"B-bagus sekali. Baiklah selanjutnya!"
Suara tanggapan dari seorang guru kepada hasil ujian langsung Itachi begitu tertebak. Reaksi yang umum untuk anak yang masih baru masuk namun mahir dengan sempurna. Sungguh wajar!
Seperti yang dijelaskan dalam novel, Itachi benar-benar memiliki keistimewaan dan [Name] melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Kali ini, Itachi berhasil melemparkan kunai dengan sangat amat tepat pada target kepala dan dada. Bahkan dalam kurun waktu tiga puluh detik.
Keberhasilan Itachi membuat [Name] mengarahkan pandangannya ke arah sekitar. Senyum seringainya muncul begitu saja kala dirinya mendapati beberapa guru terlihat menggemerutukkan giginya.
Reaksi yang amat sangat sesuai dengan dugaannya. Panggung yang telah Itachi buat sungguh menggetarkan berbagai pihak yang membenci Uchiha.
Sejujurnya, akan lebih menyenangkan jika [Name] menambahkan bumbunya. Namun, mengingat bagaimana ia ingin kehidupan ini berjalan seperti keinginannya, ia harus menahan keinginan sekilasnya.
[Name] bergerak maju. Ia menargetkan kunainya pada tempat yang bukan seharusnya. Benar. Ia berencana menargetkan tepat di tengah perbatasan dan tentunya dengan membagi waktu secara tepat dan sengaja. Memperlama dan mengulur ketepatan cukup untuk saat ini.
Tak!
Tak!
Satu menit!
[Name] tersenyum simpul. Hasil yang tidak buruk namun tidak unggul juga, bukan? Sungguh melegakan.
[Name] membentuk senyuman matanya ketika mendengar hembusan nafas lega dari guru akademinya atas hasil yang ia peroleh. Ah, sungguh lucu sekali gurunya itu! Tidak menyadari permainannya sama sekali!
Lalu, guru akademinya memberikan pujian tiada henti kepada Itachi yang tentu saja mengundang raut wajah tidak suka di beberapa murid akademi yang lain.
[Name] bertepuk tangan. Kali ini atas dua dasar. Pertama adalah merayakan keberhasilan Itachi. Kedua adalah untuk topeng yang dikenakan gurunya. Cukup bagus, namun tidak pandai menipu matanya tentunya!
[Name] tersentak kala Itachi mendekat ke arahnya dan berbisik di sampingnya.
"Lemparanmu sangat bagus juga, [Name]-san."
Sebuah reaksi yang sangat berbeda. Dalam tiga bulan ini, Itachi tidak pernah memiliki interaksi dengan murid lain. Namun, kali ini, ia mendekat dan datang ke arah [Name] dengan motivasinya sendiri. [Name] mengerutkan dahinya. Mungkinkah ini efek pertemuan rumah kaca kapan lalu?
[Name] mempertahankan senyumnya. "Itu tidak lebih baik daripada anda, Itachi-san. Selamat!"
Percakapan keduanya terhenti dengan kalimat gurunya. Sebuah kertas hasil nilai telah ia terima. Seratus persen dengan catatan. Memang tidak buruk, namun tentu saja, ia harus cepat membuat alasan meyakinkan sebelum Fugaku menemukan alasan aslinya. Akan sangat berbahaya jika Fugaku yang sangat peka itu menyadari dirinya yang sebenarnya.
Di tengah rumitnya pemikirannya, sebuah suara menyadarkan [Name]. Suara yang bersih dan sangat ingin ia lindungi memenuhi pendengarannya.
"[Name]-san, mau pulang bersama?"
Sontak saja, [Name] menolehkan kepalanya ke arah Itachi. Lalu, menganggukkan kepalanya dengan antusias sebagai respon. Membuat senyum tak terduga tersirat di bibir sang idola.
Berbeda dari angan yang berani gadis itu lukiskan, sebuah suara menyebalkan mengganggu ketentraman gadis itu bersama idolanya. Membuat gadis itu mengerutkan dahinya tidak nyaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/371401866-288-k837357.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[On Going | On Revision] Red Butterflies Soar [Itachi X Readers]
Fiksi PenggemarJam berdenting. Ia melipat bibir tipisnya. [Name] Uchiha, keturunan tunggal sekaligus pewaris sah keluarga kaya raya Uchiha, membulatkan tekad. Ia memang berhasil menyelesaikan permasalahan rumit klan, mencegah kudeta, dan menjaga anggota klan tetap...