"Ini semua kamu yang buat sendiri?,"
"iya dong,! gimana?, udah cocok belum jadi suami kamu."
Kini keduanya sedang berada di tempat favoritnya. Kalian bisa tebak mereka ada dimana?, yups!, yang jawab rooftop kalian dapet nilai seratus, hore!!. Wkwk garing yak.
Jay dengan bangga memberikan kotak bekal yang ia siapkan sendiri dengan susah payah, Jay sedari dulu memang memiliki hobi memasak, hobi yang jarang dimiliki oleh lelaki lain diluar sana,
"keren bangeeetttt!!, aku cicipin yaa..., aduh ga sabar deh," ucap Jesha dengan antusias,
"bentar aku cuciin dulu sendok nya, soalnya tadi habis jatuh." Jay dengan penuh perhatian, memastikan setiap barang atau apapun untuk Jesha harus bersih dan terbebas dari segala kuman, setelah membersihkan semua alat makan untuk Jesha, ia dengan senyum semangat nya, menunggu sang kekasih melahap masakannya.
"Gimana?, enak ga?," tanya Jay melihat Jesha yang baru saja melahap masakannya,
"kurang si,"
"kurang apa sayang?, ga enak ya?."
Ekspresi wajah Jay seketika berubah, ia tak senang dengan jawaban Jesha."KURANG BANYAK!!!! INI ENAK BANGETTTTT," ucap Jesha dengan tawanya yang lepas, kemudian ia kembali melahap makanannya dengan penuh bahagia.
"Wah gila!, serius ini enak banget, kayak masakan restoran bintang tujuh," ucapnya dengan mulut penuh, dan terus menerus melahap makanannya."Aah syukurlah, jadi lega deh, seenak itu yang?,"
"iyaaa, kamu hebat banget si cowokuuu." Jesha dengan gemas mengelus lembut pipi Jay,
"ayo kamu makan juga,""suapin dong kak jeshaaa," ujar jay dengan baby voice nya.
"Manja banget bocah,"
"biarin, kan manjanya cuman sama kamu."
Jay yang sangat bahagia dengan suasana ini, ia hanya bisa menampilkan sisi lain dirinya pada Jesha. Begitupun sebaliknya, keduanya berkomitmen untuk saling terbuka satu sama lain, berbagi semua keluh kesahnya, dan semua masalah yang harus dihadapi bersama. Komitmen seperti itu sangat perlu untuk membangun hubungan yang sehat.
"Kurang berapa bulan lagi kamu lulus?," tanya Jesha yang seketika merubah suasana,
"masih lama, tenang aja..."
"Masih lama apaan, minggu depan kamu udah ujian kan?,"
"udah gaperlu dipikirin sayang...,"
"aku emang gamau mikirin, tapi ga tau kenapa kepikiran terus. Aku bahkan gabisa bayangin gimana hari-hari aku kalau kamu udah lulus."
Keduanya menghela nafas bersamaan, memikirkan apakah ombak akan datang mempengaruhi hubungan mereka."sini dengerin." Jay dengan nada lembutnya menangkup pipi Jesha.
"Walaupun aku udah lulus, dan aku udah berada di jalan baru, memasuki dunia perkuliahan, aku tetap selalu ada buat kamu, meski jarak kita jauh kamu tetap ada disini sayang," ucap JAY sambil menunjuk lubuk hatinya,"aku takut, aku takut sama kata perpisahan, aku benci itu!, aku gamau ngalamin yang kedua kalinya," Jesha dengan suara yang bergetar menahan tangisannya, menyembunyikan wajahnya pada pelukan Jay.
"Don't cry babe..., i'm here for you."
Jay mempererat pelukannya, membiarkan Jesha meredam emosinya untuk sejenak,"aku ga yakin kalau aku bisa tanpa kamu,. ada rasa sakit yang tak bisa ku lupakan, tapi aku terus melupakannya saat bersama mu, aku terus tertawa, mengandalkan mu, dan...., kenapa aku merasa begitu nyaman di dekat mu?,"
"pertahankan rasa nyaman itu sayang....., perasaanku benar-benar tulus untukmu, sebab tak ada yang mencintai ku sebesar ini, benar-benar tidak ada."
Saling mengutarakan kekhawatiran yang mereka rasakan, membuat hatinya merasa lega. Jesha tidak bisa berhenti mengkhawatirkan kelulusan Jay yang akan tiba beberapa bulan lagi, sebab Jay adalah sosok yang selalu berada di sisinya, jika sosok tersebut tiba-tiba jauh darinya mungkin akan sangat berdampak. Begitupun sebaliknya. Bagi Jay, Jesha adalah orang pertama yang membuatnya mengerti arti cinta, orang pertama yang membuatnya merasakan cinta yang sebenarnya.
M.Y.V.I.T.A.M.I.N
Sepulang sekolah, Jesha menemani Jay pergi ke mall untuk mencari buku. Seperti yang kalian ketahui, Jay hendak melewati masa kelulusannya, banyak ujian-ujian yang harus ia lakukan untuk melewati masa itu, sebagai murid yang sangat rajin dan teladan, ia begitu semangat menyiapkan dirinya dan memperluas pengetahuannya dengan mengumpulkan beberapa buku pembelajaran.
Jesha juga aktif memberi semangat pada kekasihnya, ia begitu paham masa masa mendekati kelulusan seperti inilah yang membuat beberapa siswa merasa tegang. Mereka harus berlomba-lomba mempersiapkan otak encernya agar berhasil masuk di universitas yang mereka inginkan."Sayang buku ini cocok deh buat kamu," ucap Jay sambil menunjukkan sebuah buku yang berjudul 'cara menjadi atlet profesional ',
"ahaha atlet apaan deh," jawab Jesha sambil memukul pelan lengan Jay,
"kamu jago banget main basket, kenapa ga mau jadi atlet aja?,"
"basket tuh cuman jadi hobi aja..., kalo aku lagi sedih, selalu ngelampiasinnya ke basket. Tapi sekarang aku gamau main basket lagi,"
"bener!, jangan main basket lagi, karna sekarang ada aku!. Kamu bisa ngelampiasin semuanya ke aku."
"Yups!!."
Tawa mereka seketika pecah, obrolan keduanya yang tidak pernah membosankan, karna mereka memiliki selera humor, dan pemikiran yang sama.
Jesha dan Jay melanjutkan aktivitasnya. Jay mencari beberapa buku untuk persiapan mengikuti ujian kelulusan, di sisi lain Jesha mencari novel untuk ia baca saat sedang bosan."Sayang novel ini keren banget deh, aku udah baca berkali-kali tetep ga bosen bosen,"
ucap Jesha menunjukkan sebuah buku favoritnya,"oh ya?!, coba liat." Respon Jay sambil memperhatikan buku tersebut.
"Aku berharap suatu saat aku bisa buat buku ku sendiri. Buku yang menginspirasi banyak orang, buku yang meningkatkan semangat para pembaca, aku udah lama banget menjadi pembaca, aku berharap suatu saat bisa menjadi penulisnya,"
"jadi kamu juga suka nulis ya...., astaga kamu beneran pacar aku?!...., aku ga nyangka deh punya pacar yang berbakat banget kayak kamuuuu, coba sebutin apa yang gabisa kamu lakukan?, gaada cuy!, hebat banget sih ceweku,"
ucap Jay dengan mata yang berbinar-binar seraya mengelus lembut rambut Jesha.Jesha yang bahagia dengan ucapan apresiasi dari kekasihnya, ia tak henti-hentinya menampilkan senyum manisnya.
"Aku bakalan dukung semua hobi kamu sayang, suatu saat nanti buku dengan tulisan tanganmu sendiri akan tertata dengan rapi di rak ini," ucap Jay sambil menunjuk rak buku di sekitarnya,
"apapun yang terbaik buat kamuuu sayang,""makasih sayangkuuu.... " Jawab Jesha dengan baby voice nya, sambil mencubit gemas pipi Jay.
"Ada yang mau kamu beli lagi ga?, ambil apapun yang kamu, aku tunggu," ucap Jay dengan tangan yang sudah penuh dengan beberapa buku,
"aku boleh beli novel?,'
"boleh bangettt, kalo perlu beli sepabrik-pabrik nya juga gapapa."
"Omaygat sugar daddy."
"BWAHAHAHAH." Tawa Jay lepas mendengar celetukan Jesha.
Sebagai pasangan yang begitu peduli, Jay tiada hentinya memberikan dukungan pada Jesha, ia terus menyalurkan energi positif nya untuk memberi semangat pada Jesha.
Ucapan-ucapan sederhana memberikan suntikan semangat kepada orang yang kita cintai untuk mengejar mimpinya. semangat merupakan hal dasar yang harus dipertahankan ketika mental jatuh atau mengalami kegagalan. Menciptakan semangat saat jatuh, utamanya harus berasal dari diri sendiri. Namun, sebagai orang yang peduli, tak ada salahnya kita ikut memberikan dorongan semangat tak henti agar asa dari orang yang kita cintai tetap membara.
M.Y.V.I.T.A.M.I.N
hai readers~ jangan cape cape ya baca cerita aku,,, aku juga ga pernah cape untuk ngingetin kalian buat klik vote di setiap part nya. suport author dengan kasih saran atau kritik nya di kolom komentar ya.
i hope you enjoy my story
(〃゚3゚〃)
KAMU SEDANG MEMBACA
my vitamin
Romance"kalau kamu lagi sedih lihat ke langit aja pasti bakalan tenang, karna langit bisa menyerap kesedihan kita" "mulai sekarang, aku akan menjadi vitamin mu dan kebahagiaan mu adalah tanggung jawabku"