Prolog

39 18 2
                                    

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya"

QS Ali Imran:158

*****

Senyuman perempuan yang bernama lengkap Nadziya Almaera Althafunnisa yang awalnya penuh dengan kebahagiaan seketika sirna semenjak maut memisahkan Dia dengan kedua orangtuanya.

Namun perlahan senyuman manis itu kembali ia dapatkan setelah Allah mendatangkan sosok orang tua angkat yang begitu menyayangi dirinya.

Suara kicauan burung dan semilir angin dari rindangnya pepohonan yang ada disebuah pemakaman di daerah Bandung turut menemani seorang perempuan berpakaian serba hitam serta kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

Perempuan itu duduk diantara dua makam bertuliskan Mahendra dan Anisa. Perempuan itu adalah Nadziya yang kerap dipanggil dengan nama Ziya.

Saat ini Ziya tengah mengunjungi makam kedua orangtuanya yang telah meninggal dunia tujuh belas tahun lalu saat ia berusia empat tahun. Kejadian mengenaskan yang merenggut kedua orangtuanya tiba-tiba terlintas dalam ingatan bak kaset rusak yang tidak bisa dihentikan.

Sepeninggalan orangtuanya, Ziya dititipkan di sebuah panti asuhan oleh nenek dan kakeknya. Tidak lama kemudian Fariz dan Linda datang ke panti untuk mengadopsi Ziya.

Seandainya waktu bisa diputar kembali pada kejadian tujuh belas tahun lalu saat Ayahnya pamit untuk bertugas mungkin Ziya akan melarang beliau untuk berangkat.

Andai Ziya melarang Bundanya pergi menyusul Ayahnya ke Surabaya. Mungkin semua akan baik-baik saja, kedua orangtuanya tidak secepat itu meninggalkan dirinya.

Sepersekian detik berlalu Ziya tersadar dengan angan-angannya, segera Ziya tepis pikiran itu. Ia teringat dengan sebuah ayat dalam Al-Qur'an bahwa semua yang bernyawa pasti akan menjumpai kematian, kita tidak bisa mencegah itu. Jika memang sudah takdirnya hari itu maka hari itu juga ajal akan datang menghampiri.

Dan kita sebagai seorang muslim tidak boleh berandai-andai pada sesuatu yang sudah terjadi dan berharap bisa mengubah takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT bahkan sebelum kita terlahir ke dunia.

Salah satu tangannya tergerak melepas kacamata hitamnya lalu memasukkan ke dalam tas. Lantas kedua tangannya menyentuh nisan.

"Ayah Bunda apa kabar disana? Semoga kalian baik-baik disana ya"

"Disini Ziya juga bahagia dengan Mamah Linda, beliau mengurus Ziya seperti anak kandungnya sendiri. Lantunan doa selalu Ziya panjatkan untuk kalian" matanya sudah terlihat berkaca-kaca.

Di tengah makam orangtuanya air mata yang sedari tadi ia bendung akhirnya berhasil menetes membasahi pipi. Ziya teringat kenangan singkat bersama dengan kedua orangtuanya walaupun samar-samar.

"O iya Ziya datang kesini mau kasih kabar bahagia ke Ayah sama Bunda, alhamdulillah besok Ziya wisuda, satu langkah lagi Ziya akan jadi seorang perawat seperti Bunda" sebuah pencapaian yang tidak ia duga bisa sampai seperti sekarang tanpa sosok mereka disampingnya. Air matanya tumpah semakin deras, bibirnya bergetar.

Alam pun bak mengerti keadaan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Seketika langit yang awalnya berwarna biru cerah kini sudah terlihat menghitam, sang surya pun sedikit menampakkan cahayanya karena diselimuti awan hitam.

Angin pun tak lagi bersahabat menerbangkan dedaunan kering disekitar makam, burung-burung berterbangan kesana kemari mencari tempat berlindung.

Ziya melirik arloji yang ada dipergelangan tangan, waktu telah menunjukkan pukul dua sore. Ia menyeka air matanya lalu berpamitan karena hari sudah sore dan sepertinya akan turun hujan.

"Ayah Bunda Ziya pamit pulang ya, kapan kapan Ziya kesini lagi, Assalamu'alaikum..." Pamit Ziya seraya bergantian mencium kedua nisan kemudian ia beranjak berdiri lalu berjalan menuju mobil merah yang terparkir tak jauh dari pemakaman.

Sesampainya di dalam mobil hujan pun turun membasahi bumi, Ziya bergegas melajukan mobilnya menerobos hujan menuju Jakarta seorang diri. Perjalanan yang cukup jauh dari Bandung ke Jakarta membuat dirinya merasa sedikit lelah.

Ingin sekali ia mengunjungi dan menginap satu malam saja di rumah peninggalan orangtuanya untuk mengenang kembali kenangan bersama Mahendra dan Anisa namun nenek dan kakeknya sudah pasti melarangnya.

Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan sebuah nama wanita yang selalu menjaga dan menyayanginya.

"......"

"Wa'alaikumussalam Mah"

"........"

"Iya Mah ini Ziya mau otw ke Jakarta habis dari makam ayah sama bunda, Mamah jangan khawatir ya, Ziya hati-hati kok"

"......."

"I love you too Mamah. Wa'alaikumussalam.."

Setelah memutuskan sambungan telepon dari Linda, ia melajukan mobilnya keluar dari area pemakaman.

Untuk menemani keheningan dalam perjalanan Ziya melantunkan dzikir dan sholawat. Sekitar pukul 17.30 akhirnya ia sampai di depan pelataran rumah mewah bertingkat dua dengan cat yang di dominasi dengan warna cream dan coklat terlihat cukup megah.

Rumah itu ialah rumah orangtua angkatnya. Ziya segera memarkirkan mobilnya di sebuah garasi yang cukup luas setelah Damar satpam yang berjaga dirumah membuka pintu gerbang.

Dan benar apa yang dipikirkannya, Linda sudah menunggu didepan pintu dengan raut wajah khawatir. Begitu ia menghampiri, Linda langsung memberikan pelukan hangat serta kecupan sayang dikedua pipi dan puncak kepala Ziya yang tertutup dengan hijab, Ziya yang mendapat perlakuan seperti itu merasa bahagia dan hangat.

"Assalamualaikum Mah" salam Ziya seraya mencium punggung tangan Linda.

"Wa'alaikumussalam sayang. Akhirnya anak Mamah yang paling cantik ini sampai rumah, Mamah cemas nungguin kamu dari tadi, Mamah khawatir kamu kenapa-kenapa di jalan" Linda memandang wajah Ziya

"Ya Allah sayang mata kamu sembab" ujar Linda lantas mengaitkan tangannya di lengan Ziya dan membawanya masuk ke dalam dan duduk di sebuah sofa panjang di ruang keluarga.

"Sayang mamah minta Ziya jangan ingat-ingat kejadian itu lagi ya. Cukup itu menjadi kenangan buruk yang tidak perlu kamu ingat. Mamah janji akan selalu ada untuk Ziya, buat Ziya bahagia. Selagi ada Mamah disamping Ziya, Mamah akan berusaha semaksimal mungkin untuk kebahagiaan Ziya." ujar Linda menyeka air mata Ziya yang mulai menetes.

Ziya meraih kedua tangan Linda dan menggenggamnya, keduanya saling bertatapan.

"Makasih ya Mah, Mamah selalu ada buat Ziya, selalu berusaha menghibur Ziya. Ziya sayang banget sama Mamah. Karena Mamah, Ziya bisa jadi seperti sekarang. Mamah dan Papah datang seperti malaikat, mengasuh dan menyayangi Ziya dengan ikhlas tanpa memandang status Ziya yang cuman anak angkat yang di ambil dari panti" Linda tersenyum lantas mereka berpelukan.

"Ziya nggak boleh bilang gitu, Ziya itu anak kandung papah dan mamah, nggak ada anak angkat dirumah ini" ucap Linda seraya menepuk-nepuk punggung Ziya.

"Sekarang Ziya mandi sekalian wudhu sebentar lagi adzan Maghrib, Mamah tunggu di mushola rumah ya" lanjut Linda setelah mereka melepas pelukan.

Ziya mengangguk lantas berdiri dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.


Linda adalah seorang single parent, suaminya dikabarkan sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu, beliau memilih untuk tidak menikah lagi karena kecintaannya pada suaminya, biarlah cintanya berakhir pada satu lelaki. Beliau memilih untuk mengurus kedua anaknya tanpa seorang pendamping, baginya hidup dengan kedua anaknya pun sudah bahagia. Meskipun suatu saat anaknya pasti akan meninggalkannya dan pergi bersama dengan jodohnya masing-masing.

*****

Cilacap, 20 Juni 2024

Perisai HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang