6. Bersatunya Dua Insan

20 12 1
                                    

Pernikahan bukan hanya soal dua insan saling mencintai yang menyatu dalam sebuah ikatan yang sah tetapi pernikahan juga suatu jalan dalam menggapai Surga-Nya

*****

Sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah jendela kamar Ziya. Suara lantunan surah Ar-Rahman turut menggema di rumah Linda. Waktu seakan-akan berputar lebih cepat dari biasanya. Acara khitbah antara Hafiz dan Ziya serasa baru kemarin dilaksanakan, pengajuan kantor yang sempat membuat Ziya menyerah serasa baru saja terjadi kemarin. Ternyata semua itu sudah terjadi dalam satu bulan terakhir.

Hari ini adalah hari dimana dua insan akan bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan yang sah untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya ijab qobul akan dilaksanakan di kediaman rumah mempelai perempuan dan akan dilanjutkan acar resepsi di sebuah pekarangan rumah yang cukup luas tepatnya berada di samping rumah Linda.

Semua tamu undangan yang turut menghadiri ijab qobul antara Ziya dan Hafiz sudah duduk rapi dengan pakaian terbaik mereka. Komandan atasan Hafiz juga sudah datang bersama dengan istrinya untuk menjadi saksi pernikahan mereka.

Para rekan kerja Hafiz yang ditugaskan sebagai pemegang pedang saat upacara pedang pora juga sudah hadir dengan berpakaian batik.

Di lantai atas tepatnya di kamar Ziya sudah didesain sebagai kamar pengantin. Terlihat tiga orang perempuan duduk bersandingan. Salah satu dari mereka adalah Ziya, dan dua diantaranya ialah Fisya dan Linda. Mereka berdua tengah menemani mempelai perempuan seraya menunggu mempelai laki-laki mengucapkan kalimat sakral yang akan menyatukan mereka dalam ikatan yang halal yang tentunya diridhoi Allah SWT.

Kebaya warna putih dan hijab yang menjulur menutupi dadanya sudah melekat ditubuhnya. Kebaya yang dibuat khusus oleh butik langganan Linda, kebaya itu dibuat khusus untuk Ziya sebagai kado pernikahan dari Hakam. Kakak yang terlihat tidak peduli namun dalam hatinya ia sangat peduli terhadap adiknya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan yang artinya sebentar lagi pernikahan mereka akan berlangsung. Linda yang sedang duduk disamping Ziya terlihat sesekali memperhatikan ponselnya.

Tak lama kemudian ponsel Linda berbunyi, lantas beliau izin untuk turun ke bawah. Dan kini Ziya hanya didampingi oleh Fisya. Setengah jam kemudian setelah Linda keluar Raisa yang merupakan kakak kandung dari bunda Ziya masuk ke dalam untuk menemuinya.

Dalam pernikahan mereka yang menjadi wali nikah Ziya ialah adik kandung ayahnya yang ada di Semarang. Awalnya pamannya menolak untuk menjadi wali tetapi Ziya memohon-mohon dan akhirnya beliau bersedia dengan sebuah syarat dengan berat hati Ziya menyanggupi syarat itu.

"Nduk kamu yang tenang ya, ikhlas, mungkin ini jalan terbaik buat kamu. Tidak semua yang kamu inginkan itu terbaik untuk kamu. Budhe minta maaf enggak bisa membantu kamu lebih" ucap Raisa tiba-tiba membuat Ziya dan Fisya mengernyitkan keningnya bingung.

"Emang kenapa Budhe? Insyaallah aku ikhlas Budhe, aku serahkan semuanya kepada Allah. Budhe jangan khawatir, aku baik-baik saja kok. Kak Hafiz juga pasti bakal jaga Ziya" ucap Ziya di akhiri senyuman.

"Hafiz udah datang kan Tan?" Tanya Fisya, dan dibalas anggukan oleh Firda.

"Budhe, Fisya, aku deg-degan banget" kata Ziya

"Cie cie yang mau nikah. Aku dulu juga gitu waktu nikah sama pak Wildan. Apalagi kamu tahu kan gimana cerita aku dan pak Wildan dulu. Aku belum suka sama pak Wildan. Tapi seiring berjalannya waktu karena pak Wildan cintanya begitu besar, sabar banget ngadepin sikap aku, lama-lama cinta tumbuh dan hadirlah benih cinta yang sedang tumbuh di perut aku untuk melengkapi hidup" kata Fisya membuat Ziya tersenyum karena membayangkan dirinya dan Hafiz.

Perisai HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang