26

10.5K 1.3K 459
                                    

Typo.
Vote dulu, lur. Matursuwon.

___________________________

Selamat membaca.
__________________________

Darga terus memberontak pada keluarganya yang menahannya yang ingin segera pulang.

"Darga udah gak papa, bekas operasinya juga bisa nunggu kering tanpa harus dirawat inap. Ayolah, pa..... Darga cuma mau pulang dan ketemu sama Ares." Semalam tidurnya tidak nyenyak, memikirkan nasib Antares.

"Kamu tetep dirawat, daddy suruh Antares ke sini," ujar Dikta dengan tegas pada anak tunggalnya itu.

Darga menatap sendu daddynya.
"Kalau itu bisa, Darga udah suruh kalian ngelakuin itu daritadi."

"Percuma, Antares gak akan angkat telfon dari daddy," gumam Darga dengan kepala yang menunduk.

"Emangnya kenapa sampe Antares gak angkat telfon, kalian ada masalah?" Sahut Vanko yang sedari tadi hanya memperhatikan drama cucunya.

"Aku–"

Belum sempat Darga menyelesaikan ucapannya, suara pintu terbuka dengan kasar membuat semua yang berada di dalam ruangan terkejut. Terlihat Antares dengan langkah emosi menghampiri Darga.

"BAJINGAN!"

Dicengkramnya baju rumah sakit Darga dengan erat, membuat Daksa yang berada di sebelah Darga langsung menahan tangan Antares, namun dilepas kembali oleh Darga dan memberi kode agar keluarganya diam.

"PUAS LO, GA?!"

'Bugh!'

Satu pukulan telak mengenai rahang Darga, seketika membuat kepala Darga pening.

"Antares!" Sentak Dikta menahan tubuh Antares agar semakin tidak kehilangan kendali.

"Tenang......" Dikta juga mencoba menenangkan anak itu dengan cara memberinya pelukan.

"Kalian ini ada apa? Kenapa tiba-tiba berantem sampe Antares mukul kamu, Darga?" Tanya Dilan, Darga hanya diam saja, tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang kakek. Ia hanya menunduk, takut dengan tatapan Antares yang membuat rasa bersalahnya semakin mencuat.

"Gue salah apa sama lo, Ga..... Kenapa?" Suara Antares yang begitu lirih dan bergetar membuat hati Darga mencelos, sakit rasanya.

"Orangtua gue dijatuhi vonis mati! Itu yang kalian mau, kan? Udah puas kan, kalian?" Ucapan Antares itu membuat Darga mendongak, di depannya Antares benar-benar terlihat hancur.

"Anggap kita gak pernah kenal, gak ada lagi Antares dan Darga yang bersahabat dari kecil, Antares udah mati! Sekarang, lo bukan sahabat gue, dan gue bukan sahabat lo lagi!" Setelah mengatakan itu, Antares melangkah pergi dari kamar Darga.

Dengan cepat Darga mencabut jarum infusnya dan hendak mengejar Antares, namun ditahan oleh Dikta.
"Daddy lepas! Darga mau kejar Antares!"

"Kamu masih sakit! Biarin Antares tenangin emosinya dulu...."

Darga menggeleng ribut. "Gak bisa, dad! Darga gak mau kehilangan sahabat kayak Antares. Darga harus kejar dia!" Darga yang terus memberontak membuat keluarganya terpaksa memanggil dokter dan memberinya bius.

" Sebenernya apa masalah kalian?" Gumam Dilan sembari mengusap kepala Darga yang sudah terlelap.

Kakek dari Darga itu mencoba menghubungi Baskara, bertanya maksut ucapan Antares tentang vonis mati tersebut, namun ponsel Baskara tidak aktif, membuat Dilan semakin bingung.

(N. Buat yang belum tau, kenapa Dilan kenal Baskara sama Dirgantara, itu karena Dilan dulu dosennya mereka waktu jaman kuliah.)

__

KETOS VS PRESBEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang