelasnya," Rafa membuat suara.

Ara yang mendengar itu pun langsung mengeraskan rahangnya, berani sekali anak itu mencelakai putra bungsunya. Pikir Ara.

//"Aku harus memberinya pelajaran," batin Ara //

Lian memegang tangan sang ibu lalu mengelus nya pelan sambil berkata. "Lian gapapa bun,"

Ara sedikit tenang mendengar itu, tapi tetap dilubuk hatinya yang paling dalam ia akan memberikan pelajaran kepada anak yang sudah menyakiti putra nya.

Walaupun Ara adalah wanita yang baik, Ramah, lemah lembut dan penyayang tapi jika menyangkut keluarga ia tidak akan diam saja. Memangnya siapa yang berani berurusan dengan keluarga Arteza?

"Sekarang adek istirahat ya, nanti waktu makan malam bunda bangunin. Sekalian manggil dokter buat periksa luka adek," ujar Ara.

"Ga perlu bun," jawab Lian.

"Udah gapapa, sana kekamar," pinta Ara.

Mendengar itu Lian menghela nafas pelan dan pergi dari sana menuju kekamar nya.

"Kalian tau apa yang harus kalian lakukan sayang?" Tanya Ara menatap anak kembar nya datar.

Mereka juga menampilkan raut wajah yang sama seperti sang ibu. "Kamu ngerti bun," jawab mereka serempak.

Ara tersenyum bangga. "Bagus," ujarnya sambil menyeringai yang diikuti oleh ke 4 putra kembarnya.

Si Cadel kesayangan (bl) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang