Typo.
Vote dulu, matursuwon lur.
_____________________________
Selamat Membaca.
_____________________________
"Darga bangun!"
"Bangun, Ga....."
Telinga Darga berdengung, samar-samar seseorang menyerukan namanya. Matanya perlahan mengerjap, semuanya terlihat buram. Namun ia bisa melihat tim medis yang berdatangan dan mengelilinginya. Tenggorokannya terasa sakit, ingin mengeluarkan suara namun tidak bisa. Perlahan matanya kembali terpejam.
__
_____________________________
__
Tubuh Darga tersentak kaget, diikuti mata yang perlahan terbuka. Dilihat sekelilingnya ia berada di ruang rawat inap rumah sakit. Mencoba mengingat apa yang terjadi, seketika ia meraba lehernya sendiri, namun lehernya mulus, tidak ada perban ataupun luka sama sekali.
"Celvin? Celvin!! Celvin!! Antares! Ares!" Terus memanggil nama Celvin dan Antares sampai seseorang masuk ke dalam kamarnya.
"Darga!"
"Bang Geska, Celvin mana?" Darga mengguncang tubuh Geska.
"Tenang, Ga.... Lo baru sadar." Geska mencoba menenangkan Darga yang tampak kacau.
"Celvin mana? Dia selamat, kan? Gue bunuh dia, bang..... Gue bunuh dia biar dapet maaf dari Ares, gue bingung harus gimana lagi......" Ucapan Darga yang terlihat frustasi itu membuat Geska bingung.
"Gue mau ketemu Celvin, bang." Tekan Darga yang memaksa turun dari ranjang, namun kepalanya mendadak sakit.
"Tenang...., jangan banyak pikiran dulu." Geska membantu Darga untuk berbaring kembali. Kemudian mengusap perlahan kepala Darga agar pemuda itu tidur kembali. Geska bergegas menghubungi seseorang.
"Lo dimana? Darga udah sadar." Setelah itu, Geska memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan Darga setelah siuman.
__
__
Darga kembali mengerjapkan matanya, tenggorokannya kembali sakit. Pandangan matanya masih buram, namun ia dapat melihat siluet seseorang.
"Darga?!"
"Haus...." Lirihnya dengan mata setengah terpejam. Perlahan orang itu memberinya minum.
"Akhirnya lo bangun, Ga." Ucapan orang itu membuat Darga mengernyit, tersadar ia mengenali suara orang itu.
"Jangan dipaksa, kalau masih pusing tidur aja." Suara ini, suara seseorang yang Darga rindukan, suara sahabatnya.
"Ares...."
"Iya, ini gue, Antares."
Seketika air mata Darga meluruh, melihat jelas sosok Antares di hadapannya yang kini menatapnya dengan penuh kasih sayang, bukan lagi sorot kekecewaan.
"Kenapa, Ga? Ada yang sakit?" Sontak saja Antares panik melihat Darga menangis dan hampir dirinya memencet tombol emergency jika Darga tidak menghentikannya.
"Maafin gue, Res..... Gue tau gue salah karena bikin orang tua lo meninggal dan hidup lo jadi hancur, gue rela ngelakuin apapun asal lo maafin gue, bahkan gue rela mati demi dapet maaf dari lo." Tangisan Darga itu membuat Antares semakin tidak paham.
"Ga? Emang koma bisa bikin orang jadi gila gini, ya? Ngomong apa sih, Ga? Orangtua gue masih hidup. Ngaco bener omongan lo, rela mati demi maaf dari gue segala, sekali lagi ngomong gitu, gue hajar lo!" Ujar Antares dengan kesal. Kali ini Darga yang dibuat tidak paham oleh Antares.
"Hah? Maksutnya gimana? Gue koma?" Tanya Darga dengan suara seraknya.
"Darga!!" Pekikan suara khas yang selalu membuat dirinya gemas itu kembali Darga dengar. Ia menoleh, di sofa ada Celvin dengan muka bantalnya tengah menatapnya dengan binar berkaca-kaca dan penuh keharuan.
"Aa..."
Celvin dengan kaki riang penuh semangat menghampiri Darga, perlahan tapi pasti Celvin berhasil meraih tubuh Darga kedalam pelukan.
"Kangen...."
Darga terdiam, berusaha mencerna kejadian. Tak ayal ia membalas pelukan Celvin walaupun otaknya masih berpikir keras. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan langsung menyibak baju yang Celvin kenakan. Matanya melihat jelas, perut Celvin yang masih mulus dan tidak ada luka tusuk atau robekan.
"Kamu kenapa?" Tanya Celvin dengan muka sembabnya. Darga menggeleng, kemudian mencium kening Celvin.
"Maafin aku...." Terakhir Darga mengecup lama bibir Celvin.
Antares yang masih berada di sana hanya bisa tersenyum tipis sembari mengulum bibirnya sendiri.
"Res, gue koma? Kenapa?" Tanya Darga.
"Inget, malam dimana lo mau ketemu aa' yang lagi demam, lo ngebut padahal posisinya lagi hujan dan lo kecelakaan parah. Lo ada pendarahan di dalam, ditambah lo ada asma. Bahkan dokter udah vonis lo ada gak ada malam itu. Lo tau Ga, malam itu gue, aa', orangtua lo hancur banget dengernya. Waktu lo mau dipindahin ke kamar jenazah, denyut jantung lo balik lagi, tapi lemah. Kondisi lo kritis dan koma."
"Aa' yang kondisinya waktu itu juga lagi turun, selalu maksain buat ketemu sama lo." Penjelasan Antares itu membuat Darga sendiri tidak menyangka, jadi masalah yang dialaminya selama ini cuma mimpinya di dalam koma?
"Orangtua lo habis ini ke sini. Kalian habisin waktu berdua dulu, tapi jangan lama-lama karena lo baru sadar, jadi kudu banyak istirahat," ujar Antares yang kemudian duduk di sofa, meninggalkan Celvin dan Darga yang asik melepas rindu.
"Vin...." Darga terlihat ragu menceritakan mimpinya yang dialami selama ia koma.
"Ya?" Celvin mendongak, menunggu Darga kembali berbicara.
"Kenapa, kok gak jadi ngomong?" Tanya Celvin yang melihat Darga malah melamun.
"Yaudah, kalau kamu gak mau ngomong biar aku yang ngomong duluan." Celvin menarik kursi dan duduk di samping ranjang Darga dengan menggenggam jemarinya.
"Hari dimana aku sakit dan berakhir masuk rumah sakit karena kata papa aa' kejang, dan setelah aa' sadar, aa' nyariin kamu. Bahkan waktu itu aa' bentak papa karena gak bolehin aa' buat ketemu sama kamu. Dari situ aa' marah sama papa dan gak ngomong sama sekali dan masih berpikir kalau papa sama daddy sayang aa' gak tulus. Padahal omongan aa' udah ketus sama mereka, tapi papa ataupun daddy masih perhatian sama aa'. Sampai aa' marah dan bilang mereka pembunuh orangtua kandungnya aa' dan aa' juga bilang mereka gak sayang sama aa'. Ternyata ada Antares yang udah di depan pintu, jadi dia denger. Di situ Antares marah sama aa' dan bilang alasan kenapa papa sama daddy bunuh orangtua aa'. Kamu tau, ternyata selama ini daddy juga tau, kalau kita yang udah retas data pribadi AOD." Penjelasan Celvin itu mampu membuat Darga terkejut.
"A...,"
"Aa' sadar udah salah karena dendam sama mereka yang bahkan udah nyelamatin hidup aa'. Bahkan setelah tau fakta tentang orangtua kandung, aa' gak mau lihat makam ataupun fotonya. Biarin aja, karena sekarang aa' itu anaknya daddy Dirgantara sama papa Baskara, abangnya Antares, kan?" Celvin memberi senyuman manisnya di akhir kalimat yang dimana membuat Darga tersenyum haru dan langsung memeluk Celvin.
Darga memejamkan matanya, bersyukur semua kejadian saat ia koma tidak menjadi nyata atau bagaimana kalau itu nyata dan ternyata ia kembali ke masalalu? Tidak tau, intinya Darga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
"Aku koma berapa hari?" Tanya Darga disela pelukan mereka.
"2 Minggu."
Mata Darga membelalak terkejut. "Udah masuk sekolah, dong?" Seketika dirinya menoleh pada Antares yang sedang memperhatikan mereka dengan senyum bahagia.
"Makasih udah bertahan dan bangun, Ga...." Ujar Antares tanpa bersuara.
_____________________________
Bersambung......
Slowupdate.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS VS PRESBEM
Teen FictionSQUEL CANDRAMAWA KELABU GEN 2 - REVOLUSI INDOMILO Antares, si KETOS yang tidak menyukai Geska, PRESBEM di Universitas yang masih satu yayasan dengan Sekolahnya. Ia tidak suka karena Geska itu selalu dekat dengan kakaknya, meskipun dia tau bahwa Gesk...