1. Wisuda

34 17 4
                                    

"Suatu kebahagiaan jika orang terdekat kita turut menghadiri untuk menyaksikan kita wisuda"

Nadziya Almaera Althafunnisa

*****

Hari yang sudah ditunggu-tunggu telah tiba setelah beberapa hari disibukkan dengan berbagai persiapan wisuda, mulai dari kebaya, buket dan keperluan lainnya.

Bunyi alarm yang berasal dari sebuah benda berbentuk pipih persegi panjang berwarna hitam berhasil membangunkan Ziya dari tidur nyenyaknya. Salahsatu tangannya meraih ponsel yang terletak di atas nakas samping tempat tidur untuk mematikan alarm.

Kelopak matanya perlahan terbuka menyesuaikan cahaya lampu yang sangat menyilaukan mata. Ziya beranjak dari tidurnya dan berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membuang hajat sekalian berwudhu dan melaksanakan sholat di sepertiga malam, lalu melanjutkan tadarus Al-Qur'an sembari menunggu adzan subuh berkumandang dari masjid dekat rumahnya.

Itulah kegiatan yang rutin Ziya lakukan setiap harinya jika sedang tidak berhalangan. Tidak lama kemudian terdengar kumandang adzan subuh, Ziya segera menyudahi tadarusnya dan kembali berwudhu.

Lantas ia turun ke bawah untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan Linda. Setelah melaksanakan sholat subuh mereka murojaah hafalan Kalam Allah bersama-sama sampai sang fajar menampakkan sinarnya melalui celah-celah dinding mushola rumah.

Dihari wisuda, Ziya sudah menyewa salah seorang MUA yang cukup terkenal untuk merias dirinya dan Linda supaya tampil cantik di hari bahagia mereka.

Sang fajar mulai memasuki celah dinding mushola, Ziya bergegas membersihkan badan sebelum orang yang akan merias datang ke rumah.

*****

Acara wisuda akan di mulai pada pukul sembilan di sebuah gedung auditorium kampus. Tepat pukul delapan pagi Ziya sudah siap dengan memakai kebaya warna lavender serta hijab senada yang menjulur menutupi dadanya. Dengan balutan make up tipis membuatnya terkesan natural namun tetap terlihat cantik.

Sedangkan Linda, beliau memakai gamis brokat berwarna senada dengan Ziya. Setelah semuanya siap, mereka melangkahkan kaki nya keluar rumah lantas memasuki sebuah mobil berwarna putih yang sudah di panaskan mesinnya oleh sopir pribadi Linda yang bernama Amir, sopir yang akan mengantar mereka.

Dalam perjalanan Ziya duduk termenung memandangi hiruk pikuk kota metropolitan yang sangat macet dipenuhi dengan berbagai aktivitas penduduk di pagi hari.

"Mah. Kak Hakam hubungin Mama nggak?" Tanya Ziya mengalihkan pandangannya ke Linda.

"Enggak nak, dari kemarin Mamah coba hubungin Kak Hakam tapi tidak di angkat" jawab Linda

"Ooh" kata Ziya dengan nada kecewa, ia berharap kakak angkatnya menghadiri wisudanya namun berkali-kali ia menghubungi juga tidak di angkat. Ziya kembali memandang ke luar kaca jendela.

"Ziya nggak usah khawatir, kak Hakam pasti datang, Mamah sudah bilang kalau hari ini Ziya wisuda. Nanti kalau dia nggak datang sepulang wisuda kita ke apartemennya." ujar Linda mencoba menenangkan putrinya yang sedang sedih.

"Apa Kak Hakkam masih marah ke aku soal pertukaran pelajar?"terka Ziya mengingat kejadian tahun lalu saat dirinya tidak diperbolehkan mengikuti pertukaran pelajar ke Aceh namun dirinya tetap ngotot berangkat.

"Enggak nak, Kak Hakam tidak mempermasalahkan itu, toh waktu itu akhirnya kakakmu mengizinkan kamu berangkat. Mungkin dia lagi sibuk nak jadi nggak sempat ngangkat telepon"jeda beberapa detik

Perisai HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang