18

12.9K 1.2K 65
                                    

Typo.
Vote dulu lur, matursuwon.

_______________________

Selamat membaca.
_______________________

Mereka menghela napas lega saat sampai pada puncak bayangan tepat pukul 18.00 WIB. Suhu sudah dingin, membuay Geska mengeratkan jaketnya.

"Kita bangun tenda di sini, ya? Nginep dulu, kita summit besok subuh, oke?" Tanya Darga yang diangguki ketiganya. Mereka pun membangun 1 tenda dekat dengan tenda rombongan pendaki lain. Ya, tidak hanya ada mereka saja, ada beberapa rombongan pendaki yang sudah sampai puncak bayangan sebelum mereka.

"Dari sini kalian bisa liat pemandangan kota, bahkan kota Surabaya dan pulau jawa. Besok, kalau cuacanya bagus, bakalan kelihatan kota kelahiran kita," ujar Darga menunjuk pemandangan kota dari puncak bayangan yang tampak indah, bahkan Antares mengaga melihatnya.

Geska seharusnya menikmati, tapi hawa yang dingin tidak bisa membuatnya menikmati pemandangan itu. Ia memasukan kedua tangannya yang sudah dibalut sarung tangan itu ke saku jaket.

"Bang? Lo, oke?" Tanya Darga yang berada di sebelah Geska, mendengar gigi Geska saling bergemelatuk membuatnya menoleh, begitu juga dengan Antares dan Celvin.

"Dingin."

"Eh, abang masuk tenda aja, gue mau siapin makan malam sekalian minuman hangat buat kalian dulu," ujar Darga.

"Gue temenin Geska." Tanpa menunggu balasan, Antares tiba-tiba membawa Geska menuju tenda mereka yang berukuran besar.

"Aa' bantuin masak, ya?" Tawar Celvin.

"Emang bisa?" Darga sedikit mengejek kekasihnya itu.

"Ngeremehin aku, kamu? Udah, ayo masak! Kasihan Geska kedinginana, aa' juga udah laper!" Omel Celvin, membuat Celvin terkekeh. Jika saja tidak sedang berada di tempat keramat seperti ini, ia akan mencium bibir Celvin sekarang juga.

"Kaki kamu gimana?" Tanya Darga.

"Udah mendingan," balas Celvin.

"Di tenda nanti, aku pijitin, ya?" Tawar Darga yang diangguki Celvin, membuat Darga mengusak rambutnya.

Sedangkan di dalam tenda, Antares sedang memeluk Geska, berusaha menghangatkan tubuh yang lebih tua.
Posisi mereka saling berhadapan, dengan Geska yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Antares.

"Masih dingin, Ka?" Tanya Antares, tubuh Geska memang sudah tidak gemetar seperti tadi.

"Masih, cuma mendingan daripada di luar," balas Geska membuat Antares semakin merapatkan pelukan mereka.

"Tidur aja, Darga sama aa' lagi masak."

"Lo gak mau keluar? Gue gak papa sendirian." Merasa tidak enak dengan Antares yang menemaninya. Tau jika Antares juga ingin melihat pemandangan malam dari puncak.

"Kagak, gue temenin lo aja."

"Gue gak papa, lo keluar aja kalau mau lihat pemandangan."

"Lo bisa diem gak, sih? Kalau gue keluar, terus lo makin kedinginan, siapa yang repot nanti? Sekarang lo tidur, nanti gue bangunin kalau makanannya udah siap!" Sentak Antares yang membuat Geska seketika bungkam.  Memilih memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur kala suhu dingin menyelimuti tubuhnya.

Antares menghela napasnya usai membentak Geska. Biarlah, ia hanya khawatir dengan pemuda yang dua tahun lebih tua darinya itu. Khawatir, ya? Antares sendiri tidak tau, kenapa dia khawatir dengan Geska.

__

__

Darga terbangun dari tidurnya, rasanya ingin menuntaskan hasratnya untuk ke kamar mandi. Dilihatnya teman dan kekasihnya tidur dengan pulas. Ia pun memberanikan diri membuka pintu tenda. Keadaan di luar tenda sangat sunyi, sudah pasti para pendaki lain juga tidur. Apalagi jam masih menunjukkan pukul 12 malam.

KETOS VS PRESBEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang