"Wait!" Elena berdiri dari kasur. Menatap pintu kamar dengan mata melebar. "Kemana Don Ruschel? Luigi!"
Dengan segera ia melangkah setengah berlari untuk membuka pintu. Kemudian meninggalkan kamar sang Tuan tanpa menutup pintunya kembali. Ia terlalu panik saat ini. Di sepanjang lorong kakinya berlari. Sampai di lantai bawah ia melihat Hetsey Timothy. Wanita dengan postur tubuh tangguh itu berdiri sendirian, perhatiannya ke lantai atas. Kedua tangannya membawa sebuah dokumen. Kelihatannya dia sedang bingung.
"Hetsey?" Elena mendekat.
Perhatian Hetsey teralihkan. "Elena. Apa yang terjadi?"
"Yang terjadi?" Elena mengerutkan dahi, "maksudmu?"
Hetsey mengangkat sedikit dokumen bersampul hitam itu. "Aku baru sampai dari pusat kota, dan tadinya aku mau menyerahkan ini pada Don Ruschel. Tapi ku rasa aku tidak bisa melakukannya sekarang. Ku lihat dari sini tadi dua teman prajuritku, mereka tergesa-gesa ke lantai atas. Ada Percy juga."
Elena melirik ke arah yang sama.
Gawat! Kedengarannya itu tidak baik, batinnya.
"Ada apa, Elena? Kau tahu sesuatu?" tanya Hetsey.
Tanpa menjawab, gadis remaja itu berlalu begitu saja dengan tergopoh-gopoh. Hetsey semakin bingung, tapi dia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Dia penasaran, namun sebaiknya tidak mencari tahu secara terang-terangan. Wanita itu melenggang pergi menuju pintu utama mansion untuk keluar.
Di samping itu Elena masih bersama kepanikan menembus setiap udara lantai dua mansion. Satu tempat yang diyakini di mana Don Ruschel berada. Ruang kerja.
BRAKK!!! BRAKK!!!
Suara gedoran pintu membuat kepala Ruschel berpindah arah. Di ruang kerja tersebut pewaris Goncalve itu tidak sendirian. Dia bersama ketiga pria yang sempat Hetsey sebutkan. Mereka berdiri di sekitar ruangan.
"Don Ruschel!" Suara Elena membuat tatapan Ruschel melembut.
Ia mengambil topeng polos berwarna hitam dari dalam laci kabinet. Memakainya, lalu membuka pintunya yang dikunci.
Tangan Elena lantas meremas kemeja Ruschel. "Jangan apa-apakan Luigi! Ku mohon."
Bibir Ruschel tak bergerak. Tatapannya tidak lepas dari wajah Elena. Membaca lebih detail ekspresi yang dipasang gadis ini. Berpikir Luigi mungkin ada di dalam, Elena masuk dan terkejut melihat bahwa pemikirannya tidak salah. Nardo dan Luigi ada di tempat. Koki paruhbaya itu tampak begitu ketakutan dan sedih sambil memegang erat pundak Luigi yang duduk di kursi roda. Sedangkan Luigi menundukan kepala.
"Don ..." Elena memegang erat tangan Ruschel. Tatapannya penuh memohon. Nyaris akan menangis.
"Kembali ke kamarku. Atau pergi ke kamarmu, Elena," ucap Ruschel dengan nada tenang.
Elena menggeleng-gelengkan kepala. "Tidak mau! Don Ruschel, Luigi temanku. Dia teman baik."
Sungguh, Ruschel tidak suka mendengarnya. Ia menutup pintu dan mengajak gadis itu lebih masuk ke dalam ruangan. Elena menatap Nardo dan Luigi dengan getir.
"Elena ..." Suara Ruschel memecah keheningan. "Pagi tadi aku sudah dengan jelas memberitahumu tentang konsekuensi laki-laki yang berani menyentuhmu."
Pandangan Elena beralih kepadanya. "Aku ingat. Tapi ... tapi apa tidak bisa untuk kali ini aku meminta belas kasihmu?"
"He fucking kissed you and I saw with my eyes you looked scared!" balas Ruschel dengan lantang.
Nada tingginya membuat Elena tersentak dan pandangannya jatuh ke bawah. Kedua tangannya saling berpegangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OWNED by a DON (Mafia Romance)
RomanceKecelakaan di pegunungan Alpen, membuat remaja bernama Elena diculik oleh Mafia Don yang memiliki ambisi besar padanya. Ditandai oleh Don Ruschel sejak pertama pertemuan tidak sepenuhnya menyenangkan. Hidup bersama bos besar mafia seperti dia seakan...