10

13K 1.4K 261
                                    

Typo.
Vote dulu gan, matursuwon.

__________________________

Selamat membaca.
______________________________

Darga tidak henti-hentiknya merengut saat para sepupunya yang masih bocil itu mengganggu hari liburnya. Niat hati ingin tidur hingga siang setelah begadang menjaga Geska, eh di rumah malah disambut bocil-bocil kematian.

"Jangan loncat-loncat Ahsan! Turun-turun!" Omel Darga pada anak berusia 10 tahun yang merupakan adik sepupunya.

"Gak mau, bang! Kasur bang Darga empuk, Ahsan suka!" Ujar bocah itu, membuat Darga mendengus.

"Pulang sana, ke kasur kamu aja yang empuk juga. Anteng gitu kayak Denma, kamu kalau gak anteng abang bilangin om Arsen!" Ancam Darga, sudah terlapaui lelah menghadapai para sepupu bocilnya.

"Jangan! Jangan bilang daddy!" Pekik Ahsan yang kemudian menghentikan aktivitas bermain loncat-loncat dan membaringkan tubuhnya di sebelah Darga.

"Zoya! Astaga!!!! Itu pomade abang, kenapa kamu buat mainan di pipi kamu, sih?" Darga menghampiri bocah perempuan satu-satunya yang tengah memainkan mengoleskan pomade ke pipinya.

"Itu kayak punya mama, mama juga pake."

"Iya, tapi bukan pomade, itu khusus buat muka. Kalau ini buat rambut, sayang....." Membawa Zoya ke dalam gendongannya dan berjalan menuju tempat tidur.

"Rayen, sini!" Panggilnya pada Rayen yang tengah bermain laptop miliknya.

"Gak mau, abang..... Mau main!"

Darga menghela napasnya, mencoba untuk sabar menghadapi bocil-bocil kematian yang sialnya sepupunya sendiri.

"Gwenchana-gwenchana....."

"Oke, abang bilangin ke om Dipta sama om Maxime kalau kamu main laptop terus!" Balas Darga yang sudah lelah.

Untung saja Rayen menurut, walaupun sambil menggerutu. Sekarang Darga bisa bernapas lega karena bocil-bocil kematiannya sudah anteng berbaring pada kasir miliknya yang untuk saja berukuran besar.

"Nah, gini kan, enak. Kapan-kapan abang bakalan ajak kalian pergi main sepuasanya." Ucapan Darga itu membuat mereka memekik girang.

"Kalian di sini dulu, abang mau bikin kopi. Ingat, jangan sentuh apapun, jangan loncat-loncat kasur, ngerti?"

Ketiga bocah itu hanya menganggukan kepala saja.

__
__

"Adek-adek kamu mana, bang?" Tanya Daksa.

"Di kamar, habis berantakin kamar Darga, sekarang udah aku suruh rebahan di kasur."

"Papa gak usah bikin adek lagi, gak kuat Darga, mau nikah aja sama aa' Celvin, terus Darga yang bikin debaynya."

"Belum lagi bang Iden yang nanti mau nikah sama kak Naya, terus punya anak. Bocil kematiannya Darga bakal nambah."

Curhatan Darga itu membuat sang papa memukul lengannya.
"Ngurusin bocah aja gak mau, gitu mau nikah sama Celvin, jadi bapak itu mentalnya harus kuat, bang."

"Tapi, pa....." Darga menghela napasnya. Emang paling enak curhat sama daddynya.

"Iya, deh. Gwenchana...."

"ABANG!!! LAPTOPNYA ABANG DIBANTING SAMA AHSAN!" Teriakan dari anak tangga membuat Darga memejamkan matanya. Baru juga ditinggal sebentar.

____________________________
____________________________

KETOS VS PRESBEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang