3. Berubah

24 14 1
                                    

"Dia yang sudah lama ku harapkan kehadirannya akhirnya pulang. Namun Dia yang sekarang bukanlah Dia yang dulu aku kenal"

Nadziya Almaera Althafunnisa

*****

Di sebuah balkon kamar yang terletak di lantai dua berdiri seorang perempuan cantik dengan rambut panjang sebahu yang dibiarkan tergerai diterpa dinginnya angin malam.

Perempuan itu mengenakan pakaian tidur pendek. Dia adalah Ziya yang sedang menikmati angin malam dan memandang indahnya langit yang dipenuhi ribuan bintang dan sinar rembulan yang menyinari bumi di malam hari.

Ziya termenung memikirkan kenangan indah bersama kakaknya. Ia merindukan sosok Hakam yang hangat dan peduli, yang bisa meluangkan waktunya untuk bisa membantu Ziya mengerjakan tugas sekolah meskipun ia juga sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya.

Kakak yang dulu selalu menuruti permintaannya, selalu bertanya kabar, mengkhawatirkannya, dan selalu melarang Ziya bepergian dengan laki-laki lain selain dirinya meskipun itu Alka dan Hafiz. Sekarang sosok itu telah hilang entah kemana.

Entah apa yang Ziya perbuat hingga membuat Hakam berubah dari awal dirinya duduk di kelas dua belas SMA sampai dengan sekarang sikap Hakam jadi dingin.

Setelah Hakam mengizinkan Ziya  pergi ke Aceh satu hari sebelum pernikahannya berlangsung, sikap Hakam semakin dingin, ia menjauh, tidak peduli, dan tidak pernah mengangkat telepon ataupun membalas chat dari Ziya.

Untuk sekadar tahu kabar tentang kakaknya kerap kali Ziya harus bertanya kepada Linda atau orang yang bekerja di rumah. Zahwa istri Hakam? Dia pun sama seperti Hakam bahkan sepertinya dia sudah ganti nomor.

Dan semenjak Ziya pulang dari pertukaran pelajar, Ziya tidak pernah melihat Hakam main ke rumah. Terakhir bertemu saat dirinya datang di wisuda S2 Hakam itupun hanya melihat dari jauh. Sebenarnya pada saat itu ia ingin meminta maaf karena tidak hadir di hari pernikahannya tetapi banyak hal yang ia pertimbangankan. Ia khawatir akan merusak momen bahagia kakaknya.

Sikap Hakam sekarang membuat dirinya merasa sedikit kecewa, kali ini Ziya hanya meminta sedikit saja kepedulian dia untuk menghadiri hari wisudanya tetapi ia tetap tidak hadir.

Yah Ziya tahu alasan Hakam tidak hadir karena ada seminar di Semarang, Ziya tahu bukan dirinya yang menjadi prioritas utama padahal sudah jauh-jauh hari ia meminta kakaknya untuk hadir.

Dulu memang Ziya pernah diam-diam menaruh rasa kepada Hakam. Rasa yang lebih dari sekedar seorang adik kepada kakak angkatnya makanya Ziya sedikit kecewa saat Hakam tidak peduli dengan dirinya.

Hakam juga pernah bertanya perihal perasaan Ziya kepada dirinya tetapi Ziya selalu menjawab ia hanya menganggap Hakam sebagai kakak tidak ada perasaan lain selain rasa sayang adik kepada kakaknya.

Alasan ia memilih menyimpan perasaan itu sendiri karena ia takut Hakam akan marah  karena ada perasaan yang lebih. Ia takut hubungan persaudaraan yang awalnya baik-baik saja jadi retak hanya karena cinta.

Cukup menjadi perisai untuk Hakam meskipun dirinya merasakan sakit yang luar biasa. Dengan itu Ziya harap cintanya bisa tersalurkan tanpa Hakam tahu. Apapun akan Ziya lakukan demi kebahagiaan Hakam termasuk mengikhlaskan Hakam menikahi wanita lain.

Alasan ia ikut pertukaran pelajar bukan semata hanya menuruti keinginannya tetapi ada hal lain yaitu kabar pernikahan Hakam meskipun ia enggan untuk meninggalkan rumah sejauh itu.

Perasaan itu perlahan terkikis seiring berjalannya waktu, dengan disibukkan oleh berbagai kegiatan dari kampus saat pertukaran pelajar. Ia mencoba melupakan rasa itu karena ia tidak berhak untuk mencintai Hakam yang sudah menjadi milik wanita lain, wanita yang sudah menjadi istri sah nya.

Perisai HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang