rumah

20 12 2
                                    

Saat ini lagu Bernadya sedang berkumandang di kamar Ana, menemani Ana di aktifitas kecil malamnya ini, tapi ketenangan ini tidak bertahan lama, saat ini ada manusia yang sedang merusuh di kamar Ana.

"Ngapain sih, sana balik" usir Ana sambil menghempaskan tangan nya seperti mengusir ayam.

"Mau cerita" ucap seseorang itu dengan nada memelas, "tumben banget biasanya ke bunda" judes Ana, tetapi dia akhirnya duduk di sebelah orang itu membiarkan dia bercerita.

"Ah males, nanti di cepuin ke ayah" jawab Janu, ya saat ini adik menyebalkan Ana sedang ingin mengungkapkan isi hatinya kepada Kaka tersayangnya itu.

"Ya Lo kalo bener ga bakal di cepuin kali, Lo nya aja yang bandel nu, masih kelas 3 SMP jangan macem macem kamu" bukannya dapat pembelaan, Janu malah kena semprot juga sama Ana.

"Apasih kaa, ngga--"

"Jadi gini, kan ada murid baru di kelas Janu dan dia masyaallah tabarakallah banget deh" lanjut Janu, mata Ana terbelak, apa apaan adiknya ini.

"Tapi dia cuek banget ka, cueknya yang bener bener bener dah, dia bisa ga bicara selama 1 hari pembelajaran" jelas Janu, dia sangat excited menceritakan tentang gadis itu.

"Terus?" Tanya Ana, ia masih belum paham apa yang dimaksud adiknya ini.

"Tutor deketin cewe dong ka" ucap Janu.

"Salah Lo tanya gue, gue aja ga punya pacar, lagian nih nu, Lo kalau mau punya pacar mending nanti aja, Lo tau kan ayah belum izinin kita pacaran?" Tanya Ana balik, ayahnya ini sangat strict masalah ini, Ana pernah ketahuan jalan sama cowo besok ya ia tidak di izinkan sekolah satu hari dan Tampa keterangan dan dikurung seharian di kamar, waktu SMP kelas 2 sih itu.

"Rugi ga sih ka, masa muda cuma sekali, dan larangan adalah perintah" ucap Janu sambil terkekeh, "terserah Lo nu, dah sana balik, gue mau tidur besok sibuk." Usir Ana, "so sibuk" balas Janu Sambil melangkahkan kakinya keluar dari kamar Ana.

Saat ini kamar Ana kembali tenang, ia menyalakan lagi lagu Bernadya yang berjudul satu bulan, lagu yang sangat amat menyimpan kenangan, tatapannya menatap langit langit kamarnya pikirannya flashback saat ia dan Raffa berpisah.

"Ana, Difta, syifana" laki laki SMP itu memanggil perempuan yang sedang makan di kantin sekolahnya dulu. "Oh hai, kenapa xa?" Jawab perempuan manis itu, rambut panjangnya yang tergerai dan dengan lesung pipi yang timbul akibat senyumnya merekah.

"Ngga, aku mau makan, hari ini yang enak makan apa ya" tanya Raffa, sambil melihat sekeliling apa saja yang ingin ia santap saat ini.

"Aku beli bakso, kamu mau?, aku beliin ya" tawar Ana .

"Ngga usah cantik, kamu makan aja, aku mau beli minum aja deh, tunggu ya" tolak Raffa, "okay" jawab Ana,

Kantin yang ramai itu tidak bisa menghentikan rasa senang Ana saat ini, sudah lama ia tidak makan di kantin sama Raffa nya ini.

"Oiya xa, kamu mau lanjut dimana?" Tanya gadis rambut panjang itu.

"Aku di teknik school sih, pengennya tapi ya ga tau deh" jawab Raffa dengan sungkan.

"Aku maunya di SMK yang deket taman kota itu si" timpal Ana.

Obrolan keduanya pun mengalir, tiba tiba ada perempuan lain memanggil Raffa.

"Raffa, anterin aku ke UKS dong" ucap perempuan tersebut dengan nada manjanya, tatapan ana menajam, kenapa lagi lagi dia, kenapa saat saat begini dia selalu saja datang, kenapa dia suka sekali mengambil Raffanya, kenapa?, Banyak sekali pikiran Ana saat itu.

FarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang