27

9.4K 1.2K 275
                                    

Typo.
Vote dulu lur, matursuwon.

_____________________________

Selamat membaca.
_____________________________

Hari ini, jenazah Dirgantara dan Baskara di kebumikan. Air mata Antares tidak hentinya mengalir meskipun tanpa suara. Di sampingnya, ada Aksen yang terus mendekap tubuhnya yang hampir limbung.

"Kakek....." Panggil Antares dengan lirih.

"Kenapa, sayang?" Berkali-kali Aksen mengecup kepala Antares, berusaha menguatkan cucunya.

"Nanti kalau Ares mau minta peluk papa sama daddy gimana? Apa Ares harus ke makamnya mereka dan tidur di tengah-tengah mereka?" Ucapan Antares itu membuat hati Aksen teriris, bahkan Bentala yang sedari tadi hanya diam ikut meringis.

Pemuda itu sangat bingung dengan situasi saat ini.

"Ares mau ikut mereka, kek....." Setelah menggumamkan kalimat tersebut, Antares jatuh tidak sadarkan diri, membuat Aksen panik dan langsung membawanya menuju mobil, diikuti oleh Bentala.

"Antares!" Pekikan seseorang itu membuat kedua laki-laki berbeda usia berhenti melangkah.

Aksen menghela napas, melihat Darga, Geska dan Celvin yang menatap Antares dengan cemas.

"Mau apa kalian ke sini?! Sudah puas kamu lihat Baskara dan Dirgantara dikubur? Puas kamu lihat cucu saya hancur?! Seharusnya Baskara dan Dirgantara membiarkanmu membusuk di rumah itu bersama kedua orangtua kandungmu yang bajingan! Seharusnya mereka tidak mengadopsi anak iblis sepertimu Celvin!" Setelahnya Aksen pergi membawa Antares yang berada di gendongannya.

"Kakek! Biarin aku bawa Antares pulang ke rumah!" Pekik Celvin, namun tidak dihiraukan Aksen.

Sedangkan Bentala menatap lamat-lamat wajah Geska.
"Anjai! Ternyata gak berubah." Gumamnya yang masih terpaku melihat Geska.

"Lo siapa?" Tanya Darga.

Bentala tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuk kepalanya, bingung mau jawab apa.
"Gue sahabatnya Antares."

Jawaban itu membuat alis Darga menukik. "Sejak kapan Antares punya sahabat selain gue?"

"Sejak kemarin, lah! Kenapa? Gak suka?" Ujar Bentala dengan muka mengejeknya.

Darga hanya mengendus kesal dengan tangan mengepal, tidak terima Antares memiliki sahabat lain selain dirinya.

Geska sendiri yang tadinya menatap Antares kini beralih menatap Bentala.
Seketika Bentala melambaikan tangannya pada Geska sebelum pada akhirnya menyusul Aksen dan Antares.

"Dia siapa?" Gumam Geska pelan, mata anak itu terasa familiar.

__
_______________________________
__

Bentala menunduk gugup di depan Aksen yang kini mengintimidasinya.
"Kamu beneran gak punya rumah?" Tanya Aksen.

"Punya....," balas Bentala dengan lirih, ia sendiri pun mengatakannya dengan ragu.

"Saya mengizinkan kamu di sini karena Antares, saya heran sama Ares. Kenapa dia percaya pada orang baru ditemui sepertimu? Kalau saja saya tau kamu juga menyakiti hati Antares, saya gak akan segan buat perhitungan sama kamu, paham, kan?" Ucapan Aksen itu membuat Bentala meneguk ludahnya sendiri.

"Paham, kek." Membalas dengan suara yang begitu gugup. Aksen tersenyum, kemudian menepuk pelan kepala Bentala.

"Sana, ke kamar Ares. Buat dia senyum." Ucapan Aksen membuat Bentala mengangguk, kemudian beranjak pamit menuju kamar Antares.

KETOS VS PRESBEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang